BAB 28: Kedatangan Felix

8 3 0
                                    

"Kebahagian itu singkat. Kadang kita pun tidak tahu berapa lama kita bisa merasa bahagia. Namun, apapun itu.. jika memang ini adalah jalan takdir hidupku. Aku bisa menjalaninya"

- Kavaya Priciliani

----------

JAKARTA, 22 AGUSTUS 2024

UNIVERSITAS NUSANTARA MANDALA (UNM)

POV KAVAYA

Akhirnya hari aku tunggu selama ini tiba, hari wisudaku. Setelah menjalani 3,5 tahun pendidikan di Universitas Nusantara Mandala, kerja keras, perjuangan dan malam tanpa tidur untuk menyelesaikan skirpsi sekaligus magangku, akhirnya aku bisa beridri disini. Auditorium Mandala. Aku bisa mengenakan toga seperti ini, apalagi namaku dipanggil untuk maju ke depan sebagai wisudawan terbaik. 

"Mahasiswa terbaik dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, jurusan Ilmu Komunikasi, Kavaya Priciliani, S.Kom dengan IPK 3,90," suara pembawa acara bergema di seluruh ruangan, membuat jantungku berdegup semakin kencang. 

Aku maju dengan bangga dan menerima ijazahku diiringi tepuk tangan dari seluruh hadirin. Ini merupakan hasil seluruh jerih payahku selama ini. Rasanya masih seperti mimpi.

Aku juga diberi kesempatan untuk menyampaikan pidato sebagai wisudawan terbaik. Kutatap para hadirin, melihat wajah-wajah penuh harapan dan kebahagiaan dari teman-teman, orang tua, dan Gavin yang duduk di barisan depan bersama keluargaku. Aku menarik napas dalam-dalam, menenangkan diriku sejenak sebelum memulai.

"Selamat pagi, teman-teman, rektor, dosen-dosen yang terhormat, dan para orang tua yang kami cintai. Hari ini adalah bukti bahwa mimpi dan kerja keras bisa bersatu menghasilkan pencapaian luar biasa. Kita semua tahu, perjalanan mencapai ini tidaklah mudah. Ada saat-saat ketika kita merasa ingin menyerah, ketika tugas dan tanggung jawab terasa begitu berat. Namun, kita bisa berdiri di sini hari ini karena kita memilih untuk bertahan. Untuk itu, izinkan saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga, teman, dan semua orang yang telah mendukung kita dalam setiap langkah ini."

Aku terdiam sejenak, merasakan sorot mata mereka yang mendengarkanku dengan saksama. "Di dunia nyata nanti, kita akan bertemu dengan lebih banyak tantangan. Akan ada hari-hari sulit, keputusan yang sulit, dan mungkin kegagalan yang membuat kita ragu pada diri kita sendiri. Tapi ingatlah, kegagalan itu bukanlah akhir melainkan batu loncatan menuju kesuksesan. Makanya, kita harus jadi pribadi yang baik dan mau untuk terus belajar, berani mengambil risiko, dan tidak takut untuk gagal. Jangan pernah berhenti untuk bermimpi, karena mimpi itu yang akan membawa kita melangkah lebih jauh. Saya ucapkan sekali lagi, selamat berjuang di kehidupan yang baru, selamat bagi kita yang telah lulus dan berada di tahap ini dan jangan lupa.. jadikan dunia tempat yang lebih baik dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang kita miliki, terutama untuk pembangunan bangsa, negara dan juga diri kita sendiri sebagai individu. Saya yakin, kita semua akan bisa berhasil mencapai kesuksesan di masa depan. Jangan menyerah! Seperti para presiden terdahulu kita, Bapak Soekarno yang selalu bilang.. JASMERAH.. jangan melupakan sejarah. Maka dari itu, kita tidak boleh melupakan sejarah kita, sejarah kalian bisa sampai di tahap ini. Bangkitlah! Berjuanglah! Bawalah perubahan pada diri kalian dan juga bangsa ini! Terima kasih ."

Setelah selesai, tepuk tangan memenuhi ruangan, dan aku tersenyum lega. Pidato ini bukan hanya untuk mereka, tetapi juga untuk diriku sendiri. Aku tahu, ke depannya akan ada banyak tantangan yang menanti, dan aku harus siap menghadapinya.

Setelah acara wisuda selesai, sesi foto dimulai. Aku berfoto dengan teman-temanku, terutama juga dengan Nana. Nana berhasil lulus tepat waktu dan mendapatkan gelar S.Sos. Di wisuda ini, keluarga Nana tidak datang, dia bilang keluarganya ada banyak sekali urusan. Meskipun begitu, aku tahu itu hanya alasan Nana. Aku tahu bahwa saat ini keluarga Nana dalam suasana yang sangat tidak baik. Tapi Nana selalu tersenyum seperti saat ini. Dia tersenyum saat kami berfoto bersama, tapi aku tahu ada kesedihan yang dia pendam. Aku merangkulnya erat.

LOVE YOU, VAYA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang