Hampir satu jam Jungwon habiskan waktu di depan cermin. Berganti baju ini-itu. Mencocokkan dengan celana miliknya. Karena sadar sudah terlalu berlebihan, akhirnya ia mengambil kaos putih yang akan ia balut dengan jaket berwarna hijau.
Tadi pagi Jay memastikan lagi dengan mengiriminya pesan. Dari semalam juga Jungwon sudah izin ke mama. Mama bilang boleh asalkan tugas-tugas sekolahnya sudah selesai semua. Aman. Untungnya ia selalu menyelesaikan tugas sekolah sebelum hari minggu. Karena menurutnya, hari minggu itu dipakai untuk istirahat dan terbebas dari macam-macam tugas sekolah.
Panggilan mama dari lantai bawah membuatnya panik. Ia segera membereskan pakaiannya yang sudah tak karuan.
"Deeek, itu Jay udah dateng. Kamu baru siap-siap, ya?"
"Bentar, Maaah." Sekali lagi ia pastikan dirinya rapih. Senyum tipis menghias bibir kecilnya. Jantungnya berdegup lebih cepat. Kalau boleh jujur, ia hampir tak bisa tidur semalaman. Mengingatnya saja membuat wajah Jungwon memerah.
Dengan sekali tepukan di kedua pipi, Jungwon kembali pada kesadarannya kemudian berjalan ke luar kamar. Ia turuni dua tangga dalam sekali langkah, memburu dan bersemangat. Mama yang melihat tingkah anaknya hanya bisa menegur.
"Kamu kalo jalannya gitu nanti jatuh terus gak bisa main nanti malah sedih."
Jungwon hanya nyengir. Ia kemudian celingak-celinguk mencari seseorang. "Loh, Kak Jaynya mana? Katanya udah dateng?"
"Nunggu di luar, katanya. Barusan udah izin sama mama. Papamu masih di bengkel, ngurusin motor mama tuh."
"Oh, ya udah kalo gitu Jungwon pergi dulu ya, Ma. Nanti tolong bilangin papa."
"Iya, sayang. Mama udah bilang Jay tadi jangan jauh-jauh mainnya. Jangan kemaleman juga, besok sekolah."
"Siap!"
Jungwon segera keluar dan memakai sepatunya. Langkahnya besar-besar saat ingin membuka pagar, juga senyuman di bibirnya tak hilang. Namun, saat ia sudah melihat Jay, senyumnya memudar. Digantikan oleh ekspresi super bingung.
"Lo bawa mobil?"
Jay mengangguk santai. "Ayo buruan. Panas, nih."
Jungwon masih menatap mobil legam itu. Baru kali ini ia melihat Jay yang menyetir. Biasanya hanya mama Jay saja. Itu pun sangat jarang sekali.
Karena memang cuaca yang panas, akhirnya Jungwon buru-buru masuk ke kursi penumpang depan. Ia menoleh ke Jay yang menatapnya.
"Tumben?" tanya Jungwon. Ia benar-benar bingung. "Emangnya lo udah punya SIM?"
Jay mengeluarkan dompetnya lalu mengeluarkan satu kartu. "Lo tuh kalo gak ada bukti pasti gak bakalan percaya. Udah lama, dari awal tahun."
Jungwon hanya mengangguk-angguk. "Demi keselamatan gue lah. Nanti kalo ditilang gue gak ada urusan. Mau kabur aja." Ia bicara dengan nada yang dibuat seolah-olah ia akan melakukannya jika itu terjadi.
Jay yang sedang memasukkan dompet ke saku celana berdecih. Lalu ia tersenyum menanggapi celotehan Jungwon. "Gak mungkin gue ngajak orang jalan tanpa persiapan." Jay menoleh sedikit. Sekilas, kedua mata mereka bertemu. Lalu Jay mengenakan seatbelt-nya. "Apa lagi orangnya elo."
Suara itu samar namun bisa Jungwon dengar. Ia menoleh namun Jay tidak menatapnya. "Lo bilang apaan barusan?"
Jay menggeleng. "Seatbelt-nya pake."
Karena tau akan percuma jika bertanya lebih, akhirnya Jungwon menurut. "Ini kita mau ke mana, sih, Kak?"
"Ke mana aja. Kata nyokap lo jangan jauh-jauh. Enaknya jalan ke mana, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]
FanfictionSepasang mata meninggalkan sepasang mata lainnya. Gelap, dingin, membingungkan. Jay membisu karena janji yang pernah ia ucapkan meledak menjadi ruang kosong yang mampu menyerap apa pun di sekelilingnya. Salah satunya termasuk mimpi Jungwon. Warnin...