"Bolehkah aku berharap suatu hari nanti, keadaan dan situasi kita berdua bisa berubah kak?"
- Felix Nicolas Purnama
"Kita harus tetap bersama ya? Kamu kan adik yang paling aku sayang. Selalu dukung aku ya, Felix?"
- Kavaya Priciliani
--------
Pada malam harinya, di rumah, Felix memberanikan dirinya bertanya ke Kavaya yang saat itu sedang duduk di ruang tamu dengan mata terfokus pada laptop dan bukunya. Felix mengamati sesaat apa yang sedang dilakukan Kavaya dan langsung mendekat.
"Kak, kamu sedang apa?" tanya Felix sambil duduk di samping Kavira.
Kavira tersenyum.
"Aku sedang mencari universitas, Lix. Hemm.. Aku harap sih, aku bisa mendapatkan universitas yang baik atau beasiswa ke luar negeri."
"Ke luar negeri? Kakak mau pergi jauh dari sini?" Felix bertanya dengan suara yang sangat pelan dan merasa sedih.
"Ya, itu pun kalau aku bisa dapat. Tapi kamu tenang aja, kalo kamu gak bolehin aku pergi jauh, kakakmu ini gak akan pergi kok," jawab Kavira, sambil menepuk bahu dan mengelus kepala Felix.
"Kamu kan tahu, kamu itu adik yang paling aku sayang. Aku gak akan tega gak ngikutin apa yang kamu mau, Lix."
Felix merasakan kehangatan di hatinya, tapi sesaat perasaan aneh ini yang terus-terusan muncul dalam dirinya kembali meronta ketika Kavaya mengelus kepalanya dengan lembut.
"Aku ... Aku juga... sayang sama kamu, Kak..." Suaranya bergetar.
Mendengar jawaban Felix seperti itu, Kavaya langsung menatapnya. Bingung? Ya, itu yang dipikirkan Kavaya saat ini. Dia bingung melihat perubahan ekspresi di wajah adiknya itu.
"Felix? Kamu kenapa gugup begitu? Ada apa? Apa ada sesuatu yang salah? Ayo bilang sama aku, Lix?" ucapnya sambil mengecek keadaan Felix dari wajah hingga tubuhnya.
Felix menelan ludah, detakan jantungnya semakin kencang saat Kavaya meraba seluruh tubuhnya untuk mengecek keadaannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengutarakan apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
"Kak.. Apa menurutmu... Kita bisa lebih dari batas ini? Maksudnya... Bisakah kita lebih dari batas antar saudara ini?"
Kavaya menjadi bingung, semakin tidak mengerti apa yang sebenarnya dimaksud oleh adiknya. Batas? Melebih batas? Apa maksud semua itu, Kavaya sendiri pun tak tahu.
"Maksud kamu apa sih, Lix? Jangan buat orang bingung, deh. Kakak gak paham tahu?" jawab Kavaya dengan bingung.
Felix langsung memegang tangan Kavaya dan menatapnya.
"Maksudnya... kita nggak cuma sekadar saudara kan, kak?"
Kavira tersenyum kecil, meskipun masih tidak paham dengan yang dimaksud Felix, tapi Kavaya menganggapnya dengan maksud dari pernyataan Felix itu adalah rasa kasih sayang keluarga.
"Pastinya dong. Kita memang bukan cuma saudara. Kamu gak inget apa, sejak pertama kali kita ketemu, kita itu kan sudah melewati banyak hal bersama. Karena apa? Karena kita itu keluarga. Kamu bukan hanya saudara aku, Lix. Tapi keluarga yang paling aku sayang saat ini. Kamu tahu kan, kakakmu ini akan selalu ada buat kamu, selamanya, oke," jawab Kavaya sambil memeluk erat Felix, adiknya itu.
Felix merasa semakin bingung. Hatinya berdebar-debar karena pelukan erat Kavaya, sementara otaknya bertanya-tanya, apakah Kavira benar-benar tidak mengerti apa yang dia maksud? Tapi dia tidak bisa menjelaskan situasi itu seperti apa dan bagaimana, dia hanya merasa kalau ini bukan perasaan antar keluarga. Melainkan.. menurutnya ini lebih dari itu, mungkin saja ini adalah cinta. Cinta terhadap perempuan bukan cinta atau kasih sayang antar saudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, VAYA!
Teen FictionBagaimana rasanya kalau ternyata orang-orang yang dekat denganku, memiliki perasaan terhadapku? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya agar tidak menyakiti salah satu dari perasaan mereka? Tapi apakah perasaanku juga sama? Namun, tiba-tiba se...