Penutupan MPLS.

49 41 0
                                    

Hari semakin sore. Tak terasa jika mereka saat ini sudah masuk ke hari terakhir MPLS. Pensi penutupan pun sudah selesai dengan baik. Astamita sebagai ketua dari acara ini merasa bangga dengan apa yang sudah ia lakukan bersama dengan panitia lain. Rasa senang dan sedih menyelimuti mereka secara bersama sama. Untuk menciptakan kesan yang begitu baik di hari terakhir mereka bisa bersama sama seperti ini, Astamita merencanakan sesuatu agar MPLS ini terasa lebih menyenangkan di akhir dan tak bisa di lupakan oleh para peserta dan juga panitia yang sudah menyelenggarakan acara dengan baik.

Astamita mengumpulkan seluruh fasilitator terlebih dahulu di sebuah kelas, ia menyarankan sebuah permainan yang di sebut dengan secret message, yang dimana para peserta wajib memberikan pesan, kesan ataupun ungkapan perasaan kepada salah satu fasilitator sebagai tanda terima kasih mereka ataupun sebagai kenangan untuk mereka sendiri. Mereka mengangguk setuju dan ketika sudah berdiskusi, seluruh panitia masuk ke dalam aula dan menghadap ke seluruh peserta MPLS yang rupanya sudah siap untuk pulang.

"Temen temen, sebelum kita pulang dan mengakhiri acara MPLS ini, teteh mau kalian keluarin kertas. Lalu, tulis kesan, pesan ataupun ungkapan perasaan kalian kepada teteh teteh atau aa aa fasilitator yang ada disini" Astamita berkata di sebuah mikrofon yang di keluhi oleh beberapa orang dan di senangi oleh sebagian orang.

"Teh" seseorang memanggilnya dan mengangkat tangan nya.

"Ini kita wajib bikin buat semua fasilitator apa pilih satu?" tanya seseorang itu.

"Bebas ya" jawab Astamita. "Kalian bebas untuk menulis apapun dan kepada siapapun di kertas itu." jelasnya

"Yang penting kalian nulis dan berikan kepada orangnya secara langsung" Astamita mematikan mic nya dan langsung memberikan jeda waktu untuk mereka, para peserta MPLS menuliskan sebuah pesan mereka.

"Semua fasilitator kedepan" Astamita memanggil seluruh fasilitator yang langsung mematuhi perkataan nya. Mereka langsung berbaris di depan memperhatikan adik adik kelasnya yang terasa dekat dan akan asing ketika sekolah biasa sudah di mulai. Rasa sedih dan senang menyelimuti hati mereka. Dan rasa deg-degan mulai terasa ketika mereka melihat para peserta sudah siap dengan kertasnya.

"Kalau sudah, kalian bisa kasih kertas itu ke orangnya langsung. Lalu, duduk kembali di kursi kalian" Astamita berujar, semua peserta langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri fasilitator yang sudah mereka incar.

Astamita hanya terdiam ketika ia melihat banyak orang yang memberikan Salsa, Hiraya, Sera, Maya, Daneta, Bunga bahkan Shaqalla dan juga Axel yang baru datang mendapatkan sebuah pesan. Namun, tidak dengan nya. Rasa kecewa mulai menghantui dirinya, apa selama ini usaha nya untuk membuat MPLS ini berjalan dengan lancar kurang di lirik oleh mereka? apa dirinya kurang bersifat baik hingga tidak ada satu pun yang meliriknya? apa selama ini usahanya sia sia?

Selama sesi pembacaan pesan, Astamita memperhatikan teman-teman fasilitator nya membuka pesan-pesan lucu dan penuh harapan. Hatinya terasa berat saat menyadari bahwa usahanya selama ini mungkin tidak dihargai. Ia ingin mendengar kata-kata semangat, tetapi sepertinya tidak ada yang memperhatikannya. Ia terlalu berharap lebih.

Astamita menghela nafas. Lalu, ia duduk di sebuah kursi fasilitator untuk menunggu teman teman nya membacakan banyak pesan pesan lucu yang mereka dapatkan. Dengan perasaan sedikit iri, kehampaan yang luar biasa terus saja menghantui dirinya. Apa sekurang itu kah dirinya hingga tak ada yang meliriknya?

Sungguh, Astamita merasa sedih dan kecewa kepada dirinya sendiri. Ia merasa kurang kepada dirinya sendiri. Entah, mengapa. Hanya karena sebuah pesan yang ia tak dapatkan, dapat membuat seorang Astamita merasa insecure dengan dirinya sendiri. Apa dirinya kurang cantik dan menarik di mata mereka? apa dirinya selama ini hanya di anggap NPC oleh mereka? sungguh, ini perasaan campur aduk yang dimana ia harus profesional.

Di tengah kesedihan nya dan setelah teman teman nya hampir selesai untuk membaca sebuah pesan yang mereka dapatkan tiba-tiba suara kursi di dorong terdengar. Seluruh atensi beralih kepadanya.

Raden, laki-laki itu baru beres menuliskan sebuah pesan. Ia tanpa ragu langsung memberikannya kepada Astamita membuat semua orang terkejut dan terbungkam oleh kelakukan Raden yang tiba-tiba itu.

"Teh, ini spesial pake telor dari aku" Raden memberikan sebuah kertas berwarna hijau yang sudah ia tulis dengan hati-hati. Astamita mengangkat kepalanya, ia menatap Raden dengan serius.

Ia baru sadar, jika Raden tak memberikan suratnya tadi. Rupanya, ia baru menyelesaikan tulisan nya. Astamita dengan mood nya yang berubah menjadi sedikit baik tersenyum masam kepada Raden, membuat Raden yang memberikan surat itu menarik kembali suratnya.

"Inget pesan aku tetehhhh" katanya memberitahu.

Astamita terdiam sejenak, ia kemudian mengukir senyumnya yang manis dan indah membuat Raden menjadi dramatis dengan memegang jantungnya dengan tangan nya.

"Duhh, mendadak jedug-jedug" katanya. Astamita tertawa kecil lalu ia menerima surat yang langsung di todongkan oleh Raden.

Ia tanpa berfikir panjang langsung membuka surat itu. Kedua bola matanya membulat ketika melihat apa isi surat yang di tulis oleh Raden.

Raden yang melihat respon Astamita dari kursinya hanya tersenyum senang. Wajahnya yang mengisyaratkan keseriusan itu membuat hatinya berdebar. Kira-kira apakah laki-laki itu menulis surat ini dengan penuh kesadaran? atau sebaliknya?

Astamita dibuat diam dengan tulisan yang di tulis oleh Raden di sebuah kertas berwarna cerah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Astamita dibuat diam dengan tulisan yang di tulis oleh Raden di sebuah kertas berwarna cerah itu. Ia kemudian mencari keberadaan Raden yang langsung ia temui, Raden yang melihat Astamita langsung mencarinya langsung tersenyum bahagia. Ia berharap jika pesan pengakuan ini dapat merubah statusnya dengan Astamita menjadi semakin dekat atau mungkin lebih dari dekat.

"Mit" Hiraya memanggil setelah ia sadar ia kehilangan Astamita di momen momen bahagianya membaca sebuah surat.

Astamita mengalihkan pandangannya ke arah Hiraya yang tiba-tiba memanggil, ia kemudian mendekati Hiraya.

"Kenapa?" tanya Astamita

"Kamu dapet surat kan?" Astamita mengangguk

"Kenapa ga di baca langsung?" dengan sorot mata tajam, Astamita membulatkan kedua bola matanya, ia langsung mencubit diam diam Hiraya agar Hiraya tak mericuhkan semuanya.

"Aku dapet surat dari Raden, isinya kamu tau kan dia gimana? jadi aku ga bisa baca secara terang terangan" bisik Astamita.

"Memang kenapa kalau di baca secara terang terangan? siapa tau dia beneran serius sama kamu terus makin jadi lebih baik" ucap Hiraya.

"Aku malu" Balas Astamita jujur.

"Malu karena di sukai sama Raden?" sebelah Alis Hiraya terangkat, Astamita langsung menggelengkan kepalanya.

"Malu karena aku merasa ga pantes di sukai sama dia"

14 DAYS LOVING YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang