36. "Biar Cicil Ajarin Ya.."

7K 55 1
                                    

"Yo bro! lama amat lo" 

Seorang pria dengan kemeja yang cukup berantakan datang menghampiri teman-temannya. Tanpa menjawab, pria itu memukul dada temannya pelan dan menyerahkan satu kotak yang nampak cukup mahal, hingga membuat teman-temannya bersiul.

"Gilee, berapa juta nih?" Vadel buru-buru membuka kotak itu, mengeluarkan sebotol minuman keras berusia ratusan tahun.

"Gaakan bisa lo beli"

"Huuuuh mantap mas bro!" Willy tertawa terbahak-bahak menatap temannya yang nampak cukup tersinggung.

James, pria itu hanya menggeleng menatap teman-temannya sembari menghembuskan asap rokok elektrik, hingga kepulan putih meluap memenuhi udara sekitarnya. Hari ini James sengaja mengundang teman-temannya untuk berpesta di rooftop mansion keluarganya, mengingat sudah lama mereka tidak kumpul bersama. Musik keras hingga minuman keras, membuat puluhan manusia tenggelam dalam euforia .

"Umm Bang" 

Willy menyerengit mendengar suara imut seseorang. Malik, pria yang tampak berantakan itu menghela nafas kasar sebelum mendorong seseorang dari balik punggung lebarnya. Pria dengan paras imut keluar dari sana sembari menautkan kedua tangannya malu.

"Anjing!! kok lo bawa bocil?!" Bisma, pria dengan tatto dikedua tangannya itu mendorong Malik keras.

"Nyokap Bokap gaada di rumah, dia maksa ikut" Malik nampak tak perduli. Ia memilih duduk disebelah James yang menatapnya tajam.

"Sial, kalau ada bocil ga bisa mabok dong?!" Vadel mengacak rambutnya kasar, tak sabar ingin mencoba minuman mahal ditangannya.

"suruh tunggu dibawah, ada baby disana" James menggerakan tangannya, membuat Malik berdecak kesal. Seandainya adiknya tak memaksa ikut, pasti ia bisa berpesta sepuasnya.

"Ayo" 

"Eh tunggu!! nitip bukain dong, susah nih" Vadel memberikan botol minuman keras itu pada Malik.

Malik menghela nafas kasar sebelum merebut botol minuman keras itu. Ia tarik tangan sang adik dan membawanya menuju lantai ruang tamu kediaman Argantara. Pria manis itu nampak cukup ketakutan, matanya bergerak liar menatap kediaman mewah yang sangat asing diingatannya.

"Diem dulu disini, abang mau buka botol" 

Pria kecil itu mengangguk patuh dan memilih duduk disalah satu meja bar yang ada diruang makan. Matanya menatap penasaran sang Kakak yang menancapkan corkscrew pada botol wine. Mata pria kecil itu sedikit meliar saat merasakan tekanan dibawah sana yang sudah tak bisa ia tahan lagi.

plup!!

"Abang abangg"

"hmm?"

"Mau pipis" Pria kecil itu menunduk sembari memilin kemejanya.

"Hah, cepet" Malik meninggalkan botol minuman keras itu di meja bar untuk mengantar adiknya ke kamar mandi.

Tak lama setelah kepergian Malik, langkah kaki ringan kembali terdengar mendekati ruang makan. Cicilia, gadis manis dengan piama kelinci itu nampak semangat mendekati kulkas besar. Berencana mencuri beberapa kudapan dingin sebelum tidur, tentu tanpa sepengetahuan semua orang. 

"Eh ini apa?" 

Perhatian Cicilia teralih pada botol cantik diatas meja bar. Tanpa ragu, kelinci nakal itu mengambil botol minuman keras dan mencium baunya. Kerutan dikeningnya nampak jelas, menandakan benda itu sangat asing untuk gadis polos seperti Cicilia.

"Baunya aneh, ini minuman kah? apa Cicil coba aja ya? duren juga baunya ga enak, tapi tapi Cicil suka rasanya!! Hummm"

Cicilia, si kelinci nakal itu mengambil sebuah cangkir dari bawah meja pantry. Dituangkan sedikit minuman itu ke dalam cangkir dengan corak kartun favoritnya, Kiko. Melirik kanan dan kiri, buru-buru Cicilia meletakkan kembali botol itu diatas meja dan bersembunyi dibalik meja makan.

Transmigrasi Hot GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang