24 - Fiona keguguran - 🦋🦋🦋

5 1 0
                                    

  Beberapa bulan sebelumnya.
  2 bulan setelah kepergian Ethan. 

  "Selamat pagi, Nona Fiona." Marco menyapa Fiona yang baru saja keluar dari lift. 

  "Selamat pagi, Marco." Fiona membalas sapaan Marco sambil terus melangkah menuju ruang makan.

  Begitu sampai di ruang makan, Fiona melihat Livy yang sedang menata makanan di atas meja makan. Fiona tiba-tiba menghentikan langkahnya saat indera penciumannya menghirup aroma yang membuat perutnya mual. 

  "Fiona, ada apa? Kenapa kamu berdiri di situ?" Livy menatap bingung Fiona yang masih berdiri diambang pintu masuk.

  Teguran Livy menyadarkan Fiona jika sejak tadi ia melamun. 

  Fiona menatap Livy sambil menggeleng pelan. "Tidak ada apa-apa, Livy."

  "Yakin?" Entah kenapa, Livy merasa ragu, terlebih ketika ia melihat betapa pucatnya wajah Fiona saat ini. "Fiona, apa kamu sakit? Wajah kamu pucat." 

  Fiona langsung merangkum wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Benarkah?" 

  "Iya, wajah kamu pucat. Apa kamu sakit?" Jika Fiona memang sakit, maka Livy akan melarang Fiona pergi ke kampus.

  "Aku baik-baik saja, Livy." Fiona meyakinkan Livy jika kondisinya memang baik-baik saja.

  "Kamu tidak merasa pusing?" 

  "Tidak, aku baik-baik saja." Fiona melanjutkan kembali langkahnya yang tadi sempat tertunda.

  "Ya sudah kalau begitu. Kamu mau sarapan dulu atau mau langsung berangkat ke kampus?"

  Sekarang Fiona sudah berdiri di dekat meja makan, dan saat itulah, aroma dari makanan yang tersaji meja masuk ke dalam indera penciumannya. 

  "Kenapa aromanya sangat tidak enak?" Keluhan tersebut hanya bisa Fiona ucapkan dalam hati.

  Fiona menatap meja makan, dan saat melihat menu makanan yang terhidang di meja, Fiona tahu jika tidak ada makanan aneh yang di masak. Lalu, aroma makanan apa yang sudah membuat perutnya mual? Fiona menatap satu persatu makanan tersebut sampai akhirnya Fiona tahu, aroma makanan apa yang membuatnya mual. 

  "Kenapa aku tiba-tiba tidak menyukai aroma sandwich?" Fiona bertanya dalam hati. Bingung karena ia tiba-tiba tidak menyukai aroma dari salah satu makanan kesukaannya tersebut, sebenarnya aroma dari dagingnyalah yang tidak Fiona sukai, padahal biasanya aroma tersebutlah yang membuat nasfu makan Fiona meningkat.

  "Shila sudah menunggu di bawah, jadi aku akan sarapan di mobil, tidak apa-apa kan?" Fiona akhirnya menjawab pertanyaan Livy.

  "Tentu saja tidak apa-apa." Dengan cepat, Livy menyiapkan sarapan untuk Fiona supaya Fiona bisa menikmatinya di mobil.

  Fiona memejamkan kedua matanya ketika rasa mual di perutnya semakin parah. Tanpa sadar, tangan Fiona pun kini berada di atas perutnya. Fiona ingin muntah, dan Fiona yakin jika ia akan muntah jika terus menerus berada di ruang makan. 

  "Perut kamu kenapa, Fiona?" Livy melihat Fiona yang saat ini memegang perutnya menggunakan tangan kanannya. 

  "Perut aku sakit." Fiona tidak akan memberi tahu Livy jika sebenarnya ia merasa mual akibat mencium aroma makanan yang di masak oleh Livy. Fiona tidak mau menyinggung perasaan Livy.

  Dengan cepat, Livy menghampiri Fiona. "Perut kamu sakit?" tanyanya yang kini terdengar sekali sangat khawatir. 

  "Iya, perut aku sakit." 

  "Aku akan panggilkan dokter untuk memeriksa kondisi kamu." 

  Fiona menahan kepergian Livy. "Eh, enggak usah." 

Putri Sang Mafia - END - 🦋🦋🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang