Bastian menggigit bibir bawahnya, ketika melihat pakaian bekas miliknya yang saat ini dipakai oleh Gamaliel.
Pakaian itu masih terlihat bagus dan terawat, karena memang itu adalah pakaian mahal. Hanya saja, mirisnya pakaian itu adalah bekasnya, dan diteruskan oleh Gamaliel.
Bastian melepas jaket yang dipakainya dan memakainya kepada Gamaliel.
"Pakai ini, di luar dingin!" Ucap Bastian, mengingat ini sudah jam setengah enam sore, dan mereka akan keluar pakai motor.
"T-tapi..."
"Jangan membantah!" Tegas Bastian, membuat Gamaliel terdiam.
"Kau baru saja keluar dari rumah sakit, jangan melawan. Mobilku sedang di bengkel, dan mobil yang lainnya diambil sama Daddy kuncinya. Yang tersisa sekarang hanya beberapa motor saja, dan otomatis kau akan kedinginan. Jadi jangan pernah menolak, karena ini demi kebaikanmu!" Gamaliel tertegun mendengar hal itu.
'Tuhan, ini sangat manis. Tapi aku tidak ingin terbuai dengan perhatian ini, aku takut... Aku takut sewaktu-waktu kakak bisa kembali ke sifatnya yang dulu, sama seperti sifatnya yang saat ini berubah drastis hanya karena berubah pikiran,' batin Gamaliel.
'Lagipula, sifat ini pasti tidak akan bertahan lama,' sambungnya lagi.
"Melamun lagi?" Gamaliel sedikit tersentak, membuat Bastian mengkerutkan keningnya.
"Kamu sebenarnya lagi ngelamunin apa sih? Perasaan dari tadi kerjaannya ngelamun terus deh!" Tanya Bastian.
'Lagi mikirin tentang sifat kakak yang berubah,' namun sayangnya perkataan itu hanya bisa dia ucapkan didalam hati.
"Ayo..." Bastian menggandeng tangan Bastian dan membawa saudara beda ibunya itu menuju garasi.
Bastian segera naik keatas motornya, dia memberikan salah satu helm full face nya ke arah Gamaliel, dan diterima dengan baik oleh pemuda itu.
Bastian menyalakan mesin motor dan menyuruh Gamaliel untuk naik ke jok motor nya.
"Pegangan!" Ujar Bastian.
Dengan ragu-ragu Gamaliel memegang pundak Bastian dengan kedua tangannya, namun yang lebih tua malah menarik tangannya agar memeluk pinggangnya.
"Peluk yang erat, jangan sampai jatuh!" Ujar Bastian sambil diam-diam tersenyum tipis, Gamaliel pun sama sekali tidak menolak.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾Gamaliel menautkan kesepuluh jari-jari tangannya sambil mengikuti langkah Bastian yang berjalan di depannya.
Mereka saat ini sedang berada di pusat perbelanjaan kota, walaupun hari sudah gelap, namun tempat itu masih terlihat ramai. Dan Gamaliel selaku orang yang baru kedua kalinya menginjakkan kaki di tempat seperti ini, tentu saja merasa asing dengan suasana ini.
Ralat, bukan dua kali selama dia hidup, lebih tepatnya dua kali setelah dia tinggal bersama Daddynya. Karena ketika dia kecil dulu, dia tentu saja sering bersenang-senang di tempat-tempat seperti ini bersama dengan mommynya.
"Kenapa jalannya lama banget, sih?" Tanya Bastian sambil menghentikan langkahnya, menunggu Gamaliel yang tertinggal.
"Maaf, kak..." Cicit Gamaliel, sambil menundukkan kepalanya. Bastian diam-diam tersenyum, jika dilihat-lihat, Gamaliel lucu juga. Hanya saja... Sama seperti sebelumnya, tubuhnya kurus dan wajahnya tirus. Jika pipinya berisi, pasti akan terlihat lebih baik.
Bastian lagi-lagi menggandeng tangan Gamaliel, "tanganmu dingin..." Ucap Bastian, ini pasti karena angin saat di perjalanan tadi.
"Kita mau apa disini, kak?" Tanya Gamaliel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Murderer (End)
Teen FictionCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN CERITA YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Peristiwa masa lalu yang tidak diketahui bagaimana kejelasannya, membuat Gamaliel hidup dengan title ' anak dari...