30. Eksistensi

899 101 19
                                    

Indila's song 🎶🎶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Indila's song 🎶🎶

_____________________


"Aku tekankan pada mu sekali lagi, Iskandar. Jika aku tidak mau melihat Masen di borgol ketika aku menjemputnya di bandara nanti!"

"Aku sudah membayar denda deportasi dan aku harap negara mu memperlakukan anak ku dengan baik!"

Sorot mata Iskandar meredup, ketika sedari tadi ia mendengar begitu banyak penekanan yang di ucapkan oleh Matsuda. Hingga ia pun tak punya nyali untuk ikut berkomentar balik, atas kejahatan yang dilakukan oleh Masen terhadap Shiloh seperti yang ia tuduhkan itu. Nyatanya ia hanya geming memperhatikan baik-baik segala peringatan Matsuda hingga akhir__ hingga Matsuda menutup telepon itu secara sepihak tanpa memberikan kesempatan Iskandar untuk menyela.

Dan setelah pihak imigrasi mengeluarkan Masen dari rumah detensi untuk menerbangkannya langsung ke Jepang, disanalah Matsuda, Keiji dan beberapa orang dari pemerintahan Jepang menjemput Masen di Bandara.

Dan setelah pihak imigrasi mengeluarkan Masen dari rumah detensi untuk menerbangkannya langsung ke Jepang, disanalah Matsuda, Keiji dan beberapa orang dari pemerintahan Jepang menjemput Masen di Bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana hening dan canggung diantara mereka, selama perjalanan hingga tiba di kediaman keluarga Matsuda itu. Baik Keiji maupun Matsuda sendiri, tidak ada yang ingin membuka pembicaraan terlebih dahulu untuk menanyakan langsung pada Masen.

"Maaf telah menyusahkan kau lagi, prof." Hanya kalimat itu yang bisa Masen utarakan sejak mereka sudah tiba di rumah.

Sementara Keiji yang langsung pamit untuk kembali ke kantornya, membiarkan anak dan ayah itu mengobrol dari hati tanpa campur tangan orang luar. Terlihat Matsuda sedikit lebih merapatkan pintu kamar Istrinya yang sedang tidur, lalu kembali pada anaknya yang masih berada di ambang pintu masuk.

"Kenapa?" Tanya Matsuda lekat menatap untuk menyelam sampai dimana cara pikir anaknya.

"Kenapa apanya, Prof?"

"Kenapa kau tidak membela dirimu sendiri di persidangan? Kenapa orang-orang itu kau biarkan salah paham?"

"Kenapa Prof menganggap ini kesalahpahaman? Bagaimana jika nyatanya aku benar melecehkannya?"

Mantra Wanita Sinting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang