26. Bunda Sakit

3 1 0
                                    

Tak Tok Tak Tok.

Jarum jam berdentum pelan, namun terdengar jelas dalam keheningan di lorong rumah sakit ini. Hanya ada dua orang laki-laki di sana. Keduanya menekuk tubuh, mengalir air matanya diam-diam, pun, bersamaan dengan lantunan doa dan harapan di hati.

"Permisi."

Pintu mendecit bersama datangnya suara rendah itu. Memecah hening antara dua pria, sigap membuat mereka bangun dari duduknya.

"Dokter, bagaimana istri saya?" Ayah menatap si pria berbaju putih itu, menunggu dia bersuara lagi, begitu pun Amran yang berdiri di sebelah Ayah.

"Bapak, mari ke ruangan saya."

"Amran ikut!"

"Nak." Ayah menatap putranya, matanya sudah berembun, siap meneteskan air mata lagi. "Kamu temuin Bunda sama Adek aja, biar Ayah yang bicara sama dokter."

"T-tapi.."

"Temani Bunda, Nak."

Dengan berat hati ia pun mengangguk. Amran memang mau melihat keadaan Bunda sekarang, tapi begitu juga ia ingin tahu bagaimana detail kondisi kesehatan Bunda.

Bujang itu jalan berlalu, melewati Ayahnya dan si Pak Dokter di sana. Pergi menghampiri Bunda dan Filza di dalam sana.

"Mari, Pak," ujar Dokter kemudian.

Ayah mengangguk. Lalu ikut mengikuti langkah dokter ke ruangannya.

"Silakan duduk, Pak."

"Terima kasih, Dok."

Ruangan itu seketika menjadi sunyi. Hanya ada suara gesekan lembar kertas dari buku catatan Pak Dokter, pun, suara-suara semu di kepala Ayah Daud.

"Baik, Pak. Langsung saja, saya izin menjelaskan tentang kondisi kesehatan Bu Anum."

Tak menyahut. Ayah Daud hanya diam dan menyimak seksama.

"Seperti yang Bapak tahu, bahwa Bu Anum memiliki riwayat Hipertensi, atau umumnya disebut Tekanan Darah Tinggi. Ini adalah kondisi suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri."

"Dok, boleh tolong jelaskan lebih rinci tentang tekanan darah tinggi itu? Biar setidaknya saya paham jelas tentang kondisi yang istri saya hadapi, dan tau harus melakukan apa nantinya."

"Tentu saja boleh, Pak. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Hipertensi atau darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada pada angka 130/80 mmHg atau lebih. Jika tidak segera ditangani, hipertensi bisa menyebabkan komplikasi serius, seperti gagal jantung, penyakit ginjal, hingga stroke.

"Tekanan darah dinyatakan dalam dua nilai angka yang dipisahkan dengan garis miring atau yang biasanya disebut “per”. Angka di awal, yaitu di sebelah kiri garis miring menandakan tekanan sistolik. Ini adalah tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi untuk memompa darah keluar dari jantung. Angka di akhir yang berada setelah garis miring menandakan tekanan diastolik, yaitu tekanan darah saat jantung berelaksasi dan menyedot atau menerima darah masuk kembali ke dalam jantung."

"Pada kondisi normal, tekanan darah orang dewasa adalah 120/80 mmHg. Artinya, tekanan sistoliknya adalah 120 mmHg dan diastoliknya 80 mmHG. Tekanan darah tinggi yang terjadi terus-menerus dapat membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Kondisi ini lama-kelamaan bisa membuat jantung membesar, merusak pembuluh darah, dan membuat ginjal tidak bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, hipertensi perlu segera ditangani. Setelah tekanan darah kembali normal pun, perlu terus dilakukan pemantauan dan bahkan penggunaan obat rutin agar tekanan darah selalu terkontrol."

"Hipertensi juga bisa dipicu oleh emosi. Contoh yang paling sering ditemukan adalah hipertensi jas putih atau white coat hypertension, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh rasa takut atau cemas saat menjalani tes kesehatan. Hipertensi ini hanya terjadi saat pemeriksaan di klinik atau rumah sakit oleh dokter, perawat, atau tenaga kesehatan, dan akan kembali normal ketika pasien di rumah."

"Tekanan darah tinggi dikenal dengan istilah the silent killer atau penyakit yang membunuh secara diam-diam. Hal ini karena sering kali hipertensi tidak menimbulkan gejala atau tidak disadari sampai tekanan darah sudah sangat tinggi atau hipertensi sudah menimbulkan komplikasi."

"Gejala yang dapat muncul ketika tekanan darah terlalu tinggi adalah:
- Mual dan muntah
- Sakit kepala
- Mimisan
- Nyeri dada
- Gangguan penglihatan
- Telinga berdenging
- Gangguan irama jantung
- Kencing berdarah."

"Hipertensi Dapat Memicu Stroke
Tekanan darah yang tinggi memicu pecahnya pembuluh darah di otak, hal ini tentu sama dengan stroke yang merupakan kondisi terjadinya penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah di otak. Tekanan darah tinggi yang dibiarkan begitu saja dapat merusak pembuluh darah."

Panjang sekali penjelasan Dokter. Ayah pun masih setia menyimak dengan seksama. Walaupun beberapa kosakata dan istilah yang disebutkan sedikit membuatnya bingung, tapi secara garis besar, sudah bisa ia pahami.

Dokter tersebut lalu terdiam. Ia menatap suami pasien di depannya. Kerut di dahinya menggambarkan seolah ia sedang berpikir keras.

"Dokter?"

Pria berjas putih itu refleks berdehem. "Pak, ada sedikit kondisi serius pada Bu Anum?"

"Apa itu, Dok?"

"Bu Anum mengalami stroke ringan, itulah kenapa tadi Bu Anum terjatuh saat hendak bangun dari duduknya, lalu kakinya melemah begitu saja."

"Dokter!.."

"Tapi ini masih komplikasi ringan, Pak. Bisa dijaga agar tidak menjadi semakin buruk. Bapak jangan risau."

"Saya tidak mungkin tidak risau dengan kondisi kesehatan istri saya, Dok. Tapi tolong, jelaskan lagi bagaimana darah tinggi dan stroke ini saling berkaitan, dan apa yang harus saya lakukan selanjutnya?"

Dokter menarik napas dalam-dalam, ia bisa merasakan emosi seorang suami di depannya. Walau sudah sangat sering terjebak dalam kondisi begini, tetap membuat seorang dokter tergagap sesekali. Profesionalitas yang digoyahkan hati nurani.

"Jadi, ketika tekanan darah tetap tinggi dalam jangka waktu yang lama, ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan akhirnya dapat menyebabkan stroke. Faktor yang paling utama terjadi stroke adalah gaya hidup yang kurang sehat seperti terlalu banyak konsumsi makanan berminyak, asin, malas olahraga, dan stres. Beberapa faktor ini kemudian memicu seseorang alami hipertensi."

"Masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi juga memiliki hubungan dengan penyakit stroke. Tekanan darah yang tinggi memicu pecahnya pembuluh darah di otak, hal ini tentu sama dengan stroke yang merupakan kondisi terjadinya penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah di otak."

"Tekanan darah tinggi yang dibiarkan begitu saja dapat merusak pembuluh darah. Lama-kelamaan, hipertensi menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri dinding pembuluh darah arteri. Kondisi ini disebut aterosklerosis. Aterosklerosis menyebabkan penyumbatan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di otak. Dalam beberapa kasus, perdarahannya bisa mengalir masuk ke bagian ventrikel otak dan memicu hidrosefalus yang mengancam nyawa."

Penjelasan masih berlanjut panjang, namun Ayah Daud tidak sedikit pun memotong ucapan Pak Dokter.

"Anum, Sayang. Penyakit yang kamu acuhkan selama ini ternyata bisa berdampak sangat fatal. Kamu harus pulih, Istriku. Kamu akan baik-baik saja."

Mawar LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang