"Aku percaya dengan jalan yang Tuhan takdirkan. Tapi kali ini, aku sangat berharap kepadamu untuk mendengarkan doaku.. untuk bisa menjaga calon suamiku, kak Gavin dengan baik. Aku tidak tau apa yang akan terjadi.. Tapi setidaknya, aku mohon Tuhan.. jaga dia untukku. Tolong berikan keselamatan untukknya. Kali ini.. aku akan mulai membuka pintu hatiku untuk kak Gavin, Tuhan. Tolong berikan aku kesempatan untuk bisa mencintainya"
- Kavaya Priciliani
---------
2 MINGGU KEMUDIAN...
JAKARTA, 02 SEPTEMBER 2024
Sudah lebih dari seminggu sejak kejadian yang telah terjadi, Gavin memfokuskan aktivitasnya untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Kavaya. Setiap detail, mulai dari gedung, dekorasi, foto pre-wedding hingga katering, dia persiapkan sendiri agar hari spesial mereka nanti bisa sempurna. Gavin melakukannya karena dia tidak ingin menganggu Kavaya. Baginya, Kavaya masih butuh waktu untuk menyembuhkan lukanya atas kejadian yang terjadi sebelumnya. Gavin ingin memberikan ruang itu padanya.
Namun, sejak seminggu ini mereka tidak bertemu, Gavin merasakan rindu berat kepada Kavaya. Akhirnya disini Gavin memutuskan untuk menelepon Kavaya dan mengajaknya pergi memilih gaun pernikahan.
Di sisi lain, Kavaya masih duduk termenung di kamarnya, melipat-lipat pakaian dengan hati yang masih penuh beban. Rasa bersalah masih melekat di hatinya dan terus mengingat kejadian dengan Felix saat itu. Namun, ketika ponselnya berdering, Kavaya langsung tersadar dari diamnya. Dia mengangkat telpon itu yang bertuliskan Gavin.
"Halo, Kak," suara Kavaya terdengar pelan.
"Halo, Vaya. Aku mau jemput kamu sekarang. Kamu ada waktu, kan?"
"Kemana, kak?"
"Ke butik. Aku mau ngajak kamu pergi untuk pilih gaun pernikahan kita, kamu mau, kan?" ucap Gavin, terdengar antusias.
Kavaya mengangguk. "Iya, aku mau, Kak. Aku siap-siap dulu."
"Oke. Aku otw sekarang."
Setelah menutup telepon, Kavaya menghela napas dalam. Sebenarnya dia malas untuk keluar, tapi tiba-tiba dia teringat dengan pernikahannya.
Aku sampai lupa kalau aku akan menikah... Kak Gavin sudah mempersiapkan segalanya... Dia melakukannya sendiri. Aku nggak boleh begini, aku juga harus fokus dan bantu kak Gavin. Aku nggak boleh terus-terusan terjebak dalam ingatan kejadian itu. Aku harus kuat. Aku nggak mau mengecewakan usaha yang sudah kak Gavin lakuin..., gumamnya dalam hati.
Setelah bersiap-siap, tidak lama dia mendengar suara klakson di luar rumahnya. Kavaya melihat ke jendela dan melihat Gavin di mobil sambil tersenyum padanya. Kavaya pun langsung turun, berjalan menuju mobil dan mereka langsung berangkat ke butik.
Sesampainya di butik dengan cepat Gavin mengajak Kavaya masuk dan langsung memberikan isyarat padanya untuk mulai memilih.
"Sekarang, kamu bisa pilih gaun mana yang kamu suka, Vaya. Apa aja, ya," ujar Gavin sambil tersenyum.
Kavaya merasa sedikit canggung. Ini merupakan pengalaman pertamanya memilih gaun pengantin seperti ini, dia jadi bingung. Akhirnya, Kavaya memberanikan diri meminta izin ke Gavin untuk membolehkan Nana datang kesini dan membantu dirinya.
"Kak, boleh nggak aku ajak Nana ke sini? Soalnya.. aku... bingung mau pilih gaun yang mana. Boleh ya, kak?" ucapnya ragu.
Gavin tersenyum dan mengangguk. "Boleh kok, Vaya. Kalau itu yang kamu mau.. hubungin aja dia sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, VAYA!
Teen FictionBagaimana rasanya kalau ternyata orang-orang yang dekat denganku, memiliki perasaan terhadapku? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya agar tidak menyakiti salah satu dari perasaan mereka? Tapi apakah perasaanku juga sama? Namun, tiba-tiba se...