"Lihat saja, akan akan jadi orang paling hebat di matamu dibandingkan dengan pria lainnya yang dekat denganmu, kak"
- Felix Nicolas Purnama
----------
Setelah acara penyambutan mahasiswa baru di Universitas Nusantara Mandala selesai, Kavaya langsung kekuar dengan terburu-buru. Dia mencari sosok Gavin. Dia ingin memastikan apakah benar orang itu adalah Gavin yang dia pikirkan, teman masa kecilnya yang dulu dekat selama 2 tahun dengannya sebelum tiba-tiba menghilang tanpa adanya kabar.
Kavaya terus mencari Gavin seperti seoarang ibu yang kehilangan anaknya di ruang publik.
Dimana sih dia?, gumamnya sambil melihat ke sekeliling.
Tidak lama dia melihat sosok Gavin yang sedang mengarah ke gedung utama dosen Kavaya lamgsung berlari dan mengejarnya. Setelahnya dia berhasil menemukan Gavin yang sedang berdiri di dekat tangga, memandang layar ponselnya.
Akhirnya ketemu juga, gumamnya dalam hati sambil ngos-ngosan.
Tidak mau berlama-lama, dia lamgsung menghampiri Gavin yang sedang diam memainkan HPnya tersebut. Dia tidak mau kehilangan jejaknya lagi katena dia sudah sangat lelah mencari Gavin kesana kemari.
"Ka-eh... Pak Gavin?" panggil Kavaya ragu dan sedikit gemetar.
Gavin mendongak, ekspresi dingin tergurat di wajahnya saat matanya bertemu dengan Kavaya. Dia langsung menyelipkan ponselnya ke dalam saku.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada tegas, seolah tak ada sedikitpun kehangatan yang ia berikan saat bertemu Kavaya.
Kavaya terkejut dengan jawaban Gavin. Dia langsung menarik kata-katanya kembali untuk menanyakan apakah dia ingat tenyang dia atau tidak. Jawaban yang diberikan Gavin seketika membuat buyar pikiran Kavaya. Apalagi sorot mata tajam yang Gavin tunjukkan seperti itu, membuat Kavaya merasa orang yang ada di depannya tersebut, Gavin terasa begitu asing.
"Uh... gini, pak. Saya mau minta maaf sekali lagi ke bapak karena gak sengaja numpahin minuman ke baju bapak. Sumpah pak, saya bener-bener gak sengaja. Jadi saya minta maaf sekali lagi pak," ucap Kavaya, mencoba untuk tegas meski hatinya sedikit tergores oleh respons dingin Gavin itu.
Gavin menatapnya dalam-dalam, bibirnya mengatup erat sebelum akhirnya dia menjawab Kavaya.
"Sudah dimaafkan," ucapnya singkat dan tanpa basa-basi.
Setelah itu, tanpa menunggu balasan dari Kavaya, Gavin berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Kavaya yang terdiam di tempat itu.
Kavaya hanya bisa menatap punggungnya yang semakin menjauh. Lalu berbalik dan pergi dari tempat itu juga.
Mungkin kak Gavin sudah lupa sama aku.. lagipula itu kan sudah bertahun-tahun yang lalu, pikirnya, sedikit kecewa dan bercampur dengan heran.
Tidak lama setelah Kavaya berbalik untuk pergi dari tempat. Gavin berbalik ke belakang dan lansgung menatap punggung Kavaya yang sudah semakin menjauh dari tempat itu hingga tak terlihat lagi. Dia menatap dengan ekspresi sedikit sedih dan kecewa, tapi setelah itu berubah kembali menjadi datar.
"Maaf," ucapnya pelan dan dengan cepat berbalik meninggalkan tempat itu.
--------
Di rumah, Kavaya masih kepikiran tentang Gavin. Dia duduk di atas kasurnya dan berpikir tentang masa kecilnya dulu, saat Gavin sering bermain bersamanya. Dia ingat dulu dia memanggil Gavin "Kakak Besar" karena usianya lima tahun lebih tua darinya dan mereka selalu bermain bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, VAYA!
Teen FictionBagaimana rasanya kalau ternyata orang-orang yang dekat denganku, memiliki perasaan terhadapku? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya agar tidak menyakiti salah satu dari perasaan mereka? Tapi apakah perasaanku juga sama? Namun, tiba-tiba se...