Part 40

323 25 11
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Mike dan kedua putranya di Istanbul. Seperti yang dikatakannya beberapa hari yang lalu, setelah mengadakan pertemuan dengan seseorang yang dia percayai untuk mengurus hotel, Mike langsung mengajak kedua putranya untuk pergi ke Grand Bazaar.

"Beli apapun yang kalian suka, okay?" Mike sejak tadi selalu menegaskan kepada kedua anaknya bahwa jangan sungkan untuk mengambil semua hal yang mereka sukai, dan dia akan membayarnya.

"Iya Daddy Iya... Dari tadi perasaan selalu diingatkan deh!" Balas Gamaliel yang sudah jengah itu.

Langkah ketiga laki-laki itu memasuki area salah satu pasar tertua sekaligus terbesar di dunia itu.

Toko pertama yang mereka masuki adalah toko aksesoris, di sana terdapat banyak sekali aksesoris-aksesoris yang indah, membuat Gamaliel merasa senang melihatnya.

Dia melihat satu persatu barang-barang yang ada di sana, hingga matanya menangkap sesuatu yang sangat menarik.

"Daddy, aku mau ini!" Gamaliel menunjuk sebuah gelang yang sepertinya terbuat dari bambu, diapun tidak tau. Namun bentuknya sangat elegant dengan warna biru dan dipadukan dengan warna abu-abu.

"Ambillah, kan tadi sudah daddy bilang!" Gamaliel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Walaupun sejak dijalan tadi dia selalu berkata iya, namun nyatanya dia tetap saja sungkan.

Setelah selesai dengan toko yang satu itu, mereka beranjak ke toko lain. Mereka tidak bisa berlama-lama karena mereka ingin menjelajahi banyak toko disini, apalagi saat ini sudah siang dan toko yang ada di pasar ini lebih dari empat ribu toko.

Kata Bastian, dia ingin sekali menjelajahi semua toko yang ada di sini, namun terlalu banyak. Jangankan empat ribu, seratus toko saja sepertinya mereka tidak akan bisa mencapainya.

"Dek, mau ke toko barang antik itu nggak? Kelihatannya menarik!" Bastian menunjuk ke arah toko yang sudah jelas sekali kelihatan bahwa itu adalah toko barang-barang antik.

"Menarik juga! Ayo!" Jika kakaknya selalu menuruti keinginannya, lalu kenapa dia tidak bisa mengikuti kemauan sang kakak?

"Dek, lihat deh vas bunga ini cantik, kan?" Gamaliel mengangguk, vas bunga yang ditunjuk oleh sang kakak memang cantik. Melihat pengunjungnya itu tengah memperhatikan vas bunga itu, si pemilik toko pun mulai menjelaskan.

"Just like flower vases in general, this vase is also made from clay. This vase is covered with gold and is more than two hundred years old. It once belonged to a princess from a noble family."

("Sama seperti vas bunga pada umumnya, vas ini juga terbuat dari tanah liat. Vas ini dilapisi emas dan berusia lebih dari dua ratus tahun. Dulunya itu milik seorang putri dari keluarga bangsawan.")

"Tapi kok nggak ada yang beli, ya?" Bastian tersedak ludahnya sendiri mendengar apa yang dikatakan oleh sang adik.

"Mungkin karena harganya yang terlalu mahal dek, jadi tidak ada turis ataupun warga lokal yang mampu membelinya, kecuali para kolektor. Jika ada kolektor yang melihat vas ini, pasti mereka akan membeli!" Jawab Bastian.

"Ha? Memangnya itu harganya berapa? Aku nggak ngerti soalnya, hehehe..." Gamaliel bertanya karena dia memang tidak bisa menafsirkan mata uang Türkiye dengan rupiah.

"Satu setengah triliun," bisik Bastian.

"WHAT THE F-"

Bastian segera menutup mulut sang adik yang hendak memekik keras setelah mendengar harga benda tersebut.

Tidak heran sih sebenarnya karena benda ini memang terlihat sangat elegan dan mewah, apalagi katanya ini dulunya milik putri dari keluarga bangsawan.




 Son Of A Murderer (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang