16. Part of My Best Life

3 1 0
                                    

"Dunia belum sangat jahat jika keluargamu masih utuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dunia belum sangat jahat jika keluargamu masih utuh. Karena kehidupan ada cobaan dan rintangan, itu wajar. Suka dan duka itu memang bagian dari hidup. Selama masih ada keluarga, ada rumah untuk pulang, maka semua tak akan seburuk itu."

༄࿐ ༄࿐ ༄࿐

Minggu sudah berganti.

Amran mengecek jadwalnya, pun menyusun akut segala kegiatannya, hingga ia mendapatkan setidaknya 7 hari tanpa jadwal kegiatan penting dan bisa pulang ke kota asalnya.

Pulang ke rumah.

Tiba di rumah kemarin malam, kurang lebih bakda magrib. Semuanya sontak menyambut kedatangan Amran. Ayah, Bunda, dan Filza, langsung keluar rumah saat mendengar gerbang terbuka. Senyum merekah, menyambut putra mahkota di rumah ini.

Keluarga yang berbentuk keluarga sungguhan.

Rumah yang bukan sekadar bangunan. Pondasi beratap yang menjadi tempat pulang sungguhan.

Pagi hari seperti biasa. Mereka semua bangun untuk menunaikan salat, bahkan bunda sudah bangun lebih awal untuk tahajud. Ayah dan Amran pergi ke masjid bersama untuk menunaikan salat berjemaah. Sedangkan bunda dan Filza berjemaah berdua di rumah. Lalu lanjut sarapan, bercengkrama, mengobrol apa saja, mereka nikmati waktu bersama dalam sumbu hangat kekeluargaan.

Tidak. Ini bukan jadwal khusus. Hanya saja, ini kebiasaan yang tanpa sadar mereka lakukan sejak dulu. Semua baru akan melakukan kegiatan masing-masing hanya setelah sarapan bersama di meja makan, dan jika hari libur, mereka akan lanjut mengobrol. Mendiskusikan kabar dunia.

Kebiasaan sederhana yang terbentuk dalam keluarga ini.

"Ayah, ada lihat berita tentang Yahya Sinwar?" tanya Amran, lalu menyeruput teh di cangkirnya.

Ayah Daud pun tampak berpikir. "Oh yang pemimpin pemerintahan Hamas di jalur Gaza, ya?"

Amran mengangguk, sedangkan Filza dan Bunda pun ikut menyimak.

"Kenapa beliau? Ayah belum baca berita, nih."

"Beliau sudah gugur."

"Innaa lillaahii wa innaa ilaihi raaji'un." Serentak mereka bertiga saat mendengar kabar duka tersebut.

"Kapan itu, Bang? Coba, ceritakan kronologinya," ujar ayah. "Iya, Bang, ayo ceritain." Bunda dan Filza pun semakin serius menyimak.

"Kalau dari yang Amran baca di portal tadi. Di tanggal 15 Oktober kemarin telah terjadi serangan lagi dari pihak zionis, dan ternyata di salah satu gedung yang terkena tembakan serangan dari mereka adalah gedung tempat Yahya Sinwar bersembunyi. Militer zionis juga sempat saling tembak dengan kombatan Hamas sebelumnya. Namun, setelah dilakukannya otopsi diketahui bahwa Yahya Sinwar tewas karena ditembak di bagian kepala, dan secara logika rasanya gak mungkin bisa dinyatakan demikian kalau memang Yahya Sinwar cuma menjadi korban dari serangan di gedung itu."

Mawar LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang