BAB 6: ATTENTION

148 102 75
                                    

Masih ingat kalo Leya pernah bilang, mama nya pergi ke luar negeri dalam jangka satu bulan dan Leya tidak bisa membawa kotak makan seperti biasanya. Sekarang mereka berdua duduk di bangku kantin sejak bel istirahat berbunyi 5 menit yang lalu, sudah ada dua mangkuk berisi bakso dan dua botol air mineral di meja mereka. Leya dan Aily meskipun anak dari seorang kaya raya yang bahkan bisa makan yang mahal-mahal atau sekali makan mengeluarkan nominal besar. Tapi mereka masih bisa menerima makanan dibawah seratus ribu, masih bisa mengenali bakso yang di buat dari gerobak pedagang kaki lima, masih bisa memakan seblak yang katanya enak dan cukup terkenal di kalangan perempuan pada era sekarang.

Seperti biasa, kantin ramai hari ini. Siswa-siswi berlalu-lalang berjalan dari stand ke stand, membawa mangkuk atau sebuah kemasan makanan di tangannya, bergandengan dengan pacar atau juga berjalan bergerombol bersama teman teman mereka. Aily duduk di meja kantin sebagai anak pemilik sekolah bukan sesuatu hal topik menarik bagi mereka, siswa-siswi disini berpikir Aily bebas mau dimana pun dirinya, juga Aily yang mereka kenal bukan anak yang sombong, ingin di puji, atau ingin di agung-agungkan. Mereka semua sama, anak-anak dari para petinggi, dan orang tuanya memiliki kekayaan yang cukup. Hanya mereka yang mempunyai harta untuk bisa bersekolah disini.

"Bakso nya enak, Ly. Mantap, kalo di tambah sambel nih." Ucap Leya di samping Aily, memakan bakso dengan sangat nikmat. Aily diam tidak menggubris ucapan Leya.

"Lo masih ngambek ceritanya?" Leya sadar sejak tadi pagi, Aily hanya diam dan menjawab pertanyaan Leya seperlunya. Ditanya kenapa, dan apa Aily di hukum oleh Sara karna pulang tanpa Leya, jawaban Aily hanya menggelengkan kepalanya.

"Aily yang cantik, maafin gua deh. Kan, lo tau mimpi gua bisa boncengan sama Dirga, gak mungkin gua tolak, kan sayang." Leya menjelaskan pada Aily tadi pagi, bagaimana bisa Dirga mengajak Leya untuk pulang bersama. Katanya sih, Dirga sudah tahu kalo Leya suka padanya, hanya saja Dirga menunggu Leya untuk bilang suka. Tidak sabar menunggu penyataan darinya, Dirga memutuskan mengajak Leya pulang bareng, dan berbincang-bincang apa yang membuat Dirga penasaran. Mengapa Leya suka Dirga, mengapa Leya tidak menyatakan cintanya, juga mengapa Leya hanya diam saja tidak berbuat apapun selain selalu menonton pertandingan volley.

"Iya, aku maafin." Aily memakan bakso meski sedikit kesal pada Leya.

"Yaudah, sekarang coba lo cerita."

"Cerita apa?"

"Ceritain kejadian lo sama anak baru kemarin, gimana bisa pulang bareng."

"Ya itu, gara-gara kamu Leya."

Leya membuang nafas nya, lagi-lagi soal Leya meninggalkan Aily di bahas. "Iya, Ly. Tapi gua mau denger, ceritanya dari awal lo naik motor Dipta sampai akhirnya lo pulang ke rumah." Leya menjawab dengan sangat halus dan sabar menghadapi Aily yang sedang merajuk.

"Kemarin sore, setelah ditinggal kamu aku pulang jalan kaki, niatnya mau naik bus di halte. Tapi ada Dipta yang tiba-tiba dateng nawarin pulang bareng, awal nya aku gak mau cuma dia bilang katanya bakal ada preman yang suka jahat sama cewek-cewek. Karna aku takut, aku ikut pulang sama Dipta, trus gak lama motornya mogok."

"Hah! Mogok? Jangan-jangan lo disuruh dorong motornya sedangkan dia cuma megang motor doang?" Tanya Leya menggebu, curiga temannya di perlakukan yang tidak baik oleh Dipta.

"Leya! Dipta bukan orang yang tega kaya gitu. Kamu jangan suka suudzon!" Aily sedikit marah dengan Leya yang berbicara tanpa fakta.

"Loh, kok marah. Ya, syukur kalo lo ga ikut dorong motornya. Trus gimana lagi?"

"Ya kita jalan berdua, dia yang dorong motornya sendiri. Katanya, aku cukup jalan di samping dia aja." Aily menampilkan senyum sangat lebar, lalu melanjutkan makan bakso yang belum habis.

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang