BAB 7: Hari Kelulusan SMA

13 4 0
                                    

"Hidup masih panjang, sayang. Ini baru permulaan. Papah yakin, kamu pasti bisa mejalani semua rintangan yang ada. I love you, Kavaya. Papah sangat sayang sama kamu"

- Ayah Kavaya, Rudi

--------

JAKARTA, 26 JUNI 2020

Hari kelulusan pun tiba. Aula besar SMA Hermani 7 dipenuhi oleh siswa-siswi kelas 12 yang mengenakan kebaya dan jas hitam formal untuk laki-laki. Semua orang duduk dengan rapi termasuk orang tua siswa. Orang tua Kavaya yang duduk di barisan depan dengan wajah penuh bangga. Felix, adik laki-laki Kavaya yang duduk di kelas 10, turut hadir dan duduk di antara orang tuanya. Wajahnya penuh kebanggaan ketika melihat kakaknya akan diwisuda.

Kavaya duduk diantara teman-temannya dan tidak lupa kalau dia juga duduk disamping sahabatnya, Nana. Nana yang berada disebelahnya sedang menenangkan diri karena dia sudah mulai merasa tegang.

"Vay. Ini kayak mimpi ya? Kita beneran lulus loh," ucap Nana sambil menggenggam erat tangan Kavaya.

Kavaya tidak menjawab. Dia hanya tersenyuk kepada Nana sambil berusaha menenangkan sahabatnya yang tegang itu. Kavaya merasakan kalau perasaannya juga tidak kalah berdebar dengan Nana. Yang dia rasakan dalam situasi ini, bukan hanya karena kelulusan. Melainkan dia tahu ini jadi awal dari perjalanan hidupnya yang sudah mulai beranjak ke ranah dewasa.

Nama demi nama mulai dipanggil ke atas panggung. Sorak-sorai terdengar setiap kali seorang siswa berjalan ke panggung untuk menerima ijazah dengan bangga. Di situasi ini, Kavaya langsung melihat keluarganya yang berada di barisan paling depan. Mereka sangat senang bahkan Felix, adiknya pun sampai melambaikan tangan kepadanya dengan semangat saat melihatnya.

"Bentar lagi ini giliran kamu, Vay. Nama kamu bakal di panggil," ucap Nana sambil menyenggol bahu Kavaya.

Kavaya tersenyum tipis. Dia menunduk. Sekilas ada perasaan yang muncul dalam dirinya. Ada sedikit kerinduan yang menyelinap dihatinya.

Andai mama masih ada.., batin Kavaya.

Pikirannya melayang sejenak ke masa lalu. Tapi dengan cepat dia menggeleng pelan dan berusaha untuk fokus pada momen saat ini.

Suara pembawa acara bergema di seluruh ruangan, kemudian dia menyebutkan nama Kavaya untuk maju kedepan.

"Selanjutnya untuk siswa terbaik kedua di SMA Hermani 17 tahun ini adalah..." Suara pembawa acara tiba-tiba membuat semua siswa di aula sekolah terdiam, menunggu nama yang akan disebutkan.

"Kavaya Priciliani."

Seketika tepuk tangan riuh menggema. Kavaya dengan senyum bangga namun sedikit gugup, melangkah maju ke panggung. Di saat itu, teman-temannya mulai memeluk dan menyemangatinya. Nana bahkan hampir terjatuh karena saking bersemangatnya terhadap prestasi sahabatnya yang cantik itu.

"Kamu emang selalu hebat. Emang bestie terhebat yang aku punya, Vay. Selamat ya!" bisik Nana sambil memberi Kavaya pelukan hangat.

Sebelum dia kembali melanjutkan jalannya ke panggung, dia sejenak melirik ke arah keluarganya, dan melihat ayah, mama Mira, serta Felix tersenyum dengan penuh kebanggaan kepadanya. Kavanya kemudian membalas dengan senyum juga, lalu dia melanjutkan jalannya ke panggung.

Suasana aula terasa mengabur di matanya, tapi sorakan dari teman-temanya dan tatapan bangga dari keluarganya membuatnya tetap tenang. Dia kemudian menerima penghargaan, ijazah dan piala sebagai siswa terbaik kedua di sekolah. Dari atas panggung, Kavaya melihat lagi ke arah keluarganya. Senyuman dari ayah dan mama Mira begitu hangat dan Felix dengan girangnya melambaikan tangan ke Kavaya dan memberikan jempol. Kavaya yang melihat itu tertawa kecil dan langsung tersenyum lebar.

LOVE YOU, VAYA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang