Bab 15

267 37 15
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Sesampainya di lokasi, Seokjin menghentikan mobilnya dengan kasar dan langsung turun. Dengan napas yang memburu, ia berlari ke sana kemari, matanya tak henti mencari sosok adiknya. Keputusasaan mulai merayap, tapi ia terus berjalan, tak mau menyerah.

Di tengah kepanikannya, Seokjin melihat sepasang kekasih yang tengah berjalan tak jauh dari situ. Tanpa ragu, ia menghampiri mereka dengan langkah tergesa.

"Permisi... apa... apa di sini baru saja terjadi kecelakaan?" tanya Seokjin dengan suara bergetar.

Pria dari pasangan itu terlihat kebingungan dan menoleh pada Seokjin. "Maaf, kami tidak tahu. Kami baru saja berjalan di sekitar sini," jawabnya sopan.

Seokjin mengangguk, meski hatinya semakin gelisah. "Kalau begitu, apakah kalian melihat seorang pria yang tingginya... segini, kulitnya putih... hampir pucat?" tanyanya lagi dengan penuh harap, suaranya hampir memohon.

Wanita itu berpikir sejenak sebelum menunjuk ke beberapa arah. "Aku melihat seseorang dengan ciri-ciri itu... tapi tidak hanya satu orang. Ada yang di sana, di sana, dan di sana," katanya sambil menunjuk beberapa titik di sekeliling area itu.

Seokjin menarik napas dalam-dalam, menahan rasa frustrasi dan kegelisahannya. Namun, ia tetap berterima kasih kepada pasangan itu sebelum berlari lagi.

Kali ini, langkahnya menuju taman yang terletak tak jauh dari situ. Dia berharap, dengan segala kekuatan yang tersisa, bahwa Yoongi ada di sana.

Seokjin berlari di taman, meneliti setiap sudut dengan kecemasan yang memenuhi pikirannya. Pikiran-pikiran buruk terus mengganggu, menciptakan bayangan menakutkan tentang apa yang mungkin terjadi pada Yoongi.

Seokjin terus mencari dengan napas terengah-engah hingga langkahnya tiba-tiba terhenti.

Matanya terpaku pada sosok pria yang duduk di bangku taman, mengenakan pakaian hitam, bersandar dengan kepala menunduk.


























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Threads of AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang