Jungwon pastikan lagi tali sepatunya terikat kencang. Ia juga pastikan ponselnya tidak tertiggal di kamar. Ia mendongak begitu mendengar suara pagar di samping rumahnya berbunyi. Jay sedang membuka pagar sambil melihat ke arahnya. Senyum keduanya tercipta. Jungwon pun bergegas keluar rumah.
Proses perizinan itu ternyata tidak lama. Sangat cepat dan lancar malah. Semalam, saat ia cerita ke kedua orangtuanya, mama dan papa langsung mengizinkan. Kata mama tidak apa-apa, toh banyak teman Jungwon juga yang ikut. Ada Jay juga. Mama Jungwon berkata siapa tau Jungwon bisa ketularan masuk universitas itu nantinya.
Jungwon hampiri Jay yang baru keluar dari garasi. Ia menunggu di dekat motor saat Jay menutup kembali pagar rumahnya.
"Kata tante sama om apa?" tanya Jay penasaran. Semalam saat ia bertanya bagaimana Jungwon minta izin ke orangtuanya, Jungwon tidak menjawab.
"Nanti aja di jalan ceritanya. Minji dari tadi udah nge-chat."
"Hmm, ok." Seperti biasa, Jay memberikan helm pada Jungwon. Setelahnya mereka membelah jalanan Jakarta di malam Minggu yang padat.
Jay buka kaca helmnya. Sedikit ia tolehkan kepalanya ke samping agar suaranya tak hilang karena kalah oleh suara kendaraan dan angin.
"Jadi apa? Lo gimana izinnya? Padahal semalem gue udah mau siap-siap ke rumah lo kalo emang gak diizinin."
Jungwon terkekeh. Ia majukan kepalanya. "Awalnya gak boleh. Gue tuh lupa kalo besok pagi mau diajak mama ke Bandung jenguk nenek gue. Terus gue bilang aja temen kelas banyak yang ikut. Gue juga bilang lo ikut. Terus langsung dibolehin sama mama."
Jay mengangguk-angguk sambil tersenyum. "Berarti nama gue ampuh, ya."
"Ampuh buat apaan?"
"Itu, setelah nama gue lo sebut, nyokap lo langsung ngizinin."
Jungwon tertawa cukup kencang. "Pedeeee! Gue diizinin karena yang nyelanggarain acaranya dari kampus itu. Kata mama siapa tau gue nanti keterima di sana. Eh, tapi iya juga sih karena lo. Soalnya tadinya mama ngira gue boong pas bilang lo ikut. Pas gue yakinin kalo lo emang ikut, baru deh."
"Kan," Jay menegakkan tubuhnya seraya membetulkan posturnya. "Sebentar lagi juga direstuin."
Jungwon melotot kaget. "Restuin apaan?! Asbun aja!"
Hanya tawa yang menjadi balasan. Kemudian Jay melirik spion. Jungwon sedang memandang jelanan di depan.
"Won?"
"Hmm?"
"Kalo lo ngerasa ada sesuatu yang ngeganggu pikiran lo soal hubungan ini, bilang, ya. Jangan dipendem. Gue gak akan tau kalo lo gak cerita."
Dengan anggukan kecil, Jungwon menjawab, "Iya." Seraya kedua tangan yang memegang jaket Jay mengerat.
Senyum Jay semakin lebar. Singkat ia usap punggung tangan Jungwon sebelum ia kembali fokus mengendarai motornya.
Malam minggu jalanan dipenuhi kendaraan yang tujuannya ke berbagai macam tempat. Dari mulai ke rumah masing-masing, mencari nafkah, menghabiskan waktu dengan keluarga, berkencan, dan sebagainya. Karena ramai itu juga lah yang membuat berbagai macam kemungkinan terjadi.
Tepat setelah lampu lalu lintas berganti berwarna hijau dan Jay kembali menancapkan gas, tiba-tiba motornya oleng. Jungwon yang di belakangnya juga merasakan.
"Kenapa, Kak?" tanya Jungwon bingung.
Jay tidak menjawab. Ia tepikan motornya. "Bentar, Won. Turun dulu."
Jungwon mengangguk. Ia pun turun dari boncengan diikuti Jay setelahnya. Jay langsung mengecek sumber yang membuat motornya oleng. Ia berdecak kesal.
"Halah! Bocor!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
FanficSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...