01 - Permohonan Romanov - 🦋🦋🦋

46 8 0
                                    

  Bunyi pelatuk berhasil membangunkan seorang pria paruh baya dari tidurnya.

  Begitu kelopak matanya terbuka, pria paruh baya tersebut sadar kalau moncong pistol yang pelatuknya tadi ditarik kini berada tepat di depan keningnya.

  “Mr Romanov, jangan mencoba untuk merebut pistol dalam genggaman tangan saya, karena pistol tersebut hanya bisa berfungsi jika saya yang menggunakannya.” Pria yang menodongkan pistol ke kening Romanov sontak memberi peringatan agar pria paruh baya tersebut tidak mencoba melakukan perlawanan dengan cara merebut pistolnya.

  “Biometrik, huh?” tanya Romanov sambil terkekeh.

  Pria tersebut tidak menjawab pertanyaan Romanov.

  “Tenang saja, saya tidak akan merebut pistolnya.” Romanov tentu tahu tentang teknologi tersebut, karena ia juga memiliki pistol yang sama.

  Jika pistol tersebut menggunakan sensor mikrodermal yang dikodekan langsung ke sidik jari pemiliknya, maka Romanov tidak akan bisa menggunakan pistol tersebut sekalipun berhasil merebutnya. Lagipula, jika seandainya pistol tersebut tidak menggunakan sidik jari sekalipun, Romanov juga sama sekali tidak berniat untuk merebutnya. Percuma saja merebutnya, Romanov kalah jumlah. Sekarang di dalam kamarnya ada banyak sekali orang bersenjata lengkap, bahkan tak sedikit pula yang menggunakan senjata laras panjang. Romanov yakin, pasti sudah ada banyak sekali penembak jitu di luar mansionnya, yang siap menebaknya jika sampai terjadi sesuatu di luar kendali.

  “Anda sama sekali tidak terlihat takut, Mr Romanov?” Raut wajah Romanov terlihat santai. Romanov sama sekali tidak terlihat ketakutan atau tegang, dan itu mengusiknya sekaligus membuatnya kesal. Bukan ini yang ia harapkan, ia berharap kalau Romanov akan ketakutan, lalu memohon untuk tak tembak.

  Romanov hanya tersenyum tipis, tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

  “Apa ada yang ingin kamu tanyakan kepada saya, anak muda?” Atensi Romanov kembali tertuju pada pria di hadapannya, setelah sebelumnya sibuk mengamati suasana di sekitarnya.

  Pria tersebut semakin menekan ujung moncong dari pistolnya pada kening Romanov, menandakan kalau pertanyaan dari Romanov berhasil memancing emosinya, membuatnya ingin segera menghabisi nyawa pria paruh baya tersebut.

  “Apa alasan Anda membunuh orang tua saya, Mr Romanov?” Pegangan pria tersebut pada pistolnya semakin kuat, menandakan jika emosi dalam dirinya saat ini sedang bergejolak.

  “Bunuh saya terlebih dahulu, setelah itu cari tahulah alasan kenapa saya membunuh Mr Harry, Ethan.” Romanov menjawab tenang.

  Ethan terkesiap, tak menyangka kalau pria paruh baya yang sudah membunuh kedua orang tuanya itu ternyata mengetahui namanya. Ethan jadi bertanya-tanya, sejauh mana Romanov mengetahui tentang jati dirinya yang sebenarnya?

  “Mr Romanov, Anda membunuh Ayah dan Ibu saya, bukan hanya membunuh Ayah saya.” Ethan meralat ucapan Romanov yang tadi hanya menyebut nama mendiang Ayahnya.

  “Bunuh saya terlebih dahulu agar kamu tahu alasan kenapa saya membunuh kedua orang tua kamu, Ethan.” Romanov ikut meralat ucapannya.

  “Dari mana Anda tahu nama asli saya? Apa Anda memata-matai saya, Mr Romanov?” Desis Ethan dengan tatapan mata yang semakin menajam, bahkan kini urat-urat di lehernya terlihat jelas.

  “Ethan, sebelum kamu membunuh saya, saya ingin mengajukan sebuah permintaan.” Romanov tidak menjawab pertanyaan Ethan.

  Ethan sama sekali tidak kesal karena Ethan sudah tahu apa jawabannya. Romanov tidak mungkin mengetahui identitasnya jika tidak memata-matainya, jadi jawaban dari pertanyaannya tadi adalah, Romanov memang memata-matainya.

Putri Sang Mafia - END - 🦋🦋🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang