BAB 17: ONE SHOT KISS

66 39 19
                                    

Dipta, Fabio, bahkan Aily juga Shella sedang berkumpul di rumah Junar. Laki-laki itu mengundang teman terdekatnya. Karena Fabio cerewet meminta makan gratis dari Junar, terpaksa dia mengiyakan anak itu dan mengajak yang lainnya. Hanya pesta ulang tahun kecil-kecilan. Dia tidak tertarik untuk mengadakan acara yang besar bahkan sampai mengundang semua siswa-siswi Atmaja's High School. Menurutnya itu sangat merepotkan, harus bersosialisasi dengan banyak manusia, akan membuatnya lelah.

Sehabis makan-makan yang di masak oleh Mama Junar, mereka bersantai menunda untuk pulang. Dipta dan Aily saat ini sedang berada di halaman belakang rumah Junar, karena memang halaman itu luas, mereka jadi bisa bermain Badminton dengan leluasa. Sedangkan, Junar, Fabio juga Shella berada di dalam rumah untuk bermain play station.

"Dipta mukul nya jangan kencang-kencang!" Disana Aily menyahut. Pasalnya, dia menjadi kesusahan untuk memukul shuttlecock itu kembali.

"Itu aku udah pelan." Balas Dipta, sembari terkekeh gemas melihat Aily yang sudah kelelahan.

"Istirahat dulu sebentar." Aily berjalan ke arah Dipta dengan napas terengah-engah.

Dipta tertawa melihatnya, kemudian mengelap keringat di dahi Aily dengan telapak tangannya yang lebar. "Aku ambil minum ya, tunggu disini." Dipta mengambil raket yang di pegang Aily, kemudian dia masuk ke dalam rumah Junar untuk mengambil air minum.

Aily duduk di Gazebo, dia benar-benar bercucuran keringat. Pipinya tidak lagi merasa perih, sebab Leya lah yang mengobati dengan baik lukanya dan di tutupi hansaplast. Aily menatap kosong pohon yang jauh jarak nya, pikirannya berkecamuk. Apakah dia bisa bertahan di situasi seperti ini? Terus-terusan berada pada tangan Sara, dia juga tidak tahu nanti kala dia pulang. Sara pasti akan mengamuk dan Aily berakhir di kunci di ruangan kecil itu lagi.

Alih-alih memikirkan Sara, tiba-tiba dia melihat kucing berada di dahan pohon. Pohon itu lumayan tinggi, bagaimana bisa hewan berkaki empat itu ada di atas sana. Dia terus-terusan mengeong, seakan-akan meminta bantuan untuk turun ke bawah.

Gadis itu kemudian berjalan mendekati pohon dan menengadah menatap kucing abu-abu tersebut. "Kok bisa kamu disitu?" Gumam Aily.

Dia menatap sekeliling, mencari benda apa yang akan bisa dia gunakan untuk mengambil kucing itu. Matanya berhenti di pojok dekat Gazebo, di sana ada tangga besi yang di sandarkan pada tembok. Lalu, anak itu berlari kecil untuk mengambil tangga tersebut. Di angkat nya tangga besi yang lumayan berat itu, bahkan Aily harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengangkat dan membawa tangga yang jarak nya lumayan jauh dari Gazebo ke pohon.

Tangga besi di sandarkan ke pohon, kemudian dengan perlahan dia menaiki satu persatu anak tangga. Tidak terlalu tinggi untuk mencapai dahan itu, dia hanya perlu menaiki 3 anak tangga dan dengan cepat ia mengambil kucing. "It's okay. Come here, let me help you." Katanya dengan nada lembut.

Kucing itu seakan-akan mengerti apa yang di katakan oleh Aily. Kemudian, Aily menggendong kucing itu, namun pada saat dia akan memijak tangga kedua untuk turun. Kucing itu melompat, beruntungnya Aily masih bisa bertahan dengan keseimbangannya. Gadis itu menatap kucing tersebut telah berlari menjauh dari halaman rumah Junar.

Dipta yang baru saja kembali dengan dua botol minum di tangannya, terkejut melihat Aily sedang berdiri di tangga. Dia langsung menaruh botol minum di meja dekat pintu.

"Aily! Kamu ngapain?" Dipta berjalan cepat ke arah gadisnya. Dan, saat itu juga dia menggendong Aily bak anak kecil yang berumur 1 tahun.

Aily melingkarkan tangannya di leher jenjang laki-laki itu. "Tadi kucing ada di atas, aku tolongin. Tapi dia malah lompat terus lari gak tau kemana," jawabnya.

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang