BAB 2: NAME

217 130 85
                                    

Laki-laki dengan tinggi yang kira-kira 185cm berdiri tegap di depan gedung sekolah, menatap dari ujung ke ujung sebuah bangunan lebar dan tiga lantai di depannya. Tak ayal membuat banyak mata tersorot pada laki-laki itu, selain dia bertingkah aneh, wajahnya kerap jadi perbincangan banyak dari siswi-siswi yang baru saja datang.

Bagaimana tidak, badan yang tinggi semampai, rambutnya hitam, alis tebal, hidung mancung dan bibir sehat berwarna merah muda itu bisa membuat banyak wanita terhipnotis. Sempurna.

"Lumayan juga," ucap nya setelah puas melihat sekolah baru yang akan menjadi tempat yang setiap hari di datangi, kecuali sabtu dan minggu. Dia berjalan, memasuki lorong sekolah bergabung dengan siswa-siswi yang terus berdatangan.

Dia, adalah SAGARA DIPTA RAGA. Siswa baru di Atmaja's High School, yang sukses menjadi trending topik hanya beberapa menit saja. Dari mulut ke mulut, sudah pasti akan cepat menyebar rumor tentang Dipta.

Yang Dipta cari pertama kali adalah ruang guru. Itu tidak sulit, hanya berjalan sedikit dan melihat koridor kiri sudah terlihat ada tulisan 'ruang guru' di atas pintu.

Dipta mengetuk pintu, membuat guru-guru disana melihat ke arahnya. Terlihat wajah sumringah terdapat dari para guru wanita.

"Cari siapa ganteng? Anak baru bukan?" Tanya salah satu guru wanita dengan berbalut jilbab.

Dipta tersenyum ramah, "cari Pak Rusdi, Bu." Jawab Dipta.

Plak!

"Woy!" Dipta terkejut pundak nya tiba-tiba di tepuk dari belakang oleh pria botak, dan berkumis tebal. Mirip Mas Adam, ucap Dipta di hatinya dengan spontan.

"Way, Woy, Way, Woy. Istighfar kalo kaget. Kenapa cari-cari saya?" Tanya bapak-bapak dengan kumis tebal itu, dengan nametag di bajunya bertuliskan Rusdiana M,Pd.

"Aduh, maaf pak. Saya Sagara Dipta Raga, anak baru." Dipta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal setelah melihat nametag Pak Rusdi.

"Oh, anak baru... Sini masuk dulu, baru datang saya mau duduk dulu cape jalan dari parkiran ke sini." Jelas Pak Rusdi sembari berjalan menggendong tas ransel berwarna hitam yang sedikit tampak usang.

Dipta mengikuti arah jalan Pak Rusdi, dengan sedikit malu-malu banyak guru wanita yang memujinya, sudah tampan tinggi pula. Malu-malu tapi jadi percaya diri.

"Kamu mau masuk kelas social? Kenapa ga masuk science aja?" Tanya Pak Rusdi sambil menaruh tas dan duduk di bangkunya.

"Gak apa apa, Pak. Jurusan dari mana aja, kan sama," balas Dipta.

"Iya memang. Saya taro kamu di kelas social tiga ya, asik di sono ada Fabio-, nah tuh bocahnya. Fabio! Sini!" Panggil Pak Rusdi pada laki-laki yang baru saja datang dari arah pintu.

Laki-laki tersebut berjalan menuju Pak Rusdi dengan nametag FABIO LAKSANA. "Jalan aja udah selengean, ampun dah!" Celetuknya.

"Kenapa pak?" Tanya Fabio.

"Nih, anak baru anter sono ke kelas kamu. Jangan di galakin, bapaknya maung." Ucap Pak Rusdi.

"Buset dah pak, galakan juga bapak." Jawab Fabio.

"Jawab aja!" Sentak Pak Rusdi. Sedangkan, Dipta hanya terdiam melihat percakapan antara siswa dan mas Adam, maksudnya guru sekolah.

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang