BAB 10: Ospek Dimulai

11 4 0
                                    

"Tantangan baru.. Baru saja dakan imulai dalam kehidupanku kali ini"

- Kavaya Priciliani

--------

Dalam pelaksanaan ospek kali ini, mahasiswa baru Universitas Nusantara Mandala dari segala jurusan dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok yang terbagi berisikan 7 hingga 8 anggota. Seperti takdir yang terikat satu sama lain, Kavaya dan Nana menjadi satu kelompok. Kelompok mereka bernama KELOMPOK LEMBAYUNG. Disini kelompoknya beranggotakan 7 orang ditambah dengan 1 orang senior sebagai ketua kelompok. Ada Kavaya, Nana, Fariz, Emi, Jule, Ando dan Pitu serta Lukman sebagai ketua kelompok.

Di sepanjang kegiatan ospek itu, Fariz terus berusaha mendekati Kavaya. Setiap kali Kavaya butuh bantuan, dia selalu ada dan siap mengulurkan tangannya. Seperti saat Kavaya kesulitan memanjat dinding kecil.

"Mau gue bantuin gak?" tanya Fariz. "Lo kayaknya kesusahan buat naik, sini pegang tangan gue," lanjutnya sambil mengulurkan tangan ke Kavaya.

Kavaya tersenyum kaku, "Gak perlu, gak apa-apa. Gue bisa sendiri, kok. Thank you, yah."

"Sudah sini," jawab Fariz sambil meraih tangan Kavaya dengan paksa. "Bahaya kalau nanti kelompok kita kalah. Lo mau apa, lo kena hukuman yang kedua kalinya, huh?"

Tanpa memberikan jawaban, Kavaya langsung menerima uluran tangan dari Fariz. Dia tidak mau kedua kalinya di hukum. Karena yang pertama saja sudah membuatnya malu, bagaimana nanti selanjutnya.

Nana yang melihat tingkah Fariz ke Kavaya seperti itu mulai merasa aneh. Setelah berhasil melewati dinding, Nana mendekati Kavaya.

"Vay, kayaknya dia suka deh sama lo," bisik Nana sambil terkikik dan menggoda Kavaya.

"Apaan sih, Na. Gak ada begitu-begituan. Kita aja baru kenal," ucapku dengan santai. "Sudah, ayo, Na! Nanti kalo kita kalah, bahaya!"

Tapi dugaan Nana sepertinya benar. Fariz semakin jelas menunjukkan ketertarikannya kepada Kavaya. Bahkan ketika di waktu istirahat, Fariz terus mencari kesempatan untuk berbicara dengan Kavaya. Setelah Fariz selesai bicara dengannya, dia berlanjut pergi untuk membantu anggota kelompok lainnya membereskan barang. Kavaya juga ikut membantu. Namun, di sisi lain, Lukman, kakak senior sekaligus ketua kelompok Lembayung juga mulai memberikan perhatian pada Kavaya.

"Nama kamu Kavaya, kan?" tanyanya.

"I-iya, kak."

"kamu gak usah bawa barang-barang kayak gini. Sini saya aja yang bawa," lanjutnya sambil mencoba mengambil barang yang ada di tangan Kavaya.

Kavaya merasa bingung, tapi dia tidak ingin orang lain melihatnya tidak sopan ke senior. "Eh-eh.. gak apa-apa, Kak. Terima kasih. Saya bisa bawa sendiri."

Lukman tersenyum ramah. "Gak apa-apa. Pasti berat ini, kamu bawa yang lebih kecil aja disana, ya," ucapnya. "Pitu, Ando. Bantuin saya bawaiin ini."

"Oke, siap, bang!"

Kavaya hanya terdiam dan heran melihat tindakan Lukman itu. Dia tidak bisa berkata apa-apa, karena belum sempat dia menjawab, Lukman langsung mengambil tas berat itu. Sementara Nana, yang melihat dari kejauhan dan mengamati semua tindakan cowok-cowok itu ke sahabatnya, hanya bisa menghela napas. Kemudian Nana menghampiri Kavaya.

"Vay, gue heran deh.. gak Fariz.. gak si kak Lukman.. kenapa mereka pada bantuin lo, sih? Padahal di kelompok kita yang cewek kan bukan lo aja. Ada gue, Emi sama Jule juga. Kita juga kan butuh bantuan," ucap Nana dengan ekspresi pura-pura kesalnya.

"Gak tau deh, Na. Bukan lo aja yang bingung. Gue juga sama," Kavaya berbisik sambil memalingkan wajahnya dan melihat ke arah Emi dan Jule yang sedang membersihkan tempat istirahat kelompok mereka malam ini. "Padahal gue juga kan gak minta," lanjutnya.

LOVE YOU, VAYA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang