Bab 4

149 13 0
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Pasar yang ramai dipenuhi oleh suara tawar-menawar dan hiruk-pikuk aktivitas orang-orang yang berbelanja kebutuhan sehari-hari. Di antara kerumunan itu, terlihat sosok kecil yang tengah berjuang menjajakan dagangannya—Yoongi. Wajahnya berpeluh, pakaian lusuhnya sudah basah oleh keringat, dan kedua tangan kecilnya berusaha menyeimbangkan keranjang sayur yang berat di pundaknya.

Dia terus berjalan, menawarkan sayuran yang ia bawa, dengan suara kecilnya yang nyaris tenggelam di antara kebisingan pasar.

"Sayur... beli sayur...," Yoongi dengan suara kecilnya, lebih terdengar seperti permohonan daripada tawaran.

Beberapa orang berhenti dan membeli, sementara banyak yang hanya melewatinya begitu saja, seolah dia tidak ada.

Ketika waktu semakin sore, jualannya masih tersisa seperempat keranjang. Hatinya mulai gelisah. Dia tahu betul bahwa pulang dengan sayuran yang tidak habis bukanlah pilihan yang aman. Dia harus menjual semuanya, atau konsekuensinya akan sangat berat.

"Sayur... sayur...," ulangnya lagi, mencoba menahan ketakutan yang semakin menghantuinya.

Seorang pria paruh baya lewat, dan Yoongi, dengan senyum penuh harap, menawarkan sayurannya.

"Paman, beli sayur... murah..."

Namun, tanpa diduga, pria itu mengibaskan tangannya dengan kasar, bahkan lebih dari itu, dia mendorong tubuh kecil Yoongi hingga jatuh ke belakang.

"Pergi sana! Jangan mengganggu!" bentaknya, merasa risih.

Keranjang sayuran Yoongi terjatuh dan sayurannya berserakan di tanah yang kotor. Mata Yoongi melebar dan hatinya langsung hancur ketika melihat sayurannya yang berantakan.

Pria itu menatapnya dengan jijik, lalu dengan sengaja menginjak beberapa sayuran yang sudah jatuh ke tanah sebelum melangkah pergi.

Yoongi hanya mampu memandang sayuran itu, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Air mata mulai menggenang di matanya, dan tanpa bisa menahan lagi, Yoongi mulai menangis dalam diam.

"Apa yang harus aku lakukan...? Hiks..." 

Dia takut untuk pulang. Dia tahu Nam Kyung dan Nam Soo pasti akan marah.

"Aku pasti akan dihukum," lirih Yoongi penuh ketakutan.

Perlahan, dengan tangan yang gemetar, ia mencoba memungut sayuran yang masih tersisa dan memasukkannya kembali ke keranjang.

Saat matahari mulai tenggelam, Yoongi memutuskan untuk pulang. Langkah-langkahnya terasa sangat berat dengan hati yang semakin diliputi rasa takut.

Benar saja, begitu tiba di rumah, Nam Soo sudah menunggunya di depan pintu dengan tatapan tajamnya yang langsung menghunjam ke arah Yoongi.

Threads of AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang