13. Betelgeuse

744 74 10
                                    

+9k words,
siap-siap bacanya!♡
.
.
.
.
.

Ruangan yang temaram serta suara langkah kaki yang menjauh adalah hal yang menyambut Jay hari ini. Sebetulnya ia sudah bangun beberapa menit yang lalu karena ketukan di pintu kamarnya. Mama berpamitan untuk kerja. Tidak Jay buka.

Semalam saat ia pulang setelah kemarin menginap di rumah Jake, mama tidak banyak bertanya. Wanita itu hanya berpesan untuk tidak merepotkan Jake. Setelahnya Jay langsung masuk ke kamar sampai tertidur pulas.

Jujur saja, bukan ini yang ia inginkan. Ia tidak ingin menjadi asing untuk mamanya sendiri. Yang hanya ia miliki sekarang adalah mamanya, begitu pula sebaliknya. Setelah papa pergi, tidak ada yang lebih penting dari mamanya.

Lambat laun Jay menyadari sesuatu. Ada yang berubah dari mama. Mama tidak semurung dulu. Ia juga kerap kali berlama-lama di sambungan telfon, entah dengan siapa. Dan pasti diakhiri dengan senyum bahagia.

Saat diketahuinya alasan di balik semua itu, Jay marah. Kepada mama dan kepada dirinya sendiri. Setelah bertahun-tahun merasakan sakit ditinggal oleh seorang ayah, bisa-bisanya saat itu yang ada dipikiran Jay adalah papanya. Bagaimana jika papa kembali? Bagaimana jika papa masih sayang dengan mama dan dirinya? Apa yang harus ia lakukan?

Sebelumnya ia masih bisa menyembunyikan perasaannya di depan sang mama. Tapi dua hari yang lalu setelah ia melihat sendiri pria itu datang langsung ke rumahnya, mencium mesra sang mama, Jay kembali dirundung segala emosi. Ia tidak ingin semua topeng yang sudah ia pasang lepas begitu saja. Apa lagi di hadapan Jungwon, orang yang beberapa tahun terakhir ia hindari. Ya walaupun ujung-ujungnya percuma.

Setelah mendapat pesan-pesan dari Jungwon, Jay semakin tidak bisa untuk memperpanjang agendanya yang bertahun-tahun ini ia sudah coba lakukan. Jungwon itu keras kepala, dari dulu seperti itu. Saat Jay mencoba segala cara untuk membuat Jungwon membencinya, nyatanya itu tidak mempan.

Lima tahun dan kini Jay angkat tangan. Entah apa yang akan ia hadapi ke depannya, ia tidak akan memaksa untuk Jungwon agar kembali mendekat atau justru semakin menjauh. Akan ia buat tahun terakhirnya di SMA ini seberharga mungkin. Paling tidak untuk orang yang ingin sekali Jay ucapkan beribu kata maaf itu.

Suara alarm ponsel Jay berbunyi. Ia pun segera bangkit dan bersiap untuk sekolah. Saat ia turun ke lantai satu, seporsi nasi goreng yang tertutup plastik wrap tersaji di atas meja makan. Di sebelahnya ada catatan kecil tulisan mamanya.

Jangan lupa sarapan.
I love you

Jay menatap kembali makanan yang sudah mamanya siapkan. Ada telur mata sapi kesukaannya. Kemudian ia ambil piring itu dan ia letakkan di kulkas. Bukannya tidak menghargai usaha mamanya, hanya saja ia tidak ingin memakan sarapan sepagi ini. Akan ia hangatkan nanti sepulang sekolah.

Jay mengunci pintu rumah. Ia dengar suara pagar dibuka. Saat ia menoleh, ternyata suara itu berasal dari rumah sebelah, rumah Jungwon. Jay mengintip sedikit. Jungwon keluar dari rumah dengan raut masam.

"Tumben pagi banget," bisik Jay ke diri sendiri.

Tiba-tiba ia terpikirkan satu ide. Jay kembali ke dalam rumah sebentar untuk mengambil sesuatu kemudian berlari kecil ke garasi. Tanpa menyalakan mesin motor, Jay keluar dari rumah. Setelah menutup kembali pagar, ia tuntun motor itu. Sebisa mungkin Jay menjaga jaga jarak antara dirinya dan Jungwon. Diam-diam ia ikuti Jungwon dari belakang.

Cowok di depan sana berjalan sangat pelan, seperti tidak ada tenaga untuk berangkat sekolah. Pundaknya juga tidak setegap biasanya. Kepalanya selalu menunduk. Kadang, Jungwon menendang batu kerikil yang ada di bawah sepatunya.

The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang