BAB 21: MIDNIGHT

39 15 13
                                    

"Kamu yakin mau disini?"

Aily bertanya kepada Dipta. Matanya tak lepas dari seseorang yang sedang berada di sampingnya sedang menata buah-buah di meja. Dipta menoleh dan tersenyum, kemudian tangannya tidak bergerak lagi menyentuh buah-buahan tersebut.

Dipta mendekati wajah Aily. "Kenapa? Gak boleh?" Bisik nya, nyaris tidak terdengar.

Tentu saja, Aily menjadi kikuk. Tiba-tiba tubuhnya seperti patung yang tidak bisa digerakkan. Lalu, Aily berdeham, tangannya mendorong dada bidang milik laki-laki itu.

"Bo-boleh." Aily terbata-bata. "Harusnya kamu istirahat aja di rumah. Pasti capek pulang sekolah langsung ke sini." Sambung Aily.

Dipta mencium telapak tangan Aily. Kemudian dia duduk di pinggiran kasur. "Aku gak apa-apa sayang. Kalo bukan aku siapa lagi jaga kamu disini? Ayah kamu juga punya banyak urusan lain, buat di selesaikan." Jelas Dipta, sambil mengelus rambut Aily di waktu yang sama.

"Aku gak apa-apa kok disini sendiri." Ujar Aily.

Dipta menggelengkan kepalanya. "Jangan, nanti kalo butuh sesuatu, mau minta tolong ke siapa?"

"Kan ada suster." Jawab Aily cepat.

"Tetap aja, aku harus mastiin kamu baik-baik aja." Kata Dipta.

Aily mendengar itu hanya mengangguk dan tersenyum. Lihat, cinta tidak seburuk apa yang dia bayangkan. Tentu saja, mempunyai Dipta di sisinya patut di syukuri. Kala, Aily takut akan cinta, dan dia tidak pantas untuk mendapatkan cinta seseorang. Namun, Dipta adalah seseorang yang datang meyakinkan dirinya bahwa, cinta laki-laki itu pantas untuknya. Dan, dia lah yang menyelamatkan dari kegelapannya.

"Kamu mau makan buah? Mau apel? Kalo mau, biar aku yang potongin." Kata Dipta sembari menunggu jawaban Aily.

Aily hanya menggeleng pelan. "Nggak mau. Tapi, aku mau minum. Tenggorokan aku kering." Jawabnya.

"Okey! Tunggu sayang," Dipta beranjak cepat dari duduk nya. Berjalan mendekati dispenser air yang sudah di sediakan di ruangan sana.

"Air hangat ya, biar badan kamu juga ikut anget." Ucap Dipta, tanpa menoleh ke arah Aily.

Setelah itu, gelas yang berisi air hangat dia berikan kepada Aily. Gadis itu menghabiskan air tersebut, kemudian memberikan lagi kepada Dipta.

"Dipta, aku mau tanya boleh?" Aily bertanya pelan, matanya tak lepas dari Dipta yang menaruh gelas dan laki-laki itu melepaskan seragamnya hanya menampilkan kaos polos hitam. Otot-otot Dipta sekarang lebih terlihat kentara, membuat Aily terdiam menatapnya.

"Boleh, mau tanya apa?" Balas Dipta, lalu duduk di kursi yang sudah di sediakan di samping kasur rumah sakit.

Aily berdeham, kemudian matanya berusaha ia alihkan. "Tadi, ayah sama kamu ngomongin apa?"

"Just nothing special, cuma kata Ayah kamu, aku ganteng aja." Jawab Dipta.

Aily tertawa kecil mendengar jawaban Dipta. "Yang bener? Masa ayah aku bilang begitu?"

"Iya! Kamu gak percaya?"

Aily menggelengkan kepalanya, matanya menyipit kala dia tersenyum.

"Kamu gak percaya kalo aku ganteng?" Dipta menuntut jawaban.

"Eum... Ganteng gak ya." Aily menatap langit terlihat seperti berpikir.

"Masa muka mirip Zayn Malik gini gak ganteng?" Kata Dipta.

"Zayn Malik? Jauh banget Dipta."

"Jadi, gantengan aku atau Zayn Malik?"

"Of course you, most win."

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang