BAB 20: SOUL

38 16 20
                                    

Bug!

Dipta saat ini sedang menahan rasa sakit di punggungnya, sebab Denis- Papanya memukul punggung Dipta dengan stik golf berbahan besi yang dia pegang di tangannya. Dipta memposisikan tubuh nya seperti gerakan push up. Ini adalah hukuman nya dari sang ayah, dia sudah terbiasa, namun sakit nya masih tidak dia terima.

Bekas pukulan ayahnya membekas di sana, lebih kentara sebab dia tidak memakai apapun di tubuhnya. Inilah sifat ayahnya, marah jika Dipta melakukan kesalahan apalagi itu terkait dengan hal yang berbau profesi nya sebagai atlet bulu tangkis.

Bug!

"Papa marah!"

Bug!

"Papa kecewa!"

Bug!

"Ini hukuman buat kamu!"

Dipta meringis kesakitan saat pukulan keempat mendarat di punggungnya. Tubuh nya bergetar, keringat nya berjatuhan ke lantai. Denis kemudian melempar stik golf ke sembarang arah, dia berjongkok di depan Dipta.

"Papa sudah mengizinkan kamu sekolah di sana, Dipta." Bisik Papanya. Dipta masih diam.

"Dan, kamu sudah melakukan apa yang Papa larang. Papa sudah bilang kan, jangan lupakan dengan kewajiban kamu sebagai atlet! Bahkan, tadi siang kamu bolos program study kamu. Kamu mau bikin Papa malu, Dipta?!" Denis teriak, suaranya menggema di ruangan kerjanya.

Yah! Perlakuan Denis sekarang hanya semata-mata untuk kepentingan pribadinya. Dipta harus menjadi atlet yang paling hebat di dunia, dia tidak mau tau bagaimana caranya, dia tidak mau tau bagaimana prosesnya.

"Papa gak mau kalo sampai hal yang buruk terjadi, dan itu terdengar oleh rekan kerja Papa di kantor!" Desak Denis. Tangannya mengepal kuat sampai Dipta bisa melihat kuku-kuku Papa nya memutih.

"Ingat, jadilah atlet yang selalu juara paling pertama. Kalau kamu ingin melihat Papa bangga. Lakukan itu, Dipta."

∞∞∞

Fadli terus terisak mengeluarkan air matanya, kala melihat Aily tertidur dengan tenang, tangan gadis itu terus ia genggam erat. Saat ini, Aily sedang di rawat inap di rumah sakit milik Fadli. Ruangan yang besar itu terasa sangat dingin dan sunyi.

Sebenarnya, Aily sangat baik-baik saja. Namun, Fadli kekeh ingin membawa Aily ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik. Semua Dokter-dokter di sana bahkan turun tangan. Aily sudah menjalani pemeriksaan dari dalam tubuh, luar tubuh, juga psikologis nya ikut di periksa oleh dokter di sana.

Untung nya, Aily baik-baik saja. Dia hanya membutuhkan istirahat lebih. Keadaan Fadli saat ini tentu saja kacau, setelah mengetahui apa yang terjadi kemarin malam. Dan itu membuat hatinya terpukul. Dia merasa dia gagal menjadi ayah untuk Aily, dia kira selama ini gadisnya hidup dengan tenang, hidup dengan kebahagiaan, hidup dengan kegembiraan.

Perkiraan nya salah. Aily hidup dengan kegelapan, Aily hidup dengan kekerasan, Aily hidup dengan kesedihan. Dan, itu semua perlakuan kejam istrinya. Dia tidak menyangka sifat buruk Sara yang selama ini dia sembunyikan membuat nya buta akan keadaan. Jangan tanyakan keadaan Sara saat ini, Fadli sudah mengusir wanita itu dari rumah nya dan dia sedang mengurus perceraian. Ia pastikan, Sara akan sengsara di sisa-sisa hidupnya. Setelah apa yang dia perbuat pada jiwa berharganya.

Fadli mengelus pucuk kepala dan kemudian mencium tangan Aily. Gadis itu terusik, lalu membuka matanya dan menolah pada sang Ayah yang duduk di samping kasurnya. Dia tersenyum. Senyuman itu yang membuat Fadli kembali menjatuhkan air matanya.

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang