11. Universal Festival

655 86 9
                                    

Suasana sekolah di Sabtu pagi masih sepi. Hanya ada segelintir siswa yang nampak berlalu lalang. Termasuk Jay. Cowok itu sudah stand by dari jam 6 kurang. Bersama panitia yang memang ditugaskan untuk datang lebih awal, ia berkeliling guna memastikan semua persiapan untuk hari ini sudah lengkap. Dari mulai tata panggung, dekorasi, daftar konsumsi bagi tamu para tamu undangan, dan lainnya.

Dengan setelan kaos biru dongker-khusus panitia-dan celana abu-abu serta slayer merah yang diikat di lengan kiri, Jay bergegas menuju koridor kelas 10. Walkie talkie yang ia bawa sempat berbunyi, himbauan untuk panitia yang sudah datang, diharapkan langsung kumpul di ruang OSIS. Tapi Jay tau mereka tidak akan mulai sebelum Jake datang. Maka dari itu ia menyempatkan diri untuk memastikan sesuatu.

Jay mengintip sedikit lewat jendela kelas. Hanya ada beberapa anak yang sudah datang. Orang yang ia cari belum terlihat batang hidungnya. Karena penasaran, Jay pun berjalan menuju pintu. Ia ketuk dua kali. Tiga cewek dan dua cowok yang sedang berdiskusi menoleh. Jay tau salah satu cewek dari gerombolan itu. Cewek yang katanya akan berduet dengan Jungwon nanti, yang waktu itu juga datang ke rumahnya, Minji.

Wajah Minji sedikit terkejut. Berbeda dengan teman-temannya yang lain. Mereka agak berlebihan menampakkan keterkejutannya.

"Ada perlu apa Kak?" tanya Minji sambil berdiri. Lalu ia menghampiri Jay yang masih terdiam di ambang pintu.

"Hm, itu ... dia udah dateng?"

Minji menaikkan satu alisnya. "Dia? Siapa?"

Jay tidak langsung menjawab. Ia lirik anak-anak lain yang ada di belakang Minji. Dengan suara agak pelan ia menjawab. "Ketua kelas lo. Dia belom dateng?"

"Oooh." Minji mengangguk-ngangguk. Agak aneh sebenarnya kakak kelasnya ini. Apa sulitnya bertanya langsung apakah Jungwon sudah datang atau belum. Pakai acara diputar-putar pertanyaannya. "Belum. Tadi di chat sih anaknya masih di rumah. Emangnya ada apa, Kak?"

"Gapapa. Cuma ngecek aja." Sekali lagi walkie talkie-nya berbunyi. Kini seseorang sepertinya mencari keberadannya. Ia pun membalasnya. Setelah itu ia menatap Minji lagi. "Ya udah kalo gitu. Thanks, ya."

"Eh? Gitu doang? Gak mau nitipin pesen apa-apa? Nanti saya sampein ke anaknya."

"Gak usah." Sambil tersenyum tipis, Jay pamit. Kemudian ia meninggalkan kelas 10-4.

Di belakangnya, Minji geleng-geleng. Hubungan temannya dan kakak kelasnya ini sedikit unik. Entah apa yang sudah mereka alami sampai keduanya tidak bebas untuk saling berkomunikasi.

Atau memang, masalahnya di situ? Komunikasi.

***

Sebenarnya Jungwon cukup bersyukur karena ia bisa sedikit lebih tenang. Tadi, waktu ia beres-beres perlengkapannya, tiba-tiba papa masuk. Jungwon yang mengenakan kaos kelasnya langsung terkejut seperti maling kepergok warga. Papa tertawa sambil berkata, "Papa udah tau. Sana, keburu temen-temen kamu nungguin."

Jungwon langsung berterima kasih dan bilang kalau jangan memberitahu mama. Papa mengacungkan ibu jarinya. Akhirnya ia bisa santai berangkat ke sekolah tanpa harus mengendap-ngendap.

Saat Jungwon sampai di sekolah, parkiran terlihat ramai. Lebih banyak motor yang terparkir di sana. Tanpa sengaja pandangannya jatuh ke motor hitam yang kemarin ia naiki. Jay sudah datang, pikirnya. Lalu sedetik kemudian ia menggeleng. Jelas sudah datang, dia panitia.

Langkahnya dipercepat, sampai akhirnya ia tiba di kelas. Booth kelas 10-4 sudah rapih. Mereka memutuskan untuk menjual cookies dan minuman dingin. Mama Youngeun punya bisnis cookies kecil-kecilan di rumah. Beliau mengajari beberapa teman Youngeun cara membuat cookies untuk berjualan. Hasilnya lumayan, rasanya juga oke. Akhirnya booth itu dikreasi sebegitu rupa sehingga tampak manis dan fresh.

The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang