Bab 8

160 26 0
                                    

Selamat mambaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat mambaca.

.

.

.

Yoongi kembali ke rumah setelah seharian bekerja. Tubuhnya lelah, tetapi tak ada waktu untuk beristirahat. Begitu ia membuka pintu rumah, dua wanita itu-Nam Kyung dan Nam Soo-sudah menunggunya di ruang tamu dengan tatapan dingin.

"Yoongi, bersihkan rumah ini sekarang. Dan setelah itu buatkan kami camilan," perintah Nam Kyung tanpa sedikitpun rasa kasihan.

Yoongi mengangguk tanpa mengeluh, seperti biasa. Dia mengambil sapu dan pel, membersihkan setiap sudut rumah yang berantakan setelah Nam Kyung dan Nam Soo berpesta lagi. Sambil bekerja, dia mendengar perintah tambahan seperti, "Ambilkan minuman," atau, "Cepat buatkan camilan," yang ia tanggapi dengan segera.

Waktu terus berlalu hingga akhirnya larut malam. Setelah Nam Kyung dan Nam Soo memutuskan untuk tidur, Yoongi membereskan pekerjaan terakhirnya.

Yoongi masuk ke kamarnya yang sempit dan berbaring di atas lantai yang hanya beralaskan tikar tipis. Matanya terpejam, tetapi pikirannya tidak berhenti bekerja.

Setelah beberapa menit memejamkan mata, Yoongi membuka matanya lagi. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia bangkit perlahan, duduk dan meraih tas ransel kecil yang ia gunakan untuk bekerja.

Di dalam tas itu, ia sudah mengemas beberapa pakaian dan sedikit uang hasil simpanannya selama ini. Dengan hati-hati, ia mengendap-endap keluar dari kamarnya, memastikan tidak ada suara yang membangunkan kedua wanita yang sudah tertidur di kamarnya.

Yoongi melangkah menuju pintu belakang yang kecil, yang memang jarang terkunci. Setelah memastikan tidak ada yang mendengar, ia keluar dan menutup pintu dengan pelan.

Di halaman belakang, tanpa ragu, Yoongi melompati pagar itu dengan sekali loncatan, lalu berlari sekencang-kencangnya menjauh dari rumah yang selama ini menjadi penjaranya. Ya Yoongi memang sudah memutuskan untuk kabur malam ini.

Malam semakin gelap, namun langkah Yoongi tetap cepat. Udara dingin menggigit kulitnya, tapi ia tak peduli. Yang ada dalam pikirannya sekarang hanya satu, kebebasan.

Yoongi terus berlari hingga akhirnya sampai di pusat kota Daegu. Nafasnya tersengal-sengal, kakinya terasa lemas, dan ia berhenti sejenak, melihat sekeliling.

Di hadapannya, berdiri megah Daegu 83 Tower, tempat wisata yang tetap ramai meskipun sudah larut malam. Orang-orang masih lalu-lalang, tertawa, berbicara, seolah dunia ini tak mengenal rasa sakit yang ia rasakan.

Yoongi mendongak, menatap langit malam yang begitu luas, penuh bintang-bintang yang berkilauan. Di sana, dalam keheningan malam, ia memanjatkan harapan.

Setelah beberapa saat, Yoongi menarik napas dalam-dalam, memperbaiki topi hitam yang ia kenakan, dan merapatkan jaket hitam tipisnya untuk melindungi diri dari angin malam yang dingin. Ia memutuskan untuk terus berjalan, menghindari perhatian orang-orang di sekitar.

Threads of AffectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang