PROLOG

36 7 0
                                    

Hidup itu teka-teki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hidup itu teka-teki. Tidak ada yang tahu pasti apa jawabannya. Di hidup inilah, Tuhan menjadikan manusia dengan berbagai keanekaragaman, penuh kejutan, bahkan sulit ditebak. Beragam karakter manusia, berbeda-beda, hingga perbedaan tersebut mendatangkan rasa sama yang indah, atau bahkan sama saling menyakitkan.

Secangkir kopi terletak menawan di atas sebuah meja bundar. Ukurannya biasa saja, tidak besar dan tidak kecil. Sedang. Amran duduk termenung di sebuah bangku kayu dekat meja itu. Mengabaikan kopinya yang mengepul. Memberi ruang untuk dirinya menatap kosong ke depan. Sebenarnya tidak sepenuhnya kosong. Ia hanya sedang menelisik tiap sudut pekarangan rumah ini.

Ya. Rumah.

Rumah yang dulu ia beli dengan penuh suka cita. Hati semerbak penuh tangkaian cinta, dikerubuti kupu-kupu harapan. Namun, inilah hidup. Sehebat apa pun kasih sayang makhluk, tak akan tertanding dengan Rahman dan Rahim Yang Maha Menciptakan. Kasih yang halus, lembut, bahkan tak jarang membuat para manusia bodoh jadi tak mampu merasakan kasih sayang-Nya. Rumah ini, hari ini akan ia jual.

Rumah pertama yang Amran beli dengan hasil keringatnya sendiri. Hari ini akan ia jual. Tak masalah. Biarlah rumah pertama ini tinggal kata kenang saja. Pun, sudah beberapa bulan ini ia tinggal di sebuah rumah yang terakhir kali ia beli belum lama ini.

Di sana. Ya. Di sanalah, rumah yang sebenarnya. Itu rumahnya sekarang.

"Mas. Ayok." Suara indah itu sopan sekali masuk ke pendengaran Amran. Sontak membuatnya menoleh. Menatap lekat seseorang yang memanggilnya. Seseorang, yang kini menjadi rumahnya, bahkan walau tanpa dinding dan atap. Di mana dia berada, maka di situ pula rumah buat Amran.

Inilah kisah mereka. Kisah tentang bagaimana Amran menemukan rumah yang Tuhan takdirkan untuknya. Luka-luka masa lalu yang mulai kering. Tanah-tanah hati yang tandus. Kini sudah mulai menjadi lahan subur.

Amran bangkit dari duduknya. Menghampiri rumahnya.

"Mau langsung pulang? Hmm, mau jajan?"

Yang ditanya pun sontak tersenyum mengiyakan. Menakjubkan. Senyum yang menakjubkan. Senyum ini, adalah senyum yang ingin Amran lihat setiap hari, setiap saat, tidak ingin pudar. Senyum yang akan selalu Amran jaga, dan senyum yang akan selalu menjaga dirinya.

꧁༒ ♡ ༒꧂

Mawar LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang