AILY HAURA ATMAJA, perempuan yang baru saja membuka matanya dari mimpi-mimpi indah dan berharap hidupnya berjalan sesuai dengan bunga tidurnya. Namun, itu hanyalah harapan semata, ruangan kecil yang dia tempati sangat sempit, bahkan berbalik badan pun akan susah di lakukan, karna banyak nya kardus-kardus besar yang terdapat di sana. Sesak bukan main, menerima kenyataan bahwa hidupnya tidak berwarna seperti tembok yang dia warnai, dia lukis, menggambar wajah-wajah yang begitu sangat berarti di hidup Aily.
Entah pukul berapa sekarang, bahkan tidak ada celah untuk cahaya masuk kesana, menjadikannya buta waktu, ia tidak tahu apakah dunia menjadi malam atau pagi. Namun, saat pintu terbuka, dipastikan matahari sudah terbit dan menyinari bumi, menandai menjelang pagi. Di sana, seseorang wanita paruh baya, dia adalah pekerja di rumah ini, pekerja yang hanya patuh pada nyonya besar dikala tuan rumah sedang tidak berada di rumah.
"Nona Aily, sudah pagi. Waktunya sekolah," ucap Mbak MARNI, sembari membungkuk, lalu merubah posisi membuka jalan untuk Aily.
Aily berjalan dengan langkah gontai, tidak ada kekuatan di dalam dirinya setelah berada di ruangan sempit itu. Walaupun begitu, dia tidak lupa berterima kasih kepada Mbak Marni, karenanya dia selalu mengharapkan pagi agar cepat-cepat datang.
Aily sekarang berada di depan cermin kamarnya, menatap pantulan dirinya di sana. Berbalut seragam sekolah, yang cocok di padukan dengan kulit seputih pualam itu. Rambutnya panjang sebahu, disertai poni, matanya yang indah, bibir nya tipis yang berwarna pink, akan membuat siapapun jatuh cinta dengan serangkaian tubuh Aily.
Dia tersenyum getir kepada pantulan dirinya, dia harus terlihat tetap hidup meskipun rasanya hampa untuk di jalani, tetapi tetap saja dia akan lakukan sebagaimana yang telah di lalui pada hari-hari sebelumnya.
Dia melangkahkan kaki keluar dari kamar. Namun, langkah itu terhenti ketika seseorang dengan berpenampilan nyentrik berada di depannya. "Jangan pernah melakukan apa yang membuat saya marah, Aily. Jalani hidup kamu, sebagaimana saya perintahkan itu." Itu adalah Ibu tiri Aily, SARA DEWI namanya. Wanita yang di nikahi ayah nya, dan tega meninggalkan anak itu dengan sang Ibu, yang telah pergi selama-lamanya sejak dia berumur 15 tahun. Kala itu dia akan menginjak umur 16 tahun dalam beberapa bulan, tentu itu adalah mimpi buruk baginya. Merayakan ulang tahun sendiri, meniup kue ulang tahun sendiri, serta berdoa sendiri agar Ibunya bahagia meskipun sudah berbeda alam dengannya.
Saat tahu, Ibunya sudah pergi meninggalkan dunia dan meninggalkan Aily seorang diri di rumah yang tak terlalu besar itu, dia dengan langsung menjemput anak itu untuk tinggal dan hidup bersama FADLI ATMAJA. Nama yang sudah tertera di dunia pendidikan bahkan kesehatan, Fadli Atmaja adalah seseorang keturunan dari keluarga konglomerat yang sudah terkenal di dunia. Banyak bangunan sekolah dan bangunan rumah sakit berdiri atas campur tangannya.
Disinilah Aily berdiri. Di gedung tinggi dan lebar, itu adalah Atmaja's High School, salah satu gedung sekolah dari kelima di dunia adalah pegangan tangan Fadli, ayahnya. Menapakkan kakinya di aspal sekolah itu, tidak membuat siapapun segan melihatnya. Aily adalah Aily, dia tidak dielu-elukan sebagai anak pemilik sekolah. Toh, mereka yang berada di sekolah ini juga anak-anak para petinggi dunia bisnis bahkan dunia politik. Tak jarang banyak mobil berjejer di lobby sekolah, untuk menurunkan sang nona-nona muda untuk bersekolah.
Aily berjalan ke dalam gedung ini, menyatu dengan para puluhan siswa-siswi yang baru saja datang. Memang dia tidak dielu-elukan oleh semua warga sekolah, namun terkadang kerap kali ada saja yang ingin menjadi temannya. Tentu saja, Aily menolak semua itu. Terkecuali...
"Aily! Tungguuu..."
AZALEYA CHELSEA, yang sukses membuat ego nya turun. Satu-satunya siswi yang dia terima sebagai teman baik, dulu dia pun pernah Aily tolak, tapi Leya tidak pernah mengenal kata menolak itu. Dia tetap saja menganggu dan terus-menerus mengajak Aily bercengkrama dengannya. Dengan cara membawa kotak makan lebih dari satu, jelas selain kotak bekal yang dia bawa untuknya, Leya selalu memberikan yang satunya kepada Aily. Isi yang sama persis, dengan cara itu bagaimana mungkin Aily tidak menerima pertemanan dengan niat baik dari Leya. Dia tidak mau berteman dengan banyak orang, selain itu juga dia tidak mau banyak muka di balik muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILY DAILY
Teen Fiction[FOLLOW YUK, SEBELUM BACA!] -not revised yet! Dua insan ciptaan tuhan yang bertemu di situasi yang serupa, mempunyai perasaan hampa di dada. Takdir yang sama, kehilangan separuh jiwa membuat mereka terpuruk di hidupnya, dan sama-sama mengharapkan se...