"Cinta? Saat ini aku masih belum membutuhkan itu. Aku mau membahagiakan diriku terlebih dahulu, keluarga serta orang-orang yang paling aku sayangi. Ada waktunya ketika cinta itu datang dengan sendirinya"
- Kavaya Priciliani
"Cinta memang akan datang dengan sendirinya. Tapi terkadang, cinta juga butuh dicari. Di dunia ini, semuanya butuh usaha dan kerja kerja. Gak instan! Karena itu adalah faktanya, Vay!"
- Nana Surospati Wijaya
---------
Hari terakhir ospek pun tiba. Para mahasiswa baru pun berkumpul di lapangan untuk acara penutupan. Suasana menjadi terasa lebih santai dari dua hari sebelumnya. Di hari terakhir ini, semua mahasiswa baru sudah mulai mengenal satu sama lainnya dan banyak diantaranya sudah tertawa besama-sama, termasuk juga Kelompok Lembayung. Ya! Kelompoknya Kavaya. Meskipun begitu, dibalik canda dan tawa yang ada, tanpa diketahui ada sebuah ketegangan yang tak terlihat, namun masih berlanjut antara Fariz dan Lukman. Terutama hal ini berurusan dengan Kavaya.
Di siang harinya, ada satu kegiatan ospek terakhir yang harus dikukan yaitu mencari sebuah clue di sekitar lingkungan Universitas Nusantara Mandala untuk bisa menyusun teka-teki yang diberikan. Mendengar itu, Kavaya sedikit bingung apalagi intruksi dan informasi yang diberikan senior tidak lengkap.
"Vay, lo paham maksud kegiatan kali ini?" tanya Nana yang juga bingung.
Kavaya langsung menggigit bibirnya dan matanya fokus pada kertas petunjuk yang sedang dipegangnya itu. Sementara Emi, Jule, Pitu dan Ando hanya bisa terdiam menunggu jawaban maupun intruksi seperti apa yang harus mereka kerjakan.
"Hmmm... gue masih bingung sih ini maksudnya gimana? Menurut kalian gimana?" tanya Kavaya dengan mata tertuju pada Nana, Emi, Jule, Pitu dan Ando.
"Gue juga kurang paham, Kavaya," sahut Ando.
"Sama gue juga bingung," lanjut sahut Emi, Jule dan Pitu.
Nana hanya terdiam. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Dia masih terus memikirkan apa yang harus dilakukan di dalam otaknya itu.
"Gimana kalo kita tanya sama bang Lukman?" lanjut Ando.
"Iya-iya.. tanya sama dia aja," jawab Emi, Jule dan Pitu.
Tidak ada pilihan lain, Kavaya tanpa ragu langsung bertanya kepada Lukman yang posisinya hanya di arah selatan Kavaya. "Kak.. boleh bantuin gak?"
Fariz yang melihat Kavaya seperti kesulitan, langsung menghampirinya. Dan kejadian kemarin pun terulang kembali. Belum sempat Lukman menjawab untuk menjelaskan, Fariz sudah mengambil alih terlebih dahulu. Ini membuat Lukman langsung tersentak.
"Coba sini gue lihat," ucap Fariz sambil mengambil kertas yang di pegang Kavaya.
"Maksud lo simbol yang mana, Kav? Kalo menurut gue ya.. simbol-simbol ini sih cuma penunjuk arah bukan clue."
Karena rasanya Lukman sedang disaingi oleh Fariz, dia juga tidak mau kalah.
"Gak, Kavaya. Menurut saya, ini semua berhubungan sama teka-teki nanti. Dengan kata lain berarti ini clue-nya," ucapnya dengan serius.
Debat pun mulai kembali terjadi lagi diantara dua orang tersebut. Keduanya saling melemparkan argumen untuk memecahkan teka-teki yang ada. Tidak mau hal sama terjadi lagi seperti kemarin, Kavaya langsung melirik ke arah Nana. Dia berharap Nana punya jawaban dan bisa menghentikan ini semua lagi.
"Bisa stop gak kalian berdua!" bentak Nana.
"Gue sudah tau kok jawabannya. Lo berdua berhenti ya. Sorry untuk kedua kalinya, kak. Di posisi ini gue gak mau sopan ke lo!," ucapnya dengan tegas. "Lihat ni!" lanjut Nana sambil menunjuk ke arah titik jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU, VAYA!
Teen FictionBagaimana rasanya kalau ternyata orang-orang yang dekat denganku, memiliki perasaan terhadapku? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana caranya agar tidak menyakiti salah satu dari perasaan mereka? Tapi apakah perasaanku juga sama? Namun, tiba-tiba se...