Astamita terbangun di pagi hari dengan sinar mentari yang lembut menembus tirai kamar. Dengan sedikit menguap, ia merentangkan tangan, merasakan semangat baru menyelimuti harinya yang istimewa.
Hari ini adalah hari pertamanya sebagai siswa kelas 12, dan seminggu kemarin ia baru saja memimpin MPLS yang penuh tantangan dan kegembiraan serta kisah cinta yang terjalin.
Banyak bukti dan kabar jika banyak Fasilitator yang cinlok dengan peserta MPLS yang hari ini resmi menjadi adik kelas mereka.
Termasuk, dirinya sendiri.
Drt....Drt...Drt!
Astamita yang tengah sibuk touch up tiba-tiba teralihkan ketika ia melihat dan mendengar ponselnya berdering. Dengan cepat, ia duduk di meja rias dan mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang memberikan nya pesan dan juga menelpon dirinya di pagi buta ini.
"OH MY GOD" Kedua bola mata nya membulat terkejut ketika Astamita melihat nama Raden tertera sangat jelas di notifikasi itu. Tanpa ragu, Astamita mengangkat telepon itu.
"Halo" sapa Astamita ketika telepon berhasil terhubung.
"Good morning, tetehhhhh" suara ceria terdengar dari Raden di balik telepon membuat Astamita terkekeh gemas.
"Good morning juga, Den. Mau apa telepon?" tanya Astamita
"Emangnya ga boleh teh nelepon calon pacar??" goda Raden dengan sedikit tawa kecil di akhir kalimat nya.
Astamita juga ikut tertawa kecil sembari melanjutkan touch up yang belum sempurna.
"Boleh boleh aja sih. Kamu pasti kangen kan sama aku?" kini Astamita yang mencoba untuk menggoda Raden. Cewek itu tertawa geli ketika sadar dengan apa yang udah ia katakan.
"Banget teh." jawab Raden to the point.
"Aku sampe mimpiin tetehh"
"Mimpiin apaa?" tanya Astamita penasaran. Ia rela menghentikan aktifitas nya dan menunggu Raden bercerita.
"Mimpiin tetehh jadi pacar aku" katanya, tawa kecil menyertai ucapan Raden.
"Gitu doang?" Astamita ikut tertawa kecil. Ia mengangkat alisnya
"Terus aku anter jemput teteh yang udah kuliah di mimpi aku" lanjut Raden.
“Itu berarti kita pacaran pas aku udah kuliah, dong?” tanya Astamita dengan nada menggoda, senyum nakal menghiasi wajahnya. Harapan dan impian bergetar di antara kata-katanya.
“Jangan atuh, tehhh!” Raden menjawab cepat, suaranya penuh semangat. “Terlalu lamaaa,” tambahnya, seolah tidak ingin membiarkan imajinasi itu berlarut-larut.
“Ya, kan itu di mimpi kamu?” Astamita menimpali, matanya berbinar penuh canda.
Raden tertawa kecil sebelum menjawab, “Namanya juga cuma mimpi. Lagian, teteh mau kerja atau kuliah kalau udah lulus?” Ia menatap Astamita dengan rasa ingin tahu yang tulus, menantikan jawaban dari sahabatnya yang penuh ambisi.
Astamita terdiam sejenak, merenungkan pilihan yang ada di hadapannya. Dalam hatinya, ia merasa yakin bahwa kuliah adalah langkah pertama untuk mengejar cita-citanya. Dengan mantap, ia menjawab, “Aku mau kuliah.”
“Di mana?” tanya Raden, wajahnya dipenuhi antusiasme.
“Di UI, ngambil fakultas hukum,” jawabnya, matanya bersinar penuh harapan dan tekad.
Raden mengangguk kagum, wajahnya bersinar. “Widih, teteh jaksa?” tanyanya, nada penuh semangat.
“Lawyer,” jawab Astamita sambil terkekeh, merasakan kebanggaan akan cita-citanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
14 DAYS LOVING YOU
Romance"Jatuh cinta itu memang indah. Namun, sayangnya indahnya hanya sesaat dan meninggalkan luka yang abadi" Astamita Asshira tidak pernah mengira jika dirinya akan kembali merasakan Jatuh cinta disaat dirinya sudah lama tidak pernah merasakan itu. Hatin...