5. Hancur Sementara

7 4 0
                                    

"Manusia itu pendosa, dan butuh pada ampunan Tuhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Manusia itu pendosa, dan butuh pada ampunan Tuhan. Jangan percaya dengan perasaan menganggap diri hina sampai malu untuk bertobat. Itu semua gak ada. Itu cuma hasutan setan biar manusia terus berdosa dan tidak memohon ampunan."

༄࿐ ༄࿐ ༄࿐

Bumbung langit masih gelap. Baru akan memasuki penghujung malam. Sebagian banyak manusia masih terlelap pada fatamorgana mimpi, hanya beberapa saja yang sudah terbangun untuk mendirikan ibadah malam, atau mungkin berkegiatan privasi lain.

Di saat itulah Amran terbangun. Mungkin karena keseringan bangun tahajud, hingga alam bawah sadarnya spontan membangunkannya saat ini.

Amran menggeliat. Kepalanya masih terasa pusing.

"Kepalaku sakit sekali," desisnya. Ia mengelus kepalanya, sedikit menjabak rambut untuk menyalurkan rasa pusing.

"Euh, aa..aku di mana?"

Mengerjap-ngerjap. Ia berusaha menghilangkan efek kabur di mata.

Amran menelisik sekitar. Hingga saat ia hendak duduk dari tidurnya, barulah ia menyadari bahwa ...

"Aa..aku di mana? Mm...mana pakaianku!"

...ia terbangun hanya dengan sebuah selimut yang menutupi tubuh.

Jantung Amran hampir pensiun saat itu. Cepat-cepat Amran menarik selimutn. "A...apa yang terjadi?" Namun terhenti saat tanpa sengaja tangannya menyentuh kulit seseorang di sebelahnya.

Amran berhenti bernapas beberapa detik. Perempuan. Di sampingnya ini adalah seorang perempuan. Matanya membelalak.

"Astagfirullah." Amran tidak berani melihat ke dalam selimut. Takut, jika keadaan si perempuan juga sama—tak berbusana—seperti dirinya.

Tubuh Amran bergetar. Spontan, kejadian semalam pun bermain ulang di kepalanya. Mulai saat ia melihat kecelakaan Ifa, sampai akhirnya ia dipapah ke kamar ini oleh si pemuda serba hitam, dan ... hingga seorang perempuan masuk ke kamar ini, dan Amran yakin bahwa perempuan itu adalah orang yang sama dengan yang tertidur di sebelahnya sekarang. Tidak tahu apa yang telah mereka lakukan tadi malam. Amran tidak ingat. Namun yang jelas pagi ini Amran terbangun tanpa busana, dengan seorang perempuan asing di sebelahnya. Apa pun yang terjadi. Pasti itu adalah sebuah kesalahan. Kesalahan yang Allah murkai.

"Ya Allah ... maafkan aku, ampuni aku."

Bergetar. Sekujur tubuhnya bergetar. Amran beristigfar, namun suaranya seolah tercegat di kerongkongan. Air mata pun mulai turun dari kelopak.

Amran menjerit dalam hati.

Amran takut. Ia terlalu ketakutan. Untuk menoleh ke arah perempuan itu saja ia takut, apalagi jika harus berhadapan dengannya saat ia bangun. Amran tak bisa mencerna semuanya. Semuanya terjadi begitu cepat, di bawah kendalinya untuk menghindar, apalagi melawan.

Mawar LayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang