𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 - 𝟎𝟗.

421 87 0
                                    

Jimin bergerak gelisah dalam tidurnya bahkan keringat sebesar biji jagung memenuhi keningnya, bahkan matanya tetap tertejam namun gerakan badan nya gelisah. Kakinya dia seret seolah ada yg menariknya, mulut Jimin bergumam sesuatu bahkan tangan nya juga menghalau dari sesuatu yg berusaha menggapainya.

Jangan..

Jangan lakukan itu, kak.

Please. Aku mohon.

Jimin terbangun dari tidurnya dan nafasnya terengah karena mimpi buruk yg baru saja dia alami, dia mengusap keringatnya berusaha menenangkan degub jantung yg dia rasakan. Mimpi buruk itu datang lagi setelah sekian lama tidak datang kini datang lagi. Jimin tidak habis pikir kenapa bisa mimpi buruk yg selalu dia hindari kini muncul lagi.

"Kenapa mimpi itu lagi?" Tanyanya pada diri sendiri.

Dia mengambil ponsel masih pukul satu dini hari dia mengambil minum di meja nakas namun sayang gelas itu kosong, hal hasil mau tidak mau dia turun dari ranjang tempat tidur dan keluar kamar. Dia langsung ke dapur dan menuangkan air putih lalu meminum nya hingga tandas.

Dia juga duduk di kursi makan sambil memikirkan tentang mimpi buruk yg dia alami, mimpi yg terasa nyata walaupun sudah satu tahun telah berlalu. Kejadian yg mana menjadikan nya sebagai mimpi buruk seumur hidup kini mulai menghantui. Kejadian yg dia coba lupakan dia teringat kembali, bahkan kejadian yg satu tahun itu yg mengubahkan menjadi pribadi yg tertutup dari semua orang, termasuk soal asmara nya karena dia sudah tidak percaya akan cinta dalam arti kata sangat trauma menjalani kehidupan percintaan.

"Tenang Jimin ini cuman mimpi."

Ya, dia takut jika mimpi itu kembali hadir dan menjadi kenyataan, dia tidak mau kejadian satu tahun yg lalu terulang lagi. Dia tidak mau mengkonsumsi obat tidur lagi atau meminum obat anti despresi lagi, sudah cukup hidupnya di acak-acak dengan masa lalu yg begitu suram.

"Lebih baik gue tidur lagi karena besok musti sekolah."

Jimin lekas bangkit dari duduknya dan kembali masuk kedalam kamar, dia mencoba melupakan mimpi tersebut dan memulai tidur kembali. Besok dia akan kembali ke sekolah dan hari pertama nya tidak boleh telat.



Taehyung duduk di sebuah bar agak jauh dari kerumunan teman-teman nya, memegang segelas vodka yg masih utuh tanpa dia minum sedikit pun. Malam ini entah kenapa perasaan tidak menentu sekali, pikiran selalu tertuju pada jungkook yg menghindari dirinya bahkan dia tidak tahu salah dia dimana. Taehyung berusaha menghubungi pria bergigi kelinci itu namun sayang jungkook tidak menjawab nya. Bahkan melalui chat juga tidak dibalas oleh jungkook.

"Tae" sapa yoongi menepuk pundak sahabatnya.

"Bang."

"Gue perhatiin lo diem mulu. Ada masalah?"

Taehyung menggeleng "entahlah, gue juga gak paham sama perasaan gue sendiri."

Kening yoongi berkerut tanda dia bingung dengan ucapan taehyung, dia menepuk pundak taehyung sekali lagi sambil tersenyum tipis. Yoongi yg memang dikenal cuek dan kaku namun buat sahabat atau orang terdekat itu tidak berlaku.

"Cerita sama gue."

"Lo pernah gak sih naksir sama orang tapi yg kita taksir malah mau mengejar kita" ungkapnya.

"Hm, ya. Lalu."

"Orang yg mau ngejar gue malah bersikap aneh hari ini, gue gak tau salah gue dimana bang."

"Mau ngobrol di luar club disini terlalu berisik" tawar yoongi membuat taehyung mengangguk setuju.

Keduanya keluar dari club menuju kearah parkiran, tepatnya di dekat motor taehyung. Yoongi menyalakan sebatang rokok lalu mengisap nya perlahan. Asapnya dia buang sambil memejamkan matanya.

"Gue bingung" ucap taehyung membuat yoongi paham.

"Kejar balik lah. Kasih tau dia kalau lo sebenarnya membutuhkan dia. Cuman gengsi lo gedein."

"Bukan gengsi, bang. Lo tau sendiri kan kita berkecimpung didunia malam ini gimana, banyak musuh yg mengincar kita. Gue takut dia terseret bang. Gue gak mau dia disentuh oleh musuh sekalipun. Ingat bang musuh lebih tahu kelemahan lawannya yaitu orang yg kita sayangi."

Yoongi terdiam benar apa yg dikatakan taehyung kalau musuh mereka mengetahui kelemahan mereka adalah orang yg disayangi bahkan dicintai, pihak lawan tidak memandang bulu apakah kekasih, orang tua mereka terlibat atau nggak. Jika pihak musuh tahu kalau mereka mencintai seseorang maka mereka siap mencari kelemahan atau menyeret orang yg mereka cintai, sialan kenapa yoongi baru tahu sekarang dan dia takut jika pihak musuh mengetahui kalau dia mencintai pemuda seperti kucing itu akan di incar musuhnya.

****

Pagi harinya jimin bangun agak kesiangan dia lekas bangkit dan berlari kecil kearah kamar mandi, dia pagi ini tidak akan melakukan ritual mandi hanya cuci muka, sikat gigi, habis itu keluar dari kamar mandi. Memakai baju yg akan dikenakan hari yaitu putih Abu-Abu, hari pertama sekolah setelah masa mos habis harusnya dia tidak terlambat bangun. Ini mungkin efek dia tidur jam tiga pagi karena tidak bisa tidur akibat mimpi buruk.

Dirasa sudah rapi dia lekas mengambil tas dan keluar dari kamar, mengambil sepatu serta kaos kaki di tempat yg sudah dia susun. Dengan gerakan cepat dan buru-buru akhirnya jimin selesai juga. Mau rapi atau tidak itu urusan belakang namun waktu mau jalan membuka pintu dia pun berhenti dan menepuk jidatnya kalau dia lupa jika motornya masih di bengkel semalam.

"Gue naik apa ya. Apa masih ada ojek jam segini."

"Jalan aja dulu deh semoga jam segini ada angkutan atau ojek."

Lihatlah dia padahal dia adalah anak orang kaya namun dia rela dan bisa mandiri, bahkan dia bisa menghubungi sang kakak buat minta jemput atau menghubungi jungkook. Namun jimin tetaplah jimin dia mempunyai rasa sungkan yg tinggi, jika dia mampu maka dia tidak akan merepotkan orang lain.

Dia lekas berjalan keluar rumah dan menutup pintu kosan, meletakan kunci dibawah pot bunga, karena kalau dia bawa bisa-bisa dia lupa. Karena jimin memang anaknya sedikit pelupa.

"Ji" panggil ibu kos membuat senyum jimin terbit.

"Iya, ajhuma."

"Ada yg nyariin kamu dirumah ajhuma."

Jidat jimin berkerut tanda dia bingung siapa pagi-pagi begini mencari dirinya, tidak mungkin jungkook dan kakaknya yg jelas tahu kosan nya bukan. Jimin mengikuti langkah ibu kos buat berjalan sedikit kearah rumahnya, karena memang jarak nya hanya lima rumah dari kosan milik ajhuma Lee.

"Ajhuma beneran kalau dia nyariin saya?" Tanya jimin dalam perjalanan.

"Beneran. Tadinya dia nunggu di depan gang terus ajhuma gak sengaja lihat dan tegur. Akhirnya ajhuma ajak ke rumah saat tau kalau dia nyariin kamu, kan kamu tau sendiri peraturan kosan dilarang bawa masuk orang asing kecuali memang ajhuma sudah kenal."

Jimin mengganguk paham meskipun dalam hatinya masih penasaran, bahkan dia sudah tidak perdulikan lagi terlambat biarlah dia terkena hukuman di awal masuk sekolah ini.

"Nah, itu dia orang nya ji."

Jimin melihat dengan jelas lalu matanya melotot tajam "Lo."















- 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐬𝐭𝐨𝐫𝐲 -

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang