26. Papa Andin🫣🤫

6.3K 33 4
                                    

"Wah rumah Andin keren, kaya museum yang Cicil liat di TV" Cicilia membulatkan bibirnya menatap kesana kemari dengan mata bulatnya.

"Hahaha iyakan Cil, liat yang disana, itu semua bikinan Andin loh" Rara tampak menunjuk beberapa patung disudut Mansion keluarga Andin.

Hari ini Andin, Rara, dan Cicilia datang ke Mansion keluarga Andin untuk mengerjakan tugas kelompok. Awalnya Brian, Brandon, bahkan Jake ingin ikut menemani gadis mereka, namun Cicilia mengancam tidak akan ada ciuman dipagi hari lagi bila mereka ikut.

"Kalian duduk disini ya, biar aku bawain minum" Ucap Andin

"Eh aku nyusul Andin ya sebentar" Rara berlari kecil mengusul Andin yang telah menghilang dari balik pintu.

Cicilia hanya menatap mereka polos, kemudian melanjutkan soal-soal yang masih belum ia kerjakan. Pipinya menggembung lucu dengan dahi menyerengit kebingungan, terkadang Cicilia juga menggaruk pipi chubbynya yang tak gatal.

"Selamat datang Tuan Besar" sapa para pekerja.

"Hmm" 

suara sepatu kulit yang beradu dengan lantai marmer mewah memecahkan keheningan. Suara itu tiba-tiba berhenti menyisakan kekosongan yang cukup dalam. Matthew, Papa Andin, menatap dalam Cicilia yang tengah duduk dikarpet berbulu sembari menyerengit kebingungan. Seringai timbul dibibir tebal Matthew, takdir memang selalu tak bisa diprediksi.

"Kenapa?"

Cicilia bergidik terkejut saat mendengar suara bass menggema diseluruh penjuru ruang tamu. Kepalanya menoleh hingga netra indahnya beradu dengan netra kelam Matthew yang begitu dalam menghisapnya.

"Kenapa?" Tanya Matthew kembali sembari menghampiri Cicilia.

"Kenapa?" Cicilia memiringkan kepalanya bingung.

"haah, kenapa mukanya kaya orang bingung" Baru kali ini Matthew mau susah-susah menjelaskan.

"Oh, ini susah, Cicil bingung" Cicilia nenggaruk pipinya, membuat Matthew gemas.

"Sini saya bantu" Matthew tiba-tiba menarik buku Cicilia dan ikut duduk disebelah Cicilia.

"Om siapa?" Cicilia menopang dagunya sembari menatap Matthew, membuat telinga Matthew memerah.

"Ekhem, saya Matthew, Papah Andin" 

"Oh Papahnya Andin, hallo ini Cicil, namanya Cicilia dipanggilnya Cicil aja hehe"

"Gemes" Matthew mengusap rambut Cicilia lembut.

"Eh Andin kemana ya Om? kok gaada? Cicil mau susul dulu deh" Cicilia berlari kecil membuat Matthew terkekeh gemas.

Cicilia menengok kesana kemari mencari Andin dan Rara, dapur tampak kosong, hanya ada beberapa pekerja yang berlalu lalang. Seorang maid melihat Cicilia yang kebingungan pun menghampiri.

"Ada yang bisa saya bantu Adek?" tanya maid itu sembari tersenyum menatap Cicilia yang begitu lucu

"eh kakak! ini Cicil mau cari Andin sama Rara, katanya mau ke dapur ambil minum, tapi tapi pas Cicil kesini kok gaada orang?" Cicil menggembungkan pipinya.

"Hahaha, nona muda dan non Rara ada di kamar nona muda Adek, kamarnya ada di lantai 3. Mau saya antar adek?"

"No no~ Cicil udah besar, bisa pergi sendiri" Cicilia buru-buru pergi menaiki tangga mewah kediaman itu.

Maid itu tersenyum gemas dan berbalik, seketika tubuhnya gemetar hebat dengan kepala menunduk ketakutan. Jarinya saling bertautan menguatkan.

"Tu..tuan besar" sapanya dengan suara bergetar.

"Jangan ada pegawai yang naik ke lantai 3, kalau ada yang melanggar kalian akan tahu akibatnya" Suara dingin menyayat setiap inci jiwa, membuat siapapun akan bergetar ketakutan.

Cicilia menghela nafas setelah berhasil naik ke lantai 3 melalui tangga. Padahal ada lift namun ia malah memilih menaiki tangga yang tinggi dan melingkar seperti kastil di film animasi yang ia lihat.

Netranya menelusuri penjuru lantai 3, ada beberapa pintu dengan ukiran tertentu, ditengah ruangan nampak sofa dan TV selayaknya ruang santai biasa. Langkahnya menelusuri setiap pintu, mencari nama Andin dipintu itu.

'Ahh Andin pelan ohh dildonya ah ah kegedean'

'Ohh itu memek kamu yang kesempitan, ah sialan'

plok plok plok

Suara samar-samar masuk ke indra pendengaran Cicilia saat ia berdiri di depan pintu berukirkan nama Andin. Cicilia menyerengit bingung. Suara yang sangat familiar, namun yang menbuat Cicilia bingung adalah tidak ada laki-laki selain pegawai dan Papah Andin di Mansion ini.

Dengan perlahan Cicilia membuka pintu yang tak terkunci, ia intip celah pintu sembari sedikit berjongkok. Matanya menbulat dengan dahi menyerengit bingung. Tampak Andin yang menggerakan pinggulnya seakan-akan menggenjot Rara yang mendesah tak karuan. Andin juga memakai sesuatu dipinggulnya. Cicilia mencoba membuka pintu lebih lebar untuk mengetahui apa itu.

"Ahhh" Cicilia memekik terkejut saat lengannya tiba-tiba ditarik menjauh. Pintu ditutup rapat dan Cicilia dipojokan di samping pintu.

"Anak kecil jangan suka ngintip orang ngentot" Matthew berbicara sembari menyeringai tampan.

"Cicil bukan anak kecil ya! Cicil juga ga ngintip orang lagi ngentot!"

"Masa bukan anak kecil? badan aja kecil gini"

"mana ada badan Cicil kecil, Om matanya sakit ya? kasian" Cicil menatap Matthew kesal.

"Badan kamu kecil, pedek, kaya anak kecil. Tapi tetek sama pantatnya gede, kaya jalang"

"Ahhh Om janganhh" Cicilia mendesah saat Matthew dengan lancang meremas susu besarnya.

"Teteknya gede banget, suka hmm diremes gini? sange?" Matthew berbicara frontal, membuat memek Cicilia berkedut kencang.
🍅🍅🍅🍅🍅

Yang ingin baca cerita lengkapnya silahkan mampir ke whatsapp aku yaa, selain dapet full stories, kalian juga akan dapat soft file yang bisa di keep SELAMANYA, dan gif hot yang bikin bagian bawah makin becek🥵🥵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang ingin baca cerita lengkapnya silahkan mampir ke whatsapp aku yaa, selain dapet full stories, kalian juga akan dapat soft file yang bisa di keep SELAMANYA, dan gif hot yang bikin bagian bawah makin becek🥵🥵

Whatsapp: +62 882-0006-10560

ditunggu cintaa ❤❤

Transmigrasi Hot GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang