Dengan tatapan seperti berhati-hati akan sesuatu, Jungwon membuka pintu pagar dengan pelan. Ia lirik rumah di sampingnya yang hening. Sepertinya orang yang hari ini ingin ia temui belum berangkat ke sekolah. Alasan kenapa ia mengendap-ngendap adalah, Jungwon tidak ingin orangtuanya melihatnya mengobrol dengan Jay. Sudah cukup dua hari kemarin ia jadi bahan ledekan mama papanya itu.
Malam hari saat ia sakit, Jungwon bangun dengan ling-lung. Ia melihat mama di hadapannya tapi ia yakin beberapa waktu yang lalu ia melihat Jay di dekatnya. Saat itu pula Jungwon bertanya apa semua itu cuma mimpi.
"Kamu gimana sih Dek, ada yang jenguk kamu tapi kamu sendiri gak sadar," kata mama sambil menyiapkan makan malam.
Jujur saja, hari itu kondisinya tidak memungkinkan untuk memikirkan segala hal. Tiba-tiba ia merasa pusing di sekolah. Badannya juga dingin serta mukanya pucat. Yang Jungwon ingat terakhir kali adalah saat teman-temannya mengantarnya ke UKS, lalu tak lama Taesan pun mengantarnya pulang. Kejadian setelahnya seperti mimpi menurutnya. Ia tau ia membukakan pintu untuk Jay, tapi ia lupa mereka membahas apa. Atau bagaimana sikapnya pada cowok itu Jum'at lalu.
Setelahnya mama cerita, saat ia bertemu Jay di rumah jahit. Saat itu lah Jungwon sadar kalau Jay yang menjenguknya itu nyata.
"Jadi, sekarang udah balik kayak dulu?" tanya papa sambil memakan kerupuk udang yang baru dimasukkan ke toples.
"Balik apanya?"
"Itu, sekarang udah mulai main lagi kayak dulu. Jay juga udah mau main ke sini lagi. Udah balikan, ya?" Papa bukannya tidak tau, ia ada saat Jungwon cerita ke mama soal kenapa Jay jadi jaga jarak dengan keluarga mereka.
Mendengar pertanyaan sang papa membuat muka Jungwon merah padam. "Balikan apanya! Emangnya Jungwon sama dia ada apa-apa."
Selama dua hari itu, papa dan mamanya selalu meledek Jungwon. Bagaimana dulu anak itu selalu mengekor ke mana pun Jay pergi, bagaimana Jungwon selalu mencari pembelaan ke Jay jika dimarahi mama, dan juga bagaimana kedekatan mereka berdua dari awal bertemu.
Maka dari itu, Senin pagi ini sebisa mungkin Jungwon akan meminimalisir pertemuannya dengan Jay. Bisa-bisa mereka berdua menjadi sasaran empuk oleh kedua orangtuanya.
Dan untungnya, sampai sekolah ia tidak bertemu Jay. Motor cowok itu pun belum terlihat di parkiran. Jungwon akan menunda sampai jam istirahat nanti.
Kelas Jungwon itu jarang sekali hening jika bukan jam belajar. Pagi ini ia heran kenapa satu kelas jadi diam dan duduk di meja masing-masing seperti ini.
"Tumben lo pada anteng."
Taesan mendongak, dengan dahi yang mengerut serta bibir yang komat-kamit menghapal rumus. "Udah sehat lo?"
Jungwon mengangguk seraya duduk. Ia ikut mengambil buku fisikanya lalu membuka-buka setiap halaman. "Gue tuh kalo sakit, sembuhnya epet."
"Kemaren tuh kalo hari Sabtu lo masih sakit anak-anak mau jenguk. Eh taunya udah sehat bugar begini. Sampe-sampe kayaknya lo bisa deh nyelesaiin ujian fisika nanti tutup mata."
"Pala lo! Emangnya gue punya kekuatan super."
Taesan hanya tertawa kecil. Ia melihat lagi catatannya kemudian ia jadi teringat sesuatu. "Oh iya Won, Jum'at kemaren Kak Jay jadi ke rumah lo? Dia tadinya dateng ke sini terus gue kasih tau lo sakit. Katanya mau ke rumah lo, jadi?"
Jungwon mengangguk. "Jadi, tapi gitu deh."
"Gitu gimana?"
"Ya gitu. Gue cuma tau dia dateng ke rumah sambil bawain makanan, terus dia juga sempet mampir sambil nyuap—ASTAGA!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
Hayran KurguSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...