BAB 35: Kabar Buruk

15 2 0
                                    

"Seperti musim yang selalu berganti dengan cepat setiap bulannya.. kenapa kamu juga pergi begitu cepat? Waktu saja berjalan tanpa henti.. tapi kenapa waktumu malah berhenti secepat ini? Betapa bodohnya aku.. tidak bisa mencintaimu dengan benar, kak"

- Kavaya Priciliani

---------

Pukul 09.30 Pagi

JAKARTA CONVENTION CENTER (JCC)

Akhirnya Kavaya sampai di depan JCC. Saat dia turun dan berjalan masuk ke JCC, dia melihat Nana yang sudah berdiri di dekat pintu masuk. Nana melambaikan tangan dengan senyuman kecil di wajahnya. Kavaya segera menghampiri dan menyapa Nana dengan senyum yang sama. Disini perasaan Kavaya tetap tidak enak, dia merasa terus gelisah. 

"Na! Thanks ya sudah bisa temenin gue hari ini." 

Sebelumnya pas Kavaya masih di dalam grab car, dia sempat menghubungi Nana untuk menemaninya ke JCC. Kavaya menjelaskan kalau Gavin tidak bisa ikut karena harus pergi ke Jogja. 

Nana tersenyum mengangguk. "Santai aja.. Gue kan sudah bilang, gue bakal selalu ada buat lo kapan aja.. Lagipula gue senang juga bisa nemenin ngurusin pernikahan lo sama Gavin."

Kavaya tersenyum. Tidak lama mereka masuk ke dalam gedung dan menuju aula pernikahan yang tekah dipesan. Saat masuk, mereka melihat aula yang sudah dihias sedikit untuk preview tema pernikahan. IO wedding yang sudah menunggu, langsung menyambut mereka dengan hangat, mengarahkan ke sebuah meja panjang yang penuh dengan katalog dan palet warna. Selama hampir satu jam lebih, mereka sibuk berdiskusi soal konsep dekorasi, tema warna, hingga hal-hal kecil seperti model bunga dan detail undangan. Kavaya terlihat begitu antusias dan mencoba menuangkan segala ide yang dia punya untuk menciptakan pernikahan sempurna seperti yang Gavin harapkan. 

Namun, di sela-sela kesibukan itu, perasaan tidak enak itu kembali muncul. Kavaya melirik ponselnya yang di-silent sejak awal. Dia merasa ada sesuatu yang aneh, hatinya sangat gelisah. Saat IO mengeluarkan sampel kain dekorasi, tiba-tiba ingatannya melayang ke Gavin. Dia ingat kalau Gavin kan akan mengabarinya. 

"Sebentar ya, mbak," kata Kaavya sambil mengambil ponsel dari tasnya dan memeriksa chat WhatsApp dari Gavin. 

Dia menemukan pesan dari Gavin yang dikirim sekitar 17 menit yang lalu, karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10.30. 

Vaya, maaf baru kabarin. Sekarang aku sudah sampai di Cirebon. Masih ada beberapa jam lagi baru aku sampai di Jogja. Nanti aku kabarin kamu lagi, ya.

Membaca itu, Kavaya langsung buru-buru membalas pesan Gavin itu. Oke, hati-hati, kak.

Tapi, anehnya, pesan yang dia kirim itu hanya centang satu, yang berarti Gavin sedang offline. Ini membuat Kavaya semakin merasakan perasaan tidak nyaman yang tak bisa dijelaskan. Biasanya, meskipun dia telat membalas, Gavin selalu cepat merespons dan jarang sekali offline. Tapi baru kali ini, dia lihat Gavin seperti ini. Khawatir? Ya itu yang Kavaya rasakan sekarang.

Nana memperhatikan perubahan ekspresi di wajah Kaavya, lalu menepuk bahunya. "Lo kenapa? Kok lo kelihatan khawatir gitu."

Kavaya menghela napas, mencoba tersenyum walau gugup, "Nggak, Na.. Cua gue khawatir aja. Kak Gavin nggak balas chat gue. Biasanya dia nggak kayak gini.. biasanya dia selalu cepet balas. Tapi sekarang dia malah offline."

Nana menenangkan Kavaya. "Mungkin aja dia lagi tidur di kereta atau lagi sibuk siapin seminarnya, Vaya. Lo tadi kan bilang sama gue, kalo si Gavin itu ke Jogja buat ikut seminar, kan?"

LOVE YOU, VAYA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang