Bab 12

172 30 4
                                    

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca.

.

.

.

Setelah beberapa menit berkendara, mobil Seokjin akhirnya berhenti di depan sebuah gang kecil, tempat Yoongi tinggal. Tadi, setelah selesai makan bubur, Yoongi bersikeras untuk pulang meski Seokjin telah menyuruhnya menginap.

Yoongi merasa tidak enak jika harus tinggal lebih lama di rumah Seokjin yang begitu mewah. Ia merasa dirinya tidak pantas berada di tempat semewah itu.

Bahkan, ia menahan rasa penasarannya untuk melihat-lihat furnitur dan isi kamar Seokjin, yang sangat elegan dan berkelas, karena ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di rumah semewah itu.

Akhirnya, Seokjin mengalah, mengizinkan Yoongi pulang, meskipun dengan syarat ia akan mengantarnya sampai depan tempat tinggalnya.

Tentu saja, Yoongi awalnya menolak, karena niatnya untuk pulang justru agar tidak merepotkan Seokjin. Tapi Seokjin tidak menerima penolakan itu dan benar-benar mengantarnya pulang.

Sekarang, mereka masih duduk di dalam mobil, keheningan menyelimuti mobil itu.

"Ehm, sudah sampai, hyung," cicit Yoongi, memecah kesunyian.

Sejak tadi, Seokjin diam tanpa sepatah kata.

"Kau tinggal di mana?" tanya Seokjin akhirnya.

"Di sana," jawab Yoongi sambil menunjuk flat kecil di ujung jalan.

Seokjin mengangguk. "Baiklah, ayo," katanya sambil melepaskan sabuk pengaman, berniat turun.

"Emm, apa hyung ingin mampir?" tanya Yoongi pelan, menghentikan gerakan Seokjin.

"Tidak, aku hanya akan mengantarmu sampai kau masuk ke rumah," balas Seokjin dengan tenang.

"Tidak perlu, hyung. Sebaiknya hyung tetap di sini saja, aku bisa masuk sendiri," jawab Yoongi dengan sopan.

Seokjin menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk. "Baiklah."

"Kalau begitu, hati-hati di jalan, hyung. Terima kasih banyak karena telah membantuku hari ini." kata Yoongi sambil tersenyum.

Seokjin otomatis tersenyum saat melihat senyum Yoongi yang tulus. "Hm, tentu."

Setelah memastikan Yoongi masuk ke flatnya, Seokjin langsung pulang, memacu mobilnya menyusuri jalan malam yang sepi.

Setibanya di rumah, Seokjin tidak membuang waktu. Dia masuk ke kamarnya, merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk.

Matanya menatap langit-langit kamar, pikirannya dipenuhi dengan berbagai hal-Yoongi, adiknya, pertemuan tadi-semuanya berputar di kepalanya.

Namun, ia memilih untuk menutup mata dan membiarkan kantuk perlahan mengambil alih.

.

.

Threads of AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang