"Rumah. Tempat pulang dan tempat berlindung. Manusia bisa memilih rumah impiannya, namun tetaplah Tuhan penentu rumah takdir kita."
༄࿐ ༄࿐ ༄࿐
Matahari menyala terang. Panas yang menyengat, siap menghangatkan isi bumi. Hanya ada beberapa awan tipis yang membantu untuk membendung. Membuat angin hilir pun terasa hangat karena saking panasnya.
Cuaca panas inilah yang menemani Amran bolak-balik dalam berkegiatan—yang dominan outdoor—selama seharian ini. Ia baru akan pulang ke kamar kosnya sore hari nanti, sekalian untuk pulang ke rumah orangtuanya.
Atas izin Allah, akhirnya Amran sudah menyelesaikan skrisinya. Penelitian, bimbingan, revisi, acc, sidang, dan segala tetek bengek. Amran sudah menyelesaikan semuanya. Edisi bergelut dengan paragraf-paragraf skripsi sudah usai. Hari ini, Amran sedang mengurus administrasi pendaftaran yudisium.
"Alhamdulillah," gumanya.
Penuh syukur. Terasa lega. Urusan pemberkasan pun sudah selesai. Sudah tak terhingga untaian rasa syukurnya atas segala urusan yang Allah permudahkan. Usaha dan lelahnya selama ini terbayarkan. Hanya tinggal selangkah lagi untuk ia sah menjadi sarjana.
Amran melirik arloji di pergelangan tangan. "Sudah masuk waktu shalat zuhur."
Matahari sudah semakin tegak di pucuk sana. Siang. Rombongan keringat sudah memenuhi dahinya. Amran meraih selembar tisu dari bungkus kecil yang sempat ia simpan di kantong celana. Merapikan sedikit penampilannya. Lalu ia bergegas menuju mobilnya yang ada di parkiran, hendak pergi ke masjid untuk menunaikan salat.
Sayangnya, ia tertinggal jemaah. Sehingga ia menunaikan salat secara munfarid.
Drttt.
Ponselnya berdering.
"Assalamu'alaikum, Bunda."
Panggilan terhubung. Itu bunda—ibunya Amran—yang menelepon.
"Wa'alaikumussalam. Abang, kamu lagi apa?" tanya bunda dari seberang.
"Ini baru aja selesai shalat zuhur."
"Oh, Alhamdulillah. Abang, kamu jadi pulang hari ini?"
Amran tersenyum. "Insyaallah, jadi, Bunda."
"Jam berapa, Nak?"
"Mungkin agak sorean, Bunda. Soalnya Amran masih harus ketemu agen buat persetujuan beli rumah. Baru setelahnya, Amran pulang."
"Abang, kamu udah yakin buat beli rumah itu? Terus, nanti rumah itu siapa yang huni?"
Amran tersenyum. Mengerti ke mana arah dari percakapan ini.
"Bundaaa. Kan Amran sudah diskusikan ini sebelumnya? Amran beli rumah untuk aset saja, Bun. Terus nanti Amran akan sewa tenaga kebersihan setempat untuk bersihin rumahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Layu
Mystery / Thriller🥀🥀🥀 Malam itu terjadi begitu saja. Kecelakaan besar yang datang dengan ganas dan merampas nyawa perempuan yang selama ini Amran cintai dalam diam. Andai kecelakaan itu tidak terjadi, maka seharusnya besok adalah hari bahagia di mana ia akhirnya a...