Bab 39. Murka

171 40 19
                                    

3 hari berselang, Rila mendapat panggilan dari dokter. Hasil tes DNA telah keluar, buru-buru dia mendatangi rumah sakit seorang diri saat Rayen dan ayahnya tengah bekerja.

Dokter memberi surat hasil pemeriksaan. Di sana tertera ketidak cocokan DNA, mempertegas bukan Rayen ayah biologis dari bayi yang Liya kandung. Dan hal tersebut membuat Rila lega.

Bersama surat di tangannya, Rila kembali pulang ke rumah untuk mengabarkan pada suami dan anak sambungnya.


***

Riga kembali ke rumah untuk mengambil chargeran miliknya yang tertinggal. Dia tak bisa meminta pada Rayen untuk mengambilkan, sebab Rila telah mewanti untuk Rayen tak bertemu Liya berdua tanpa pengawasan dirinya ataupun Riga.

"Ri,.." panggil Riga, mencari keberadaan sang istri. "Rila,.." lagi tak ada sahutan di dalam kamar mereka yang kosong. "Sayang,.."

Aakkh!

Riga mengedarkan pandangan ke arah suara bersumber, khawatir itu istrinya, dia segera mencari keberadaannya ke dapur, tapi justru mendapati Liya di sana, di mana pecahan kaca berserakan di sekitar kakinya.

"Jangan mendekat om, awas pecahan kaca" ujar Liya

"Bik Nur... Bik Nur..." panggil Riga tapi tak ada sahutan.

Kasihan melihat Liya bak terkurung oleh pecahan kaca, terlebih lagi dia tak menggunakan alas kaki rumahan, Riga berinisiatif membantunya dengan membereskan pecahan kaca tersebut.

Liya bergerak ingin pergi dari sana, dia justru tergelincir karena kurang kehati-hatian, sigap Riga membantu. Liya bergerak refleks dengan mengalungkan ke-dua tangan ke pundak Riga agar tak jatuh.

Mereka berpandangan sesaat karena terkejut, segera Riga melepaskan diri, tapi Liya menahan masih melingkarkan ke-dua tangannya pada pundak Riga.

"APA-APAAN INI!!!" pekik Rila geram mendapati pemandangan yang menyulut api kemarahan di dalam dirinya.

Saat itu juga Riga tak perduli dengan keadaan Liya yang tengah berbadan dua. Dia melepaskan paksa Liya darinya dan mendekati istrinya yang marah.

"Sayang, ini nggak seperti yang kamu lihat" papar Riga, Rila tak perduli, dia melewati Riga begitu saja menghampiri Liya dan memberikan sebuah tamparan keras di pipinya.

Plak!

"Dasar nggak tahu malu!"

Plak!

"Mengaku hamil anak dari anak sambung ku dan malah ingin menggoda suamiku!!"

Plak!

Rila menjambak rambut Liya, menatap geram wajah wanita yang menangis ketakutan itu. Dia mengeluarkan umpatan tepat di depan wajah Liya, lalu meraup cabe rawit yang telah di haluskan dan menyumpal kan ke mulut Liya. Tak hanya sampai di situ kemarahan seorang Rila... dia menuang sepanci sop hangat ke-atas kepala Liya hingga wanita malang itu basah kuyup dan menjerit-jerit seperti orang kesetanan. Bahkan panci yang masih menutupi kepala Liya bak hair steamer full face itu, di tempeleng menggunakan spatula kayu yang paling besar hingga Liya luruh ke lantai hampir-hampir hilang kesadaran.

Kepedasan, kepanasan, bahkan kesakitan, hingga telinganya berdengung, tapi tak membuat Rila yang kepalang geram iba. Bahkan dia kembali mendekati Liya yang terus menghindar hingga tersudut, memohon maaf dan ampunan dari wanita yang sempat dia sentuh suaminya.

"Sayang sudah, kamu salah paham" sela Riga mencoba melerai, dia mengangkat paksa Rila yang tak ingin melepaskan rambut panjang Liya yang menangis histeris, keadaan wanita itu sangat berantakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 11 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang