BAB 18: LOST

38 19 8
                                    

Dipta mengendarai motor hitamnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Pikirannya kalang kabut setelah tidak mendapati Aily di rumah nya. Awalnya, ia seperti biasa menunggu Aily untuk berangkat ke sekolah, namun setelah sekian lama menunggu gadis itu tak kunjung datang. Biasanya, Aily akan datang ketika dia menunggu hanya dalam waktu 5 menit saja.

Dipta menunggu di depan gerbang rumah Aily cukup lama, hingga jarum jam menunjukkan pukul 7. Akhirnya, Dipta memutuskan untuk meninggalkan pekarangan rumah tersebut. Dia hanya berusaha untuk berpikiran positif saja, mungkin Aily sudah pergi ke sekolah, terlepas dari otak nya yang begitu banyak ribuan pertanyaan.

Setelah lolos dari gerbang sekolah yang akan di tutup, Dipta memarkirkan motornya di bawah pohon besar bersama motor Fabio dan Junar. Tadi nya dia akan pergi ke kelas Aily terlebih dahulu, tapi bel masuk sudah berbunyi ketika dia berjalan di lobby, jadi dia memutuskan untuk menunda itu.

Dipta baru mendudukkan tubuhnya di sana— di samping Fabio. Dengan keringat di dahi nya sebab dia berlari dari lobby hingga ke lantai atas. Sebenarnya, itu bukan hal yang berat, dia sudah terbiasa dengan fisik yang dia dapatkan dari olahraga bulu tangkis.

Fabio melihat Dipta dengan heran. "Tumben lo telat." Katanya.

"Gua lagi overthinking, Fab." Celetuk Dipta secara tiba-tiba. Fabio yang mendengar itu mengerutkan keningnya.

"Mikirin apa lo? Gua lihat hidup lo kagak usah pake overthinking dah, duit lo banyak dari hasil Badminton, pacar ada, cantik lagi, muka lo cakep. Apa lagi yang harus di pikirin, Dip?" Jelas Fabio. Laki-laki itu sedikit iri pada takdir hidup Dipta, bahkan di sela-sela ucapannya dia meminta kepada tuhan agar hidupnya seperti Dipta. Meminta pacar yang bahenol,  contohnya.

"Ck! Pikiran gua banyak–"

"Good morning everyone..."

Disaat Dipta ingin melanjutkan kalimatnya, Miss Claudia datang dari arah pintu kelas. Benar, jam pertama jadwalnya mata pelajaran English. Jadi, Dipta berhenti dengan terpaksa sebab kelas akan di mulai.

∞∞∞

Dipta berjalan dengan langkah lebar, tidak peduli bahu nya terus menubruk orang-orang di koridor karena ramai bahwa bel istirahat sudah berbunyi, otomatis semua siswa-siswi memenuhi sepanjang koridor. Dari jejeran kelas social ke jejeran kelas science sangat jauh bahkan berbeda lantai, jadi dia butuh tenaga untuk cepat-cepat sempai ke kelas Aily.

Dipta harap, Aily berada di kelasnya seperti biasa menunggu laki-laki itu untuk pergi ke kantin bersama, duduk dengan manis dan tersenyum hangat kepadanya. Namun, harapan itu lenyap setelah tidak mendapati Aily di kursinya, hanya ada Leya di sana dengan Dirga duduk di kursi Aily.

Dipta dengan cepat masuk ke dalam kelas, menghampiri Leya dan Dirga yang sedang tertawa.

"Ley." Panggil Dipta.

Leya mendongak menatap Dipta. "Dipta? Kenapa?"

"Aily kemana?" Tanya Dipta tanpa basa-basi. Tidak peduli dengan air muka Dirga yang menatap nya tidak bersahabat.

"Loh, emang lo gak tau?" Ucap Leya. Dia pikir Dipta tahu tentang Aily yang hari ini tidak masuk sekolah.

"Kenapa?"

"Hari ini dia gak masuk sekolah, sakit katanya. Kepala sekolah yang bilang." Papar Leya. "Baru pertama kali juga sih dia absen sekolah." Lanjut nya.

Dipta mengerutkan keningnya. Ia rasa kemarin Aily masih baik-baik saja— maksudnya tidak memperlihat tanda-tanda bahwa dia akan sakit. Pikirannya makin runyam.

AILY DAILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang