Bab 1

303 21 0
                                    

Selamat membaca.

.

.

.

Di tengah kesibukan Seoul yang tak pernah tidur, ada satu rumah megah yang selalu dipenuhi kehangatan dan tawa, rumah keluarga Kim Woo Bin. Meski hidup dalam kemewahan dan status tinggi sebagai keluarga konglomerat, mereka tidak pernah melupakan pentingnya cinta dan kebersamaan.

Kim Woo Bin, seorang pengusaha yang sukses, dan istrinya, Kim Aera, adalah orang tua yang penuh perhatian. Bagi mereka, keluarga adalah segalanya. Kehidupan yang sibuk dan tuntutan bisnis tak pernah menghalangi mereka untuk memberikan kasih sayang sepenuhnya kepada kedua anak laki-laki mereka, Seokjin dan Yoongi.

Seokjin, putra sulung mereka yang berusia 9 tahun, adalah anak yang cerdas dan bertanggung jawab. Dia selalu peduli pada adik kecilnya dan memiliki ikatan yang sangat kuat dengan keluarganya.

Di sisi lain, Yoongi, yang baru berusia 2 tahun, adalah anak yang ceria dan penuh rasa ingin tahu. Dengan senyum polos dan gelak tawanya, ia membawa kebahagiaan dalam setiap sudut rumah megah itu.

Meskipun usia mereka berbeda jauh, Seokjin dan Yoongi tak pernah terpisahkan. Seokjin selalu siap menjaga dan melindungi adiknya, sementara Yoongi, dengan caranya sendiri yang penuh kasih, selalu ingin mengikuti jejak hyungnya ke mana pun hyungnya pergi.

Di pagi yang cerah itu, di rumah megah mereka, Seokjin tengah sibuk bermain di ruang tamu.

"Yung! Yung!" teriak Yoongi yang baru bangun tidur dan dengan lari-lari kecil mendekati Seokjin, yang saat itu sedang merangkai puzzle.

Dengan wajah ceria, Yoongi langsung melompat ke punggung Seokjin yang duduk di lantai, membuat hyungnya hampir kehilangan keseimbangan.

"Unggie, hati-hati dong! Hyung jadi jatuh nih," kata Seokjin, meskipun sebenarnya ia tidak marah sama sekali. Ia justru senang dengan tingkah adiknya yang selalu manja dan suka mengganggunya.

"Apa Unggie tidak bosan mengganggu hyung setiap hari?" tanya Seokjin dengan lembut sambil menarik adiknya ke pangkuannya.

Yoongi yang kecil dan menggemaskan kini duduk menghadapnya, membuat Seokjin tak tahan untuk menciumi pipi gembul adiknya berulang kali.

Yoongi tertawa kecil kemudian memeluk erat hyungnya. "Unggie mau main cama yung! Tapi yung ndak mau main cama Unggie!" jawab Yoongi dengan suara lucunya.

"Bukan nggak mau, tapi Unggie itu kan masih kecil, belum bisa bantu hyung merangkai puzzle. Lagian, hyung udah mau selesai nih," balas Seokjin sambil menunjukkan setengah bagian puzzle yang sudah ia selesaikan.

Yoongi menggelengkan kepala, lalu memajukan bibirnya seolah ingin merajuk. "Yung, ayo main yang lain caja! Unggie mau main cama cama yung!" katanya berusaha merayu sang hyung dengan wajah imutnya.

Seokjin tak bisa menahan tawa melihat adiknya yang sangat menggemaskan.

"Aduh, Unggie! Oke, oke, hyung menyerah! Ayo, kita main. Memangnya Unggie mau main apa?" kata Seokjin sambil mengangkat tangan, seolah menyerah pada kehendak adik kecilnya.

Yoongi langsung melompat kegirangan, "Ayo main petak umpet, yung! Unggie cembunyi, yung cali!" teriaknya penuh semangat.

Seokjin tak bisa menahan senyum. Dia tahu Yoongi selalu memilih permainan yang melibatkan banyak gerakan dan tawa.

"Baiklah, tapi kali ini hyung yang sembunyi dulu, ya?" kata Seokjin, mencoba memberi adiknya kesempatan untuk bermain lebih serius.

"Yung cembunyi? Unggie cali? Yay!" seru Yoongi sambil bertepuk tangan dengan wajahnya ceria.

Threads of AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang