Mari bernostalgia sejenak.
.
.
.
Suara deru mobil truk mendistraksi Jay kecil dari kegiatan menulis huruf. Ia langsung melempar pensil warnanya dan berlari sangat cepat menuju pintu. Ia juga penasaran, apa yang membuat papanya meninggalkannya di tengah sesi belajar minggu pagi ini. Saat Jay mengintip dari balik pintu, satu truk besar berhenti di depan sebelah rumah Jay. Terlihat juga pagar rumah Jay terbuka lebar. Pasti papa ada di luar, pikirnya.
Perlahan, Jay pun menghampiri pagar rumahnya tanpa menggunakan alas kaki. Dilihatnya truk yang super besar itu. Beberapa orang menurunkan barang-barang. Kebanyakan adalah kardus-kardus besar.
"Pak Aldrin!"
Seseorang memanggil nama papa Jay. Terlihat pria tinggi keluar dari mobil yang diparkir di depan truk. Jay tidak bisa melihat dengan sempurna karena posisinya berdiri kini di belakang truk tersebut. Ia hanya bisa melihat pria itu menyapa dan menyalami papanya, terlihat begitu akrab.
"Kan udah berapa kali saya bilang, kalo udah di sini jangan panggil Pak. Kayak umur kita beda jauh aja, Fan. Bukan lagi di kampus juga nih."
Rifan tertawa. Ia mengangguk-anggukan kepalanya. "Kebiasaan lama. Nanti saya biasain dulu, deh."
"Istri sama anak kamu di mana?"
"Jungwon masih gak mau turun. Ngerengek terus minta balik ke rumah yang lama."
"Ya ampun. Hmm, sebentar deh. Kali aja mau diajak main sama anak saya. Saya panggil—loh? Jay?"
Saat menoleh ke belakang, Aldrin sudah mendapati anaknya berdiri diam di balik pagar sambil menatapnya. Pria itu pun menghampiri sang jagoan lalu bersimpuh di depannya.
"Kamu dari tadi ngikutin Papa?"
Jay mengangguk.
"Bukunya sudah diberesin belum?"
"Belum."
"Ya sudah nanti aja sama Papa. Sekarang, ada temen baru yang bakal pindah di rumah ini." Aldrin menunjuk rumah di samping rumahnya. "Jay ajak main, ya."
Jay mengangguk. Ia yang baru genap berumur 7 tahun minggu lalu menggandeng tangan sang papa. Kemudian Aldrin menatap Rifan yang mengarahkan beberapa orang untuk menaruh barang-barangnya di dalam rumah.
"Jungwon di mobil, ya?"
"Iya, Mas. Duh maaf banget ini saya sambil mindahin barang."
"Santai aja. Nanti saya ikut bantu-bantu." Aldrin dan Jay pun berjalan menuju mobil Kijang. Ia ketuk kaca pintu penumpang depan. Tak lama, pintu terbuka. Manampilkan seorang wanita yang memeluk anak kecil berusia 5 tahun di pangkuan.
"Ini Jungwon, ya?" tanya Aldrin dengan suara super lembut. Takut Jungwon malah tidak ingin lepas dari sang Mama.
"Dek, tuh ditanya sama Om."
Jungwon yang membuang muka hanya menggeleng. Pelukannya semakin erat. Terlihat pula punggungnya naik-turun tanda ia habis menangis tersedu-sedu.
"Halo, Jungwon. Om boleh kenalan? Oh, iya, ini juga ada yang mau kenalan sama Jungwon, loh. Katanya mau diajak main bareng."
Jay menoleh ke papanya. "Jay gak bilang gitu. Kan Papa yang nyuruh buat ngajak main."
Rima terkekeh melihat wajah panik Aldrin serta wajah polos Jay. Mendengar ada suara lain yang lebih cempreng membuat Jungwon sempat terdiam. Pelan-pelan ia menoleh. Wajah sembabnya terhalang rambut sang mama.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
FanfictionSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...