23. Makan Bakso

3 2 0
                                    

Aisyah diam sebentar. Sedang mengumpulkan kekuatan untuk buka suara lagi.

"Bang, Aisyah, duduk si belakang aja, boleh? Terus kaca mobil juga dibuka, boleh?" Refleks ia telan angin kosong di kerongkongan.

Menatap, menunggu akan respon dari laki-laki di depannya. Laki-laki tersenyum. "Iya boleh, Aisyah," jawabnya.

Mereka pun segera masuk ke dalam mobil, dengan posisi deretan jok yang berbeda.

Amran mulai menyalakan mesin, gemuruh samarnya mulai terdengar. Lalu laki-laki itu tampak membuka layar ponsel, mungkin, ada sesuatu yang penting atau apalah itu.

Sedangkan si gadis itu duduk di belakang bersama paperbag bukunya. "Apa aku terkesan tidak sopan ya? Aduh ini malah kayak Bang Amran jadi supirku ini! Huaaa kok aku gak kepikiran ya tadi, kalau bakal ada momen awakward seperti ini!" Ia sibuk membatin sendiri.

"Aisyah."

Panggilan tersebut sontak memecah keheningan.

"Ya, Bang."

"Maaf aku izin tanya, apa ada yang bikin kamu gak nyaman?"

Mata gadis itu hampir membola. "Aku? Kamu?"

"Kalau ada, sampaikan aja ya. Jangan sungkan."

"Iya, Bang. Aman kok." Gadis itu tersenyum. Berusaha memecah suasana kaku di dirinya.

Laki-laki itu tersenyum lagi, atau mungkin, memang dari terus-menerus tersenyum tanpa pudar. "Ada makanan yang kamu suka? Atau mungkin, ada makanan yang mau kamu makan sekarang?"

Aisyah berpikir sebentar. "Gimana kalau bakso?"

"Boleh. Aku juga suka itu. Aku ajak ke tempat langgananku, mau?"

Aisyah mengangguk antusias.

Laki-laki itu lalu menoleh ke depan. Sudah sibuk melajukan mobil, menggerakkan semu empat roda tersebut.

Beberapa saat terasa hening. Keduanya diam saja. Tak ada topik pembicaraan, atau sama-sama bingung mau mulai buka suara bagaimana."

"Kok jadi gini ya? Aku kepikiran aja tadi, buat ajak Aisyah makan, dia pun temannya Filza, dan kita juga udah saling kenal dan ketemu beberapa kali di rumah. Tapi, kok malah bikin gugup gini? Come on, Man!"

"Refleks banget aku nerima ajakan Bang Amran, tanpa mikir bakal gimana sikon kami nantinya. Gak ekspek gini Kemaren-kemaren waktu jumpa Bang Amran di rumahnya, kayaknya biasa aja deh. Kok ini canggung banget ya!"

Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Hanya hening selama beberapa menit mobil itu melaju.

"Alhamdulillah, kita sudah sampai."

Mereka turun dari mobil, lalu jalan bersama untuk masuk ke dalam warung bakso. Amran jalan selangkah lebih depan dari Aisyah.

Suasana di sana ramai, namun tak sesak. Masih ada beberapa meja kosong tanpa pengunjung.

"Duduk di sini?"

Aisyah mengangguk.

"Oke."

Mereka duduk di sebuah meja dengan empat kursi.

"Mau bakso yang gimana?"

"Samain kayak pesanan Bang Amran aja."

"Minum?"

"Es teh aja."

Amran mengangguk. Lalu memanggil seorang pelayan untuk menyampaikan pesanannya.

"Bang Amran," panggil Aisyah, tepat setelah pelayan itu pergi.

Mawar LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang