BAB 3: Perasaan Yang Berubah

26 5 0
                                    

"Perasaan aneh apa ini? Apa aku benar-benar menyukaimu, kak Vaya? Apa aku boleh seperti ini?"

- Felix Nicolas Purnama

---------

9 TAHUN KEMUDIAN...

JAKARTA, 11 NOVEMBER 2019

Waktu berlalu begitu cepat. Saat ini, Felix sudah berusia 16 tahun dan sekarang berada di kelas 10, sementara Kavaya yang telah menginjak usia 18 tahun sekarang berada di tahun terakhir SMA-nya alias kelas 12. Keduanya, baik Felix maupun Kavaya berada di satu sekolah yang sama yaitu SMA Hermani 17. Ini menjadi salah satu SMA terfavorit dan mahal di Jakarta. Ayahnya memasukkan kedua kesini agar anak-anaknya tersebut bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan ataupun studinya karena SMA tersebut sudah banyak melakukan kolaborasi dengan banyak perusahaan dan perguruan tinggi baik nasional maupun internasional.

Keduanya selalu berangkat kesekolah bersama dengan diantar oleh ayahnya ataupun supir yang ada di rumahnya. Di sekolah Kavaya sibuk mempersiapkan ujian akhir dan masa depannya nanti saat lulus. Sedangkan Felix, kehidupan sekolah tampak berjalan seperti biasanya, datang ke sekolah, belajar, main basket, bertemu Kavaya, masuk kelas, lalu pulang ke rumah bareng Kavaya.

Kebersamaan yang mereka lalui bersama bahkan sejak SD hingga SMA, membuat perasaan yang dimiliki Felix saat beberapa tahun lalu bertumbuh menjadi sangat besar. Dalam hatinya, Felix merasakan kalau perasaan ini sudah mulai berubah. Bukan suka akan kebaikan Kavaya melainkan sesuatu yang begitu aneh. Setiap kali Felix melihat Kavaya, ada sesuatu lain yang dia rasakan.

Perasaan yang bukan rasa kasih sayang antar kakak-adik, tetapi dia yakin ini lebih dari itu. Apalagi, di sekolah ini, karena Kavaya itu gadis yang cantik dan juga baik, jadi membuat semakin banyak orang yang mengagumi dan memperhatikan Kavaya. Ini benar-benar membuat perasaan dalam dirinya seperti terbakar oleh api yang besar, meskipun dia sendiri pun masih menerimanya apakah itu rasa cemburu atau hanya kekhawatirannya saja sebagai seorang adik.

--------

Pada jam istirahat sekolah, Felix seperti biasanya tidak langsung pergi ke kantin tapi menghampiri Kavaya. Saat ini Kavaya masih berada di kelasnya, dia sangat sibuk dengan tugas-tugas yang mau diselesaikan karena deadlinenya itu hari ini juga. Felix melihat Kavaya dari luar jendela kelasnya, melihat dari kejauhan betapa cantiknya kakaknya itu saat sedang fokus mengerjakan sesuatu. Felix hanya bisa tersenyum lebar.

Hatinya berdebar sangat kencang setiap kali melihatnya dan raut wajahnya seketika menjadi merah jika perasaan itu muncul. Mesikipun begitu, dia tidak bisa melakukan apapun dan hanya bisa diam untuk menenangkan dirinya.

Ayolah, Felix! Kenapa perasaan gue jadi beda gini sih ke kak Vaya? Gak.. gak... lo harus inget, lo itu adiknya kak Vaya. Tapi... meskipun gue adiknya.. kita kan gak sedarah, gumam Felix dalam hatinya. 

Dia selalu mengingat, setiap kali Kavaya tersenyum padanya, dia merasa dunia seolah berhenti berputar dan hanya tertuju pada Kavaya saja.

Tiba-tiba datang seorang anak laki-laki yang merupakan teman sekelas Felix, yang kemudian menghancurkan lamunannya itu.

"Bro!," ucap Dani, teman sekelas Felix, sambil mengagetkan dengan menepuk pundaknya.

 "Woy, Felix. Lo denger gue gak sih?"

Felix terkejut dan buru-buru mengalihkan pandangannya dari Kavaya. 

"Eh, setan. Bisa gak sih nggak usah kagetin gue begitu! Mau bikin orang mati mendadak apa?!"

"Sorry, bos! Lagian lo daritadi diem aja kayak patung disini, emang lagi liatin apa sih?" ucap Dani sambil melihat kearah pandangan Felix sebelumnya. 

"Ohh... jadi sekarang lo lagi jalanin tugas bodyguard lo lagi ke kakak lo, bos," lanjutnya sambil menyeringai.

"Berisik!" jawab Felix dengan ketus dan tatapan tajam.

"Heheheh.. Tapi.. jujur deh, kakak lo itu, si Vaya.. emang cakep banget ya.. beda gitu vibenya..." Dani menyeringai sambil melihat pandanganya ke Kavaya. 

"Boleh lah, gue deketin. Boleh nggak bos?" tanya Dani sambil melirik ke arah Felix dengan mengedipkan sebelah matanya.

Mendengar itu, seketika darah Felix mendidih. Tanpa sadar, jarinya sudah mengepal dan mulai meraih kerah baju Dani dengan sangat keras. 

"Gak boleh! Jangan coba-coba lo deketin kak Vaya."

Dani yang mendengar jawaban dari Felix langsung tertawa dan mencoba untuk melepas tangan Felix dari bajunya itu.

"Gue bercanda, bos. Hehehe... Gue juga sudah punya kali cewek yang gue suka kali bos."

Dani terkekeh menjawab ucapan Felix sambil merapikan kembali bajunya yang ditarik Felix tadi.

"Kalo gitu.. gimana kalo kita ke kantin bos? Gue laper banget ini," lanjut Dani.

Melihat candaan temannya itu, membuat suasana hatinya menjadi tidak baik. Untuk menenangkan dirinya, dia perlu makan. 

"Oke," jawab Felix singkat.

Dani langsung meraih tangannya dan membawa pergi Felix dari kelas Kavaya.

--------

Setelah dari kantin, Felix dan Dani langsung masuk menuju kelasnya. Suasana hati Felix sudah membaik. Namun tidak lama setelah itu, suasana hatinya kembali berubah. Itu terjadi ketika salah satu teman kelasnya juga, Ardi, secara langsung bertanya tentang Kavaya kepada Felix. Ardi mencoba mendekati Felix dengan bertanya langsung kepadanya.

"Bro, Kakak angkat lo itu Kavaya, kan?" Ardi bertanya sambil tersenyum penuh arti.

Felix melihatnya dengan tatapan tajam. "Iya, kenapa?" jawabnya singkat, dia mulai merasakan ada yang tidak beres kepada Ardi.

Ardi menyeringai.

"Oke, gue mau serius nih, men. Gue... gue.. gue kayaknya suka sama kakak lo. Kaka lo, Vaya. Gue nggak mau basa-basi lagi sih, jadi gue mau coba deketin dia, boleh kan?"

Baru saja suasana dalam dirinya mulai membaik karena ucapan Dani sebelumnya, sekarang ditambah dengan Ardi membuat suasana hatinya berkecamuk. 

"Gak boleh!" 

Suaranya lebih tajam dan tegas dari sebelumnya, membuat teman-teman di sekitarnya terdiam.

Ardi terkejut. 

"Hah? Kenapa? Ini sudah ke sekian kalinya lo larang gue. Dia kan bukan pacar lo, bro? Lo sama dia cuma kakak adik."

Tidak tahan dengan semua ucapan Ardi dan juga hatinya sudah tidak terkontrol lagi, Felix langsung mengepalkan tinjunya ke Ardi.

"Dia gak cocok buat lo! PAHAM!." jawabnya dengan lantang. 

"Dan gue ingetin buat semua disini.. Jangan pernah ada yang coba untuk deketin kak Vaya, PAHAM?! Sebagai adiknya, semua orang yang ada di sekolah ini, GAK AKAN PERNAH COCOK SAMA DIA! Inget itu," lanjut Felix sambil melihat ke sekeliling temannya dan menunjuk langsung ke Ardi.

"Khususnya LO!".

Gak bisa terima semua itu, Ardi ingin membalas pukulan langsung dari Felix. Tetapi bel sekolah berbunyi, menandakan bahwa kelas akan dimulai. Kedua kemudian kembali ke tempat duduk masing-masing.

Dari sini, ketegangan antara kedua orang itu sangat terlihat. Terutama Felix yang melihat Ardi dengan penuh kebencian. Meskipun dia teman satu kelas tapi Ardi juga merupakan rival Felix di tim basket sekolahnya.

Yang terjadi ini membuat Felix merasa penasaran kepada dirinya. Kenapa dia begitu? Apa dia benar-benar cemburu ke kak Vaya? Tapi apa ini semua boleh terjadi kalo dia benar-benar menyukai Kavanya. 

Gak bisa begini. Malam ini gue harus ngomong langsung ke kak Vaya, gumam Felix.

~ Next....

LOVE YOU, VAYA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang