Di ruang tamu yang sepi, Jay merebahkan diri di sofa hitamnya. Ia balas pesan dari temannya yang menanyakan apakah ia sudah berangkat ke sekolah. Lalu ia melihat platform media sosial yang beberapa hari ini sudah tidak ia buka. Tidak ada baru dan tidak ada yang menarik. Lalu ia menaruh ponsel itu di atas perutnya dan memejamkan mata sejenak.
"Loh, Jay, kok belum berangkat?"
Jay mendongak, mama sudah siap dengan pakaian kerjanya. Rambutnya juga sudah disanggul rapih. "Flight jam berapa, Ma?"
"Jam 10-an. Ini lagi nunggu jemputan."
Jay mengangguk. Lalu ia bangun dan merapihkan rambutnya.
"Oh iya, Jay. Kamu udah ketemu Jungwon di sekolah, kan?" Mama sesekali merapihkan rambutnya. Memastikan tidak ada anak rambut yang berantakan.
"Mama kok gak bilang Jay sih kalo Jungwon sekolah di situ juga?"
"Emang Mama gak bilang, ya? Aduh! Kemana ya jaket Mama?" Mama Jay berjalan ke kamar lalu kembali keluar dengan satu jaket abu-abu. "Kirain kamu udah tau makanya Mama diem aja. Emang Jungwon gak bilang?"
Jay memilih untuk tidak menjawab. Membuat sang mama menatapnya khawatir. Beliau bukannya tidak mengetahui bagaimana hubungan keduanya selama ini. Namun, mama Jay membiarkan mereka sendiri yang menyelesaikan masalah. Toh anaknya itu sudah beranjak dewasa.
Tas yang ada di lantai Jay ambil, lalu ia segera berdiri. "Jay berangkat dulu ya, Ma."
Mama Jay mengangguk lalu merentangkan tangannya. "Sini peluk dulu. Kan Mama semingguan bakal gak ketemu kamu. Nanti bilang Bu Sri aja ya kalo ada masakan yang mau kamu makan." Mama Jay mengecup kedua pipi anak semata wayangnya itu dengan lembut lalu diakhiri dengan memeluknya hangat.
"Mama hati-hati. Jaga kesehatan."
"Iya, sayang. Kamu kalo bawa motor jangan ngebut-ngebut, loh. Bahaya."
Jay membuat gestur hormat sehingga mama tertawa. "Yes, Mom!"
Kemudian Jay keluar rumah dan memakai sepatunya. CB650R hitam miliknya sudah ia panaskan lima belas menit yang lalu. Jadi ia bisa langsung berangkat.
Saat Jay memakai helm, diam-diam ia mengintip rumah sebelah. Kemarin ia tidak tahu bagaimana kabar Jungwon setelah dari UKS. Saat Jay pulang, Jungwon sudah ada di rumah.
Dengan gerakan lambat, ia julurkan kepalanya agar bisa melihat pintu rumah Jungwon yang selalu terbuka lebar saat pagi hari. Namun, betapa terkejutnya ia melihat sosok tinggi tegap lah yang ada di garasi mobil sambil menatapnya dengan senyum.
"Jungwon sudah berangkat, Jay. Baru aja tuh."
"O-Oh, iya, Om. Saya bukan nyari Jungwon, kok."
"Loh, terus nyari siapa?"
"Hm, nyari Om."
"Saya?"
Jay mengangguk. "Gimana Om kabarnya? Kerjaan ok?"
Sambil mengelap kaca mobil Kijang keluaran lama, papa Jungwon bercerita sedikit. "Yah, begitu lah, Jay. Kadang lancar kadang seret. Gak semua hal di dunia ini sesuai apa yang kita mau, kan? Om dipindahin kantornya jadi agak jauh. Jadinya gak bisa nganterin Jungwon juga. Tapi gapapa lah, ya. Dia udah gede. Belajar apa-apa sendiri."
Jay mengangguk-angguk sopan. "Semangat ya, Om."
Papa Jungwon tersenyum. "Makasih, Jay."
"Kalo gitu saya berangkat dulu, Om."
"Oh, ok-ok."
Kemudian Jay mengeluarkan motornya dan bersiap untuk berangkat. Namun sebelum itu, papa Jungwon kembali muncul dari balik pagar rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
FanfictionSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...