37 - Kematian Cindy - 🦋🦋🦋

2 0 0
                                    

  2 jam sudah berlalu sejak Fiona dan Cindy diculik.

  Saat ini, kedua wanita tersebut berada di tempat yang sangat terisolasi, jauh dari keramain.

  Seberapa keraspun mereka berdua berteriak, meminta pertolongan, tidak akan ada orang yang bisa mendengar teriakan mereka, kecuali orang-orang yang menculik mereka berdua. Orang-orang yang tentu saja malah akan tertawa senang begitu mendengar teriakan dari keduanya.

  Tadi begitu tiba di ruangan yang terbilang cukup sempit tersebut, Fiona dan Cindy sama-sama dalam keadaan pingsan, lalu sekarang,
Cindylah orang yang tersadar lebih dulu. 

  "Eungh...." Cindy mengerang ketika merasakan sakit yang tak terkira di perut bagian kanannya. Cindy menunduk, menghela nafas panjang ketika melihat darah segar sudah membasahi pakaiannya. "Sial! rasanya sakit sekali," keluhnya dengan raut wajah yang mulai pucat pasi.

  Saat akan memegang lukanya, Cindy akhirnya sadar jika saat ini, kedua tangannya terikat. Cindy lalu mencoba melepaskan kedua tangannya yang terikat, tapi ternyata tidak bisa, karena ikatan tersebut sangatlah kuat.

  "Nona Fiona, ba-bangun." Dengan susah payah, Cindy memanggil Fiona.

  Cindy tidak bisa mendekati Fiona karena saat ini dirinya terikat di kursi, sedangkan Fiona tergeletak tanpa alasan tepat di hadapannya.

  "Nona Fiona." Cindy kembali memanggil Fiona, kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya.

  Tak lama kemudian, Cindy mendengar suara Fiona yang mengerang.

  "Eungh...." Fiona mengerang,  perlahan tapi pasti, kedua kelopak matanya terbuka.

  Fiona bangun dari tidurnya, dengan cepat memegang kepalanya menggunakan tangan kanan ketika rasa pusing yang teramat sakit menyerangnya. "Akh, rasanya sakit banget," keluhnya sambil terus memijat kepalanya, mencoba untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

  "Nona." Cindy kembali memanggil Fiona.

  Fiona menoleh ke belakang. "Ci-cindy," ucapnya terbata.

  "Iya, Nona, ini saya."

  "Kita di mana, Cindy?" tanya lirih Fiona sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru arah, mencoba mencari tahu di mana posisinya saat ini.

  "Saya tidak tahu di mana posisi kita sekarang, Nona, tapi saat ini kita terkurung di dalam sel." 

  "Kamu benar, Cindy, kita berdua terkurung di dalam sel yang pastinya terkunci," gumam Fiona yang kini mencoba untuk berdiri. 

  "Nona, hati-hati." Cindy seketika merasa sangat panik ketika melihat tubuh Fiona oleng, tapi untungnya, Fiona bisa langsung menyeimbangkan kembali pijakannya.

  Dengan langkah gontai, Fiona mendekati Cindy. Fiona langsung bersimpuh di hadapan Cindy ketika melihat ada banyak sekali darah di pakaian Cindy.

  "Cindy, kamu terluka," ucap Fiona dengan kedua mata melotot.

  "Iya, Nona, saya memang terluka." Cindy menyahut lirih.

  Fiona mengangkat baju yang Cindy kenakan untuk melihat luka di tubuh Cindy.

  "Baguslah kalau kalian berdua sudah sadar, jadi kita bisa segera bermain." 

  Suara bariton tersebut mengejutkan Fiona dan Cindy. Keduanya lantas menoleh ke samping, saat itulah mereka melihat ada 4 orang pria yang berdiri di luar sel.

  3 orang berkepala plontos dan memiliki tubuh yang kekar, sekaligus juga sangat menyeramkan, sementara 1 pria paling depan memiliki tubuh jauh lebih kecil dari ketiga pria di belakangnya, memiliki rambut yang sudah memutih, itu artinya, pria tersebut jauh lebih tua dari ketiga pria lainnya.

Putri Sang Mafia - END - 🦋🦋🦋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang