04 - Permintaan

158 35 3
                                    

"Aku ingin menikah."

Jeno memang agak sedikit aneh. Tidak biasanya ia pulang kerumah utama lalu menginap bahkan sampai makan bersama. Hubungannya dengan sang ayah agak buruk, itulah yang membuatnya lebih memilih tinggal di apartemen ketimbang rumah.

Tapi kemarin malam ia datang. Tidak banyak berkata apa-apa dan hanya bilang rindu ibu. Sepertinya ia sedang menginginkan sesuatu yang besar dari ayahnya.

Dan terjadi.

Suasana pagi itu jadi mencekam hanya karena ucapan Jeno yang terlontar di tengah-tengah waktu sarapan keluarga besar Lee.

Lima pasang mata yang duduk di meja makan menatap Jeno tidak percaya. Termasuk juga Chiquita —anak dari Doyoung dan Soojung. Bocah 10 tahun itu ingat persis keributan satu tahun lalu dan perkataan Jeno jika laki-laki itu tidak akan menikah.

Tapi sekarang...

"Kau sehat, nak?" Yoona mengusap bahu anaknya yang duduk tepat di sebelahnya. Ada binar bahagia di mata nyonya Lee, akhirnya hati anaknya terbuka juga untuk menikah.

"Dengan orang yang akan aku pilihkan." Donghae masih tetap pada pendiriannya. Calon mantunya haruslah orang pilihannya sendiri. Hal itu sudah berlaku pada Doyoung, dan sekarang Jeno juga harus menurutinya.

"Tidak. Aku sudah punya calonku sendiri." bantah Jeno. Ia mendorong piring makannya yang sudah kosong lalu meraih gelas air putih. Menenggaknya hingga setengah dan ia melanjutkan kalimatnya, "Jangan paksa aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai."

Yoona dan Doyoung juga Soojung sama-sama melirik pada Donghae yang diam. Berdoa saja semoga meja makan itu tidak akan berbunyi atas pukulan dari Lee tertua.

"Aku selesai. Karena hari ini hari minggu, aku akan bermain dan pulang saat makan siang nanti." suara Chiquita memecah keheningan. Bocah itu melangkah pergi meninggalkan dapur yang auranya sudah berbeda.

"Kau yakin dia anak baik-baik?" masih santai untuk meredam emosi, Donghae bertanya lagi.

Jeno mengangkat bahunya, "Entahlah." katanya cuek.

"Jeno." suara peringatan dari Doyoung. Bisa-bisanya anak itu santai disaat tegang begini.

"Tapi dia berasal dari keluarga terhormat." lanjut Jeno lagi.

Donghae menghela napasnya, "Bawa dia menghadapku. Aku harus pastikan sendiri dia cocok atau tidak berada di keluarga Lee." katanya angkuh.

"Tidak bisa." katanya. Mata Jeno kemudian teralih dengan gerakan Soojung yang mengumpulkan piring kotor untuk ia cuci, dibantu dengan Yoona. Dan akhirnya hanya para lelaki yang tersisa di meja makan.

"Kenapa?" tanya Donghae.

"Karena aku ingin ayah yang melamarkannya untukku."

Donghae dan Doyoung sama-sama dibuat heran dengan pernyataan Jeno. Anak ini benar-benar aneh, apa dia salah makan?

"Kalian tidak ada hubungan?" tanya Donghae sangsi.

Jeno mengangguk, "Dia dari keluarga Huang. Aku hanya melihatnya beberapa kali, dan aku tertarik." ujar Jeno bohong.

"Huang." gumam Donghae. Segaris senyum tipis kemudian singgah di wajah tuanya, "Baiklah. Kapan?"

Dan mendengar hal sederhana itu dari ayahnya, hati Jeno senang bukan kepalang. Jika ayahnya sudah campur tangan, hanya ada sedikit kemungkinan tidak berhasil, "Nanti malam."

Donghae mengangguk, "Aku akan beri kabar kepada Zitao sebelum kita kesana."

"Terima kasih, ayah." Jeno mengulum senyumnya. Setelah ini Haechan tidak mungkin bisa berkutik lagi.

VERRAT [NOREN VER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang