"Mencintai kamu adalah hal terberat dalam perjalanan hidupku, kak. Kenapa kita harus ada dalam satu lingkungan takdir ini? Kenapa kita harus jadi keluarga? Seandainya takdir kita tidak seperti ini, apakah kamu bisa mencintaiku, kak?"
- Felix Nicolas Purnama
"Aku tidak punya alasan untuk membencimu. Tapi Tuhan yang sudah mengatur semuanya.. jalan kehidupan kita ini. Aku harus bagaimana? Maaf aku selalu membuat keputusan yang menyakiti dirimu. Tapi aku juga tidak punya pilihan lain.. aku tidak mau melihat dia juga tersakiti, Felix. Maaf"
- Kavaya Priciliani
"Terima kasih karena sudah berada disisiku. Terima kasih karena kamu selalu memikirkan tentang perasaanku. Tapi apakah keputusan itu benar-benar membuatmu bahagia? Aku minta maaf jika kehadiranku membuat hidupmu seperti ini"
- Gavin Arsenio Permadi
---------
Felix melangkah masuk ke rumah, langkahnya berat karena pikirannya dipenuhi oleh amarah yang dipendam dan kebingungan yang tak terjawab. Setelah perbincangannya dengan Nana, pikirannya terus tertuju pada hubungan antara Kavaya dan Gavin. Setiap detail yang dia dengar hari ini membuat hatinya semakin panas. Dia tak bisa membiarkan pertanyaan ini menggantung. Harus ada jawaban, dan hanya satu orang yang bisa memberikannya yaitu Kavaya sendiri.
Felix langsung menuju kamar Kavaya, berharap menemukannya di sana. Dia membuka pintu kamar itu, tetapi hanya keheningan yang menyambutnya. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan, tapi tak ada tanda-tanda kehadiran Kavaya. Hatinya makin resah. Pikirannya mulai dipenuhi berbagai asumsi, dan tanpa berpikir panjang, dia langsung turun menuju ruang keluarga.
Begitu melihat Mamanya, Mira, sedang di ruang tamu, Felix mendekat, suaranya penuh desakan.
"Mah, Kak Vaya ke mana? Kok dia nggak ada di kamarnya?"
Mama Mira yang sedang duduk membaca koran, menoleh dengan sedikit terkejut mendengar nada suara Felix.
"Oh, tadi Kak Vaya pergi sama Gavin, Nak," jawabnya tenang, tanpa menyadari reaksi Felix yang langsung berubah.
Mendengar itu, Felix mengepalkan tangannya erat-erat, tatapan matanya penuh dengan emosi yang sulit dijelaskan.
"Pergi... ke mana, Ma?" tanyanya dengan suara yang berusaha dia kontrol.
Mama Mira menatap wajah putranya, terlihat jelas ada ketegangan di sana. "Mamah nggak tahu, Sayang. Ada apa memangnya?"
Felix mengambil napas dalam-dalam, seolah mencoba menenangkan amarahnya yang bergejolak.
"Aku... aku harus bicara sama Kak Vaya, Ma," jawabnya singkat.
Mama Mira terdiam, memandang Felix dengan penuh perhatian. "Kamu mau bicara apa sama Vaya, Nak?"
Felix menggigit bibirnya, tampak seperti sedang mengumpulkan keberanian. Akhirnya, dia berkata dengan suara yang mulai gemetar.
"Mah... apa benar Kak Vaya dan Kak Gavin itu... sudah tunangan?"
Pernyataan itu mengejutkan Mama Mira. Ia terdiam sejenak, teringat pesan Kak Vaya yang meminta agar ia tak memberitahu Felix dulu. Namun, melihat tatapan serius Felix, ia tahu tak ada jalan lain selain jujur. Mama Mira tampak ragu sejenak, tapi akhirnya menjawab pertanyaan Felix.
"Iya, Sayang..."
Felix terdiam, hatinya seolah runtuh mendengar kata-kata itu. "Kenapa kalian nggak kasih tahu aku? Kenapa Mamah bohongin aku kayak gini?" suaranya penuh dengan perasaan terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, VAYA!
Novela JuvenilBagaimana rasanya kalau ternyata orang-orang yang dekat denganku, memiliki perasaan terhadapku? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya agar tidak menyakiti salah satu dari perasaan mereka? Tapi apakah perasaanku juga sama? Namun, tiba-tiba se...