Jungwon memelankan kayuhan sepedanya begitu ia melihat gerbang sekolah yang sudah di depan. Ia semakin melambat ketika menyadari bahwa Pak Hendro sedang memegangi banner yang di pasang di depan pagar dibantu oleh seorang siswa. Melihat mereka yang kesusahan, karena memang sekolah masih sepi, Jungwon memarkirkan sepedanya dan segera berlari menuju dua orang itu.
Namun, saat cowok itu menoleh, Jungwon langsung berhenti di tempat. Sedikit ada perasaan menyesal karena ia sudah menghampiri.
"Lo ngapain diem di situ aja? Sini kalo mau bantuin," ucap Jay sambil tetap memegangi ujung banner.
Jungwon tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Akan ia hilangkan rasa kesalnya terhadap cowok ini dan kembali pada niatan awalnya untuk membantu Pak Hendro. Jungwon pun membantu memegangi banner di sisi kiri, sementara Jay di sisi kanan.
"Sebentar-sebentar. Saya cari tali dulu, ya, Mas. Tali yang ini kependekan." Setelah itu Pak Hendro berlari menuju gedung sekolah.
Jungwon menurunkan tangannnya. Saat ia lihat sekitar, baru ada beberapa siswa yang datang. Itu pun tidak ada yang Jungwon kenali. Maksudnya, kalau ada teman kelasnya yang datang, ia bisa minta tolong untuk membantunya. Alias menemaninya yang sekarang hanya berduaan dengan Jay.
Kemudian ia lirik Jay yang ternyata sedang menyandarkan punggungnya ke pagar sambil menatap Jungwon.
"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?"
Jay mendengus. "Suka-suka gue, lah. Gue yang punya mata kenapa elo yang sewot."
Setelah itu Jungwon tidak merespon. Ia lebih memilih menunggu Pak Hendro dalam diam sambil berharap salah satu temannya datang.
Tak lama Pak Hendro kembali dengan satu gulung tali. Dibantu Jay dan Jungwon, pekerjaan memasang banner itu selesai lebih cepat.
"Makasih ya Mas-Mas udah mau bantuin saya." Pak Hendro tersenyum. Untuk Jungwon, ini hal yang baru melihat Pak Hendro tersenyum.
"Sama-sama, Pak. Kalo gitu saya masuk, ya, Pak." Jungwon pamit sambil menuntun sepedanya.
"Gue nggak dipamitin?" tanya Jay dengan suara yang sedikit kencang. Jungwon tidak menoleh. Alih-alih kesal, Jay justru tertawa dibuatnya.
"Itu temen Mas Jay?" tanya Pak Hendro.
"Bukan, Pak. Eh, temen bukan, ya?"
Pak Hendro geleng-geleng kepala. "Kok punya temen bingung sih, Mas."
Jay hanya tersenyum lalu berpamitan pada Pak Hendro.
Sebelum belok ke gedung kelasnya, Jay sempat melihat Jungwon masuk ke ruang kelas 10-4. Kemudian ia pun bersiul senang.
***
"Jangan lama-lama lo pada ganti bajunya. Udah ditungguin Pak Mingyu tuh di lapangan." Jungwon memperingatkan teman-temannya, terutama yang cewek, agar cepat untuk ke lapangan.
Pelajaran kedua hari ini adalah olahraga. Pak Mingyu meminta agar murid kelas 10-4 langsung ke lapangan saja, sementara beliau mengambil presensi yang tertinggal di ruang guru.
Jungwon bersama Taesan dan Minji lebih dulu ke lapangan. Ketiganya berdiri di dekat tiang net voli.
"Ini diiket, Won?" tanya Minji.
"Kata Pak Mingyu sih gitu. Batuin gue, ya. Yang lain pada lama banget."
Minji segera membentang net itu ke sisi lain lalu mengikatnya. Taesan menyeret tas besar berisi bola-bola voli ke dekat tiang net.
Saat ketiganya ingin bersantai di pinggir lapangan, gerombolan siswa kelas 12 memasuki lapangan dengan berisik. Jungwon yang pertama kali menyadari itu. Dari balik siswa-siswa yang berbadan tinggi, ia melihat Jay ada di sana. Mengobrol asyik dengan salah satu temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
FanficSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...