"Tumben lo pake jepitan."
Leya baru saja datang, dan duduk di sana setelah berpamitan romantis bersama Dirga di ambang pintu kelas. Semenjak Leya berpacaran dengan captain volley, mereka sudah jarang bertemu di koridor, karena mungkin waktunya yang tidak pas dan juga Aily mulai beberapa minggu kemarin datang ke sekolah bersama Dipta.
"Gimana lo sama Dipta?" Tanya Leya, kembali teringat tentang temannya yang baru dating bersama seorang laki-laki.
"Aku kemarin di cium sama, Dipta."
Leya menutup mulutnya, matanya melebar. Bukan. Bukan, jawaban ini yang Leya harapkan. Setelah mendengarkan apa yang Aily ucapkan, jelas Leya tidak bisa melakukan apapun selain melongo menatap temannya itu.
"Dia juga pengen aku jadi pacarnya."
Brak!
Sontak, Leya menggebrak meja. Hingga orang-orang yang berada di kelas menatap Leya heran. "Apa sih anjir?! Berisik banget lo, Ley." Protes gadis yang sedang duduk di meja paling depan.
Lantas, Leya menampilkan deretan giginya. "Sorry."
"Tuh, kan dia suka sama lo. Terus lo jawab apa?" Tanya Leya, kembali fokus pada kisah percintaan Aily.
Pertanyaan itu membuat Aily membisu. "Ly?" Panggil Leya, untuk menyadarkan diam nya Aily.
"Aku bilang, aku butuh waktu." Ucap Aily.
"Tapi nanti, lo jawab iya apa nggak?"
Aily menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus menjawab apa. Setelah pulang dari Festival World kemarin, sampai sekarang dia tidak mendapat kejernihan di pikirannya. Ada banyak ketakutan bahkan keresahan yang entah harus bagaimana dia jelaskan.
"Lo coba deh terbuka sama Dipta. Ceritain, apa yang selama ini lo takutkan. Siapa tau, dia ngerti. Lo gak bisa bikin dia nunggu, orang akan ada rasa muak, Ly. Lo tau kan, nunggu itu gak enak."
Benar. Dia tidak bisa terus diam, Aily harus cepat-cepat menjawab pertanyaan dari Dipta. Dia akan mencoba untuk terbuka pada laki-laki itu, Aily bukan type orang yang menceritakan kehidupannya pada orang baru. Jangankan Dipta, pada Leya saja dia hanya menceritakan secukupnya. Bukan dia tidak percaya, tapi manusia akan berubah pada waktunya. Ia harap Dipta adalah orang yang bisa Aily percaya.
"Jepitan lo bagus, beli dimana?" Leya kembali memperhatikan hair clip milik Aily itu. Matanya memang tidak bisa melupakan hal-hal yang berbau warna pink.
"Dikasih Dipta. Beli di Festival World, jepitan ini cuma ada satu, gak ada lagi." Balas Aily, lalu menyelipkan rambutnya kebelakang telinga.
"Centil banget lo. Gua juga gak bakal beli yang sama kali." Leya memutarkan bola matanya. Padahal, dia berniat untuk mencoba hair clip tersebut, tapi setelah Aily berbicara seperti itu, niat nya ia urungkan.
∞∞∞
Selama Dipta berjalan di samping Aily, dia tidak hentinya tersenyum ketika melihat jepitan berbentuk 3 love itu di pasang di rambut halus miliknya. Mereka sedang berjalan, menuju kantin. Aily sempat heran, mengapa banyak orang-orang di koridor menatapnya? Apakah ada yang salah dengannya?
"Lo suka sama jepitan itu?" Tanya Dipta. Dia tidak lagi memasang wajah murungnya di depan Aily. Ia tidak boleh memperlihatkan galau nya, hanya perkara gadis itu butuh waktu.
"Suka, bagus." Katanya.
"Nanti kita beli lagi jepitan yang lebih bagus dari itu. Yang lebih mahal," Dipta mengelus rambut halus Aily. Sang empunya, hanya tersenyum dan mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
AILY DAILY
Ficção Adolescente[FOLLOW YUK, SEBELUM BACA!] -not revised yet! Dua insan ciptaan tuhan yang bertemu di situasi yang serupa, mempunyai perasaan hampa di dada. Takdir yang sama, kehilangan separuh jiwa membuat mereka terpuruk di hidupnya, dan sama-sama mengharapkan se...